NovelToon NovelToon
Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Romansa / Satu wanita banyak pria
Popularitas:748
Nilai: 5
Nama Author: whatdhupbaby

Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1: Sunshine in Yellow Blazer Dan Mini-Vivi

Lembayung jingga baru saja menyapa ufuk timur ketika mata Vivi terbuka. Tangannya yang mungil meraba-raba permukaan meja samping tempat tidur, mencari ponsel yang masih memainkan lagu "Daylight" milik Maroon 5 dengan volume pelan. Jari-jarinya yang lentik menepuk layar untuk mematikan alarm, tapi senyum kecil sudah mengembang di bibirnya yang kemerahan.

Hari ini hari pertama Vivi kerja di bagian kreatif sebuah perusahaan perdagangan besar. Dia harus memberikan yang terbaik untuk hari ini.

Air hangat mengalir di bak mandi berpadu dengan wangi sabun mandi bergaris grapefruit yang membuat kulitnya segar. Vivi menggosok tubuhnya dengan handuk lembut sambil bersenandung kecil.

Setelah ritual mandi paginya selesai Vivi berdiri di depan wastafel kamar mandi dengan handuk tergelung diatas kepalanya menyelimuti rambutnya yang masih basah kemudian mencuci wajah dengan cleansing foam wangi jeruk yang membuat kulitnya segar. Jari-jarinya yang lentik menepuk-nepuk toner dan moisturizer dengan lembut, diikuti serum vitamin C yang membuat wajahnya bersinar alami.

Kemudian dia melangkah menuju meja riasnya dan duduk didepan cermin oval dengan bingkai kayu berwarna putih dan mulai mengaplikasikan BB cushion dengan shade perfect match yang menyamarkan lingkaran hitam tipis

Di lanjutkan dengan blush on warna peach di pipi mulusnya.

Eyeliner winged tipis yang membuat matanya dengan bulu mata lentik itu terlihat lebih tajam

Lip tint warna coral yang membuat senyumnya semakin manis

Selesai dengan touch up wajahnya Vivi menyisir rambut cokelatnya yang panjang hingga bahu, membiarkannya tergerai alami. Dengan curling iron, dia membuat beberapa helai rambut di bagian depan bergelombang tipis, menciptakan kesan manis dan anggun tapi tetap terawat.

" Gak perlu terlalu ribet, natural aja biar keliatan sunny, " Gumamnya sambil memeriksa hasilnya di cermin.

tahap selanjutnya memilih baju untuk hari spesial ini. Vivi membuka lemari pakaiannya, matanya langsung tertuju pada blazer kuning cerah yang baru saja dibelinya minggu lalu.

"Ini nih, biar keliatan fresh tapi tetap profesional," Gumamnya sambil mengangkat blazer itu.

Ia memadukannya dengan:

Rok MIDI berenda dengan belahan kecil di samping, warna krem yang cocok dengan blazernya.

Kaus putih polos yang simple tapi membuat blazernya semakin menonjol.

Heels silver yang membuat posturnya terlihat lebih anggun.

Shoulder bag hijau cerah untuk sentuhan warna kontras yang playful.

"Perfect! Nggak terlalu formal, tapi juga nggak terlalu casual," Senyumannya puas dengan penampilannya.

Langkah terakhir yang gak boleh kelewat, sentuhan aksesoris yang pas untuk menunjang semua tampilan.

Vivi menambahkan,

Anting panjang silver yang bergoyang setiap kali dia menggelengkan kepala.

Jam tangan rose gold dengan strap kulit yang simple.

Gelang rantai tipis yang berdentang lembut mengikuti setiap gerakan tangannya.

" Aku siap!." Ucap Vivi pada pantulan sosoknya di full body mirror didepannya sambil melakukan putaran kecil sambil melempar senyum manis.

Setelah dirasa semua sempurna Vivi melangkah keluar apartemennya dengan semangat, heels silver-nya berderak di trotoar. Shoulder bag hijau cerahnya terayun-ayun mengikuti langkahnya yang riang.

Mengangkat lengannya untuk melihat jam dipergelangan tangannya, ' Masih ada waktu, ' Batinnya, " Cukup untuk beli sarapan dan kopi untuk mengisi energi."

Langkahnya yang riang mengantarnya di sebuah kafe yang baru buka. Semerbak aroma seduhan kopi dan roti panggang sudah cukup membuat langkahnya semakin cepat untuk masuk kedalam kafe itu.

Suara dentingan lonceng diatas pintu terdengar nyaring mengikuti langkah Vivi yang masuk kedalam kafe itu. Masih sepi hanya satu dua pelanggan yang duduk di mejanya masing masing menikmati sarapan dan kopi hangat yang telah disajikan.

Tapi kemudian matanya menangkap sosok itu.

Dan segalanya terasa diam, hanya dia dan sosok itu.

Dia berdiri di balik meja konter. Tinggi. Tegap. Kekar. Bukan tipe kekar gym sembarangan ini semacam kekar yang seolah dicetak dari patung Yunani.

' Astaga...Apa...Dia benar benar nyata ...' Gumam Vivi yang harus mengangkat wajahnya demi memandangi tubuh yang memakai kaos hitam ketat yang tampak berteriak ingin lepas dari tubuhnya, menampakkan lekukan dada pectoralis yang terbentuk sempurna.

Telapak tangan Vivi berkedut serasa ingin meremas dada itu, SHIT!!

Tiba tiba suara cempreng muncul dari pundak Vivi, Vivi versi mini melonjak lonjak kegirangan, " NYATA! NYATA!. AYO VI LANGKAHI KONTER DAN RAIH DADA ITU!!"

Vivi yang tersipu malu dengan teriakan dari wujud metafora isi hatinya, buru buru menepuk pundak sediri seolah membersihkan debu. " Ssst Diam." Desis nya.

Vivi kembali mengamati pria itu...

Rambutnya hitam legam, dipotong pendek terlihat berantakan seperti baru bangun tidur atau habis lari pagi, dan keduanya sama-sama menggoda.

Kulitnya tan, mencerminkan jam-jam latihan di bawah matahari, dan urat di lengannya menonjol saat ia mengangkat teko stainless besar dari balik konter.

Ada tattoo merayap di lengan kirinya, menjalar naik ke bahu. Sedikit terlihat dari balik lengannya yang tegang.

Napas Vivi seketika berhenti dengan apa yang dia lihat.

Mata pria itu abu-abu gelap. Tatapan yang tajam tapi tidak menusuk justru teduh, dan menenangkan. Seolah jika Vivi bicara satu kalimat saja, pria itu bisa tahu semua rahasia hidupnya.

Lalu dia bicara. Dengan suara rendah, berat, serak tipis yang lebih memabukkan dari espresso single shot.

“Pagi, cantik. Kopi seperti apa yang kamu inginkan pagi ini?”

" Ho..hot Latte " Vivi nyaris tersedak oksigen.

" Tunggu sebentar." Jawabnya sambil tersenyum manis.

Senyum itu!

Dan suara itu!!

Mini Vivi sudah pingsan terlentang diatas pundak itu sambil bergumam, ' Suara itu bukan suara manusia biasa, tapi suara senandung malaikat yang turun ke dunia.'

" Aku tahu." jawab Vivi.

Suara itu bukan cuma masuk ke telinga tapi menembus langsung ke tulang rusuk, lalu menjalar ke jantung.

Oh, Tuhan.

Jantungnya berdetak terlalu cepat. Bukan karena kafein, karena kafeinnya belum datang. Tapi karena pria di balik meja itu baru saja menyapa seolah mereka sudah kenal satu dekade.

Pakaian pria itu sederhana kaos hitam yang terlalu ketat, jeans pudar, sepatu sneakers lusuh yang jelas menunjukkan dia lebih suka berkeringat daripada gaya-gayaan. Tapi justru itu yang bikin Vivi merasa Zeke, (karena itulah nama yang tertulis di papan nama kecil di dadanya) lebih berbahaya dari bos CEO dari drama korea atau novel novel populer yang penuh aura dominan.

Ini beda.

Ini real.

Dan ini sangat... melemahkan pertahanan.

Vivi menarik napas, mencoba tenang. Tapi matanya belum bisa lepas dari lekukan otot punggung Zeke saat pria itu membalikkan badan untuk mengambilkan pesanannya.

' Tolong Tuhan, jangan sampai dia sadar aku barusan menatap... semuanya.'

Mini-Vivi yang mengayunkan kaki dipundak dengan menopang dagu melihat tubuh sempurna barista didepannya. " Tapi kita memang lagi menatap semuanya Vi." Sambil senyum dreamy kemudian dia berteriak kencang " LIHAT ITU! ITU BUKAN PUNGGUNG, ITU MAHAKARYA! YANG PANTAS UNTUK KITA NIKMATI"

Vivi menggigit bibir bawah, memicingkan mata, ” Diam lah aku berusaha bertahan hidup disini.”

' Besok. Tidak!. nanti sore kita akan ke sini lagi.'

Mini-Vivi, " Iya aku setuju." Sambil mengepalkan tinjunya.

Tiba tiba saja kopi hangat dalam gelas take away sudah berada didepan Vivi.

" Latte mu cantik. untuk asupan kafein pagimu."

Vivi gugup meraih kopi itu. Tergagap berusaha mengucapkan terimakasih, tapi yang keluar malah, " Aku akan datang lagi." Yang seketika membuat Vivi merah padam.

Zeke tertawa dengan suara surgawi nya dan kerlingan mata menggoda. " Tentu saja cantik. Aku tunggu."

Mini-Vivi kembali melonjak lonjak, berguling guling dipundak dan kaki berayun liar. " DIA BILANG 'AKU TUNGGU'! DIA TAU KITA AKAN BALIK! VI, KALAU KAU GAK BALIK LAGI NANTI, AKU AKAN BOIKOT TIDURMU!"

Vivi dengan pipi merah padam, buru-buru ambil kopi dan lari. "Aduh, dasar pengkhianat..."

Telinga Vivi masih mendengar tawa pria itu.

ARGHHH!!! Rasanya malu banget !!!

1
Naurila Putri
kereenn lanjutt terussssss kakkk
ethereal: terimakasih kak🙇🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!