NovelToon NovelToon
Dear Alvin

Dear Alvin

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Murid Genius / Keluarga / Bad Boy
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fantastic World Story

"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari

rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku

nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.

membuat Alvin yang sedang melamun

segera terperanjat.

"Berhenti bicara yang tidak-tidak

Ela!!" hardik pak Rohman.

"Kamu pilih aku dan anak anak yang

keluar apa anak sialanmu ini yang keluar

pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.

Beliau tak pernah berfikir akan

dihadapkan pada situasi se rumit ini.

"Alvin yang akan keluar pak buk"

ucap Alvin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13 Ide Mulung

Fakta yang ia dengar dari umik Hana,

membuat sekelebat bayangan muncul, saat

makan 3 hari yang lalu, ibunya yang

jarang sekali masak enak tiba-tiba

memasak ayam, bahkan bersikap baik

pada Alvin.

"Kenapa le? Gajinya kurang? Apa

belum sampai ke kamu?" tanya umik Hana

membuyarkan lamunan Alvin.

"Mboten mik" jawab Alvin seraya

mencoba memaksakan diri untuk

tersenyum.

"Melihat kamu yang nanya kesini,

pasti gak dikasihkan ke kamu ya sama

ibumu?" tebak haji Maliki.

"Hehe iya bah, mungkin ibuk lupa"

jawab Alvin.

"Apa perlu Abah yang mintakan gaji

kamu ke ibumu vin?" tanya haji Maliki

menawarkan bantuan.

"Ah mboten bah, biar Alvin minta

sendiri aja. Bulan depan tolong kasih ke

Alvin aja ya bah, mik" pinta Alvin

pada haji Maliki dan umik Hana.

"Iyah le, maafin umik ya" jawab umik

Hana seraya mengangguk dan merasa

bersalah.

"Ndak papa umik, kalau begitu

Alvin pamit dulu nggeh bah, mik" ucap

Alvin mengakhiri acara bertamunya.

"Iya, hati-hati" jawab haji Maliki.

Alvin pun kembali ke rumah

dengan perasaan sedih, gaji yang sudah ia

harapkan nyatanya belum bisa ia rasakan.

Alvin bahkan belum tahu seberapa

besar gaji yang mustinya ia terima.

Sesampainya di rumah, Alvin

langsung bertemu dengan sang ibu, Bu

Elanor yang sedang mengangkat jemuran

segera menyapa Alvin. Memang

sikapnya berubah menjadi baik setelah

menerima gaji Alvin.

Hal yang membuat Alvin bimbang,

haruskah ia menanyakan mengenai

gajinya atau tidak, sisi lain dirinya

menikmati perlakuan baik sang ibu,

namun begitu mengetahui jika sang ibu

berlaku baik setelah mengambil gajinya,

membuat Alvin tak tahu harus

bagaimana lagi.

"Bapak belum pulang Bu?" tanya

Alvin seraya menyalami tangan Bu Elanor

yang terbebas dari pakaian.

"Bentar lagi kayaknya Vin, udah

setengah 5 ini" jawab Bu Elanor.

"Bu, maaf Alvin mau tanya" ucap

Alvin hati-hati.

"Ya tanya aja vin, gitu aja ngomong"

jawab Bu Elanor sedikit acuh, sembari

membawa tumpukan baju di tangannya

masuk ke dalam rumah.

"Kenapa ibu ngambil gaji Alvin?"

tanya Alvin to the point, membuat Bu

Elanor terkejut dan melemparkan baju yang

ia bawa pada sofa lusuh tempat biasa

Alvin tidur.

"Loh kenapa? Emangnya salah?" tanya

Bu Elanor balik bertanya.

Sementara tanpa mereka sadari pak

Rohman sudah pulang, beliau hendak

segera masuk ke dalam rumah.

"Apanya yang salah vin?" tanya pak

Rohman yang tidak mendengar

pertanyaan Alvin sebelumnya.

"Endak pak, bukan apa-apa. Alvin

cuma mengada-ada itu. Ayo masuk sini,

bapak pasti capek kan" ajak Bu Elanor pada

suaminya.

Sementara Alvin segera melepas

sepatu di luar rumah, sebelum akhirnya

ikut masuk. Sedangkan Bu Elanor tampak

memberi kode lewat mata, untuk tak

membahas pertanyaannya tadi.

"Buk, mbak Dina datang" ucap Rafi yang

belum terlalu pandai ngomong.

Tampak Dina kemudian juga masuk ke

dalam rumah.

"Kamu kok baru pulang jam segini

nduk?" sapa pak Rohman pada Dina.

"Iya pak, ada kerja kelompok" jawab

Dina ketus. Seraya melepas sepatunya dan

meletakkan di sudut rumah, kemudian ia

berlalu ke kamarnya.

"Buk, jangan lupa ya besok belikan

sepatu sepelti punya mbak Dina" pinta Rafi

pada sang ibu. Membuat pak Rohman dan

Alvin memperhatikan sepatu Dina.

"Iya iya, besok besok ya. Nunggu ibu

punya uang lagi" jawab Bu Elanor seraya

menggendong Rafi untuk

menenangkannya, balita yang kini sudah

mulai pandai bicara itu memang

seringkali meminta sesuatu.

"Ibu belikan sepatu Dina?" tanya pak

Rohman.

"Iya pak, kata Dina sepatunya sudah

ketinggalan jaman" jawab Bu Elanor santai.

"Tapi sepatu Dina sebelumnya masih layak pakai Bu, bahkan masih bagus" ujar

pak Rohman.

"Iya, tapi sudah ketinggalan jaman

pak, kasihan anak kita kalau gak sama

seperti temannya yang lain, apalagi

mereka sepatunya mahal mahal" jawab Bu

Elanor tak sedikitpun memperhatikan

perasaan Alvin, yang sejak tadi

menyimak pembicaraan mereka.

"Berapa harga sepatu itu?" tanya pak

Rohman.

"500ribu pak" jawab Bu Elanor.

"Apa? Dapat uang darimana kamu beli

sepatu semahal itu" keluh pak Rohman.

"Itu sudah harga yang paling murah

untuk merek itu pak, teman teman Dina

bahkan sepatunya seharga jutaan" jawab

Bu Elanor.

"Ya jangan samakan kita dengan orang

tua temannya Dina yang kaya raya itu buk"

kesal pak Rohman.

Alvin yang sejak tadi hanya

menyimak pun turut merasa kesal, ia

melirik sepatunya yang telah usang.,

sengaja ia letakkan di luar rumah, karena

pernah di protes sang ibu untuk tak

memasukkan sepatu usangnya ke dalam

rumah.

"Jadi karena itu, ibu ambil gaji

Alvin?" tanya Alvin pelan, tapi

mampu mengalihkan perhatian pak

Rohman dan Bu Elanor.

"'Apa kamu bilang vin? Ibu ambil gaji

kamu?" tanya pak Rohman.

Alvin hanya terdiam, sementara Bu

Elanor tampak kebingungan.

"Benar apa yang dikatakan Alvin Bu? Kamu ambil gaji Alvin buat beliin

Dina sepatu?" tanya pak Rohman pada

istrinya.

"Kalau iya emang kenapa pak" tanya

Bu Elanor sembari melotot pada Alvin.

"Keterlaluan kamu buk!" ucap pak

Rohman.

"Apanya yang keterlaluan, emang apa

salahnya kalau seorang kakak beliin

sepatu buat adeknya" ujar Bu Elanor tanpa

rasa bersalah,

"Saya gak pernah minta ibuk beliin

sepatu Dina pakai uang saya" sahut Alvin.

"Diam kamu!" hardik Bu Elanor.

"Maaf kalau Alvin lancang buk, tapi

tolong dilihat sepatu saya jauh lebih usang

di banding sepatu Dina sebelumnya. Dan

gaji saya, saya bahkan tidak tahu seberapa

besar gaji yang harusnya saya terima,

karena saya tidak menerimanya" ujar

Alvin pada akhirnya, ia sudah tak bisa

menahan diri untuk tak membahasnya

didepan sang bapak.

"Keterlaluan kamu buk!" bentak pak

Rohman dengan penuh emosi.

Alvin yang enggan terlibat

pertengkaran memilih berganti pakaian

dan melanjutkan pekerjaannya. Dengan

perasaan kesal dan sedih yang

berkecamuk, Alvin segera menarik

gerobak sampahnya untuk melanjutkan

pekerjaannya hari ini.

Sedangkan Bu Elanor dan pak Rohman

terlibat pertengkaran yang cukup besar.

Alvin yang mulai mengambil

sampah dari rumah ke rumah lalu

membuangnya ke TPA, memilih untuk mampir dan makan di warung Mak Na

seperti biasa.

"Kok kusut banget mukanya le' sapa

Mak Na begitu Alvin menyelesaikan

makannya.

"Hehe iya Mak, lagi sumpek aja" jawab

Alvin seraya tersenyum.

"Sumpek opo kamu ini le, masih muda

jangan mikir sesuatu yang berat-berat"

nasihat Mak Na yang hanya ditanggapi

oleh senyuman.

Mak Na tak tahu saja, jika masalah

Alvin memang cukup berat untuk anak

seusianya.

"Tak liat liat, kan kamu kalau naruh

sampah gak kamu pilah dulu Yo" ucap Mak

Na.

"Dipilah gimana Mak?" tanya Alvin.

"Ya itu, kayak kaleng, botol, plastik-

plastik itu, kalau dipilah dan kamu

rosokkan kan lumayan, bisa jadi uang itu"

ujar Mak Na membuat Alvin tersadar,

betapa bodohnya dirinya sebulan terakhir

ini.

"Ya Allah Alvin gak kepikiran Mak"

jawab Alvin seraya menepuk dahinya.

"Ya udah mulai besok kamu pilah aja,

dikumpulin biar banyak, lumay an

uangnya bisa buat jajan. Jangan terlalu

hemat sama diri sendiri" nasehat Mak Na.

"Siap mak, terimakasih nasehatnya"

jawab Alvin.

Usai mendapat pencerahan dan sedikit

menghilangkan rasa kesalnya, Alvin

pun pulang ke rumah.

Tampak suasana yang hening, meski

semua sedang berkumpul. Alvin tak ambil pusing, ia memilih untuk segera

mandi membersihkan diri.

"Ini slip gaji kamu dan sisa uang yang

ada le, maaf ibumu sudah memakai

uangmu tanpa ijin" ucap pak Rohman

seraya memberikan amplop pada Alvin.

Setelah Alvin selesai mandi.

Alvin pun menerimanya dengan

diiringi tatapan sinis dari Bu Elanor dan Dina.

1
ラマSkuy
thor nama karakter utamanya sebenernya siapa sih thor kok kadang namanya ganti ganti dari Alvin terus Bintang?
ラマSkuy: oh boleh di spill kah thor di PF mana? hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!