NovelToon NovelToon
Devil Become Angel

Devil Become Angel

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Seiring Waktu / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Romansa / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Winda Happy Azhari, seorang penulis novel yang memakai nama pena Happy terjerumus masuk bertransmigrasi ke dalam novel yang dia tulis sendiri. Di sana, dia menjadi tokoh antagonis atau penjahat dalam novel nya yang ditakdirkan mati di tangan pengawal pribadinya.

Tak mampu lepas dari kehidupan barunya, Happy hanya bisa menerimanya dan memutuskan untuk mengubah takdir yang telah dia tulis dalam novelnya itu dengan harapan dia tidak akan dibunuh oleh pengawal pribadinya. Tak peduli jika hidupnya menjadi sulit atau berantakan, selama ia masih hidup, dia akan berusaha melewatinya agar bisa kembali ke dunianya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Undangan Pesta

"Kita harus kembali sekarang Nona," ucap Alex.

Elizabeth mengangguk. Dia tahu benar kalau dirinya tinggal di sana terlalu lama, keluarganya pasti khawatir padanya. Dia lalu mengangkat keranjang, membiarkan Alex melipat tikar pikniknya.

"Aku bisa memegang ini," kata Elizabeth, menolak tangan Alex yang terulur ke arahnya.

Alex tidak banyak bicara dan mengangguk.

Mereka kembali ke rumah. Elizabeth masih mengenakan mahkota bunga di kepalanya. Alex melirik mahkota bunganya yang diberikan Elizabeth kepadanya, menduga Elizabeth pasti lupa dengan mahkota yang itu.

Alex lalu menatap tangannya yang lain yang tidak memegang selimut. Mahkota bunga itu bergoyang-goyang di pergelangan tangannya karena gerakannya.

Ada kilatan kecil di matanya.

Dia menunggu sampai Elizabeth membersihkan diri sebelum kembali ke kamarnya. Alex menatap mahkota bunga yang diletakkan Elizabeth di sudut meja. Meliriknya sekali lagi, dia berbalik dan berjalan keluar dari kamar Elizabeth dan nanti akan kembali ke kamar Elizabeth lagi untuk melanjutkan tugasnya.

...----------------...

Keesokan harinya, mahkota bunga milik Elizabeth itu layu dan Elizabeth terpaksa membuangnya. Sementara itu, Alex tidak melakukannya, dia meninggalkan mahkota bunga miliknya di kamarnya, mengabaikan fakta bahwa bunga itu sudah layu beberapa jam yang lalu.

...****************...

Sepucuk surat datang untuk Elizabeth. Surat itu berisi undangan ke pesta teh yang akan diadakan seminggu lagi oleh Nona Ivana, putri dari keluarga bangsawan Dominic Mason. Undangan ini membuat Elizabeth teringat kembali pada bagian-bagian kisah novelnya yang selama ini terlupakan.

Ivana adalah tokoh jahat lain dalam cerita ini. Keduanya adalah rival yang saling membenci dan selalu berseteru, berharap salah satu dari mereka akan hancur. Namun, ketika sang tokoh utama wanita muncul, keduanya mengesampingkan perbedaan mereka dan bekerja sama sejenak.

Meskipun mereka seperti kucing dan anjing saat bertemu satu sama lain, tapi kedua wanita itu dulunya dekat satu sama lain. Sebenarnya mereka sahabat karib, dulunya sangat dekat, tetapi kemudian berselisih karena satu hal, yakni Putra Mahkota. Cinta yang membuat persahabatan mereka hancur, tetapi mereka memutuskan untuk meneruskan perselisihan mereka meski harus mengorbankan persahabatan mereka demi mendapatkan cinta Sang Pangeran Lewis.

Elizabeth menatap surat itu sebelum mendesah, lalu meletakkannya kembali di meja belajarnya. Dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kursi empuk yang selalu dia duduki. Dia tidak tahu mengapa Ivana tiba-tiba mengundangnya ke pesta teh yang dia adakan, tetapi dia punya gambaran samar.

Entah itu adalah tindakan Ivana yang seolah-olah memperlihatkan bahwa mereka berhubungan baik atau Ivana mengundangnya hanya untuk mempermalukannya. Elizabeth pastinya memikirkan yang terakhir.

"Anda mau menghadiri pesta teh, Nona?"

Elizabeth mendengar nada bicara Alex yang monoton seperti biasa. Dia melirik kepala pelayannya yang memasang ekspresi acuh tak acuh. Dia mengangkat bahu, yang membuat Alex mengernyitkan dahinya.

"Aku tidak punya pilihan. Kedudukan keluarga Dominic lebih tinggi dari keluargaku ini," gumam Elizabeth sebelum meminta Alex untuk mengambilkan pena dan kertas sehingga dia bisa mengirimkan balasannya.

Tanpa banyak usaha, Elizabeth menyelesaikan surat sederhana yang menyatakan bahwa dia akan menghadiri pesta teh. Setelah itu, dia menyerahkan surat itu kepada Alex, yang kemudian memberikannya kepada seorang pelayan untuk dikirimkan.

Elizabeth lalu pergi ke perpustakaan dan menghabiskan waktu di sana berjam-jam. Dia suka membaca sendirian, jadi dia memaksa Alex keluar dari perpustakaan. Baru ketika hari mulai larut, dia dipaksa oleh Alex untuk meninggalkan perpustakaan.

Elizabeth makan malam bersama keluarganya sebelum kembali ke kamarnya. Dia berganti baju tidur lebih awal dari biasanya dan berbaring di sofa, dengan satu kaki di atas kaki lainnya, mengayunkan kakinya perlahan ke depan dan ke belakang.

Pintu diketuk sebelum terbuka, tetapi Elizabeth tidak dapat melihat siapa yang datang karena dia sedang berbaring dan terlalu malas untuk mengangkat kepalanya.

Terdengar langkah kaki hingga tiba-tiba berhenti. Elizabeth tahu itu Alex, dan meskipun Alex sering diam, keheningan itu terasa aneh baginya. Dia menatap Alex, hanya untuk melihatnya tampak bimbang memikirkan sesuatu.

Matanya tampak menggelap dan pupil matanya mengecil. Elizabeth hendak bertanya ada apa, sampai dia mengikuti arah mata yang sedang dilihat Alex.

Dari mata kaki hingga lututnya, kakinya terbuka, membiarkan Alex atau siapa pun yang masuk ke kamarnya melihat betapa putih dan mulusnya kakinya. Rasanya hampir seperti boneka. Elizabeth cepat-cepat menarik kakinya ke belakang, menutupi kulitnya.

Elizabeth tahu meskipun hal itu bukan masalah besar seperti di dunianya yang asli karena banyak orang memang sering memakai gaun setinggi lutut. Berbeda dengan di dunia novel dimana dia berada saat ini. Jadi mengenakan pakaian sedikit seksi bisa menarik perhatian lawan jenis karena masyarakat di dunia novel ini masih mencoba membiasakan diri dengan pakaian yang seksi.

Elizabeth tahu Alex tidak akan terlalu peduli dengan hal ini dan dirinya, tetapi dia berpikir bahwa lebih baik bersikap aman dan sedikit sopan. Dia melemparkan senyum malu pada Alex yang membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Nona, jangan lakukan itu kepada siapa pun," ucap Alex.

Dia memperingatkan Elizabeth sambil meletakkan nampan berisi teh yang biasa diminumnya di atas meja kopi. Elizabeth mengangguk, duduk tegak dan bersikap sopan.

"Baiklah.." Jawab Elizabeth.

"Tapi tak apa-apa kalau hanya kita berdua," gumam Alex begitu pelan, sampai-sampai Elizabeth harus menatapnya dua kali.

Elizabeth menatap Alex tanpa sepatah kata pun, wajahnya kosong, tetapi otaknya berputar cepat.

'Hanya kami berdua? Apa yang dia katakan?'

Elizabeth tidak bisa memahami alur pikiran kepala pelayannya. Otaknya kemudian menyimpulkan bahwa itu karena Alex tak ingin Elizabeth menghancurkan reputasinya dan juga mencemarkan nama baik keluarga.

Mata Elizabeth sedikit berbinar. Alex memang memperhatikannya, sesuatu yang jarang terjadi. Dia mengangguk sambil memegang cangkir tehnya.

"Baiklah. Aku akan mengingatnya," kata Elizabeth memperhatikan sedikit perubahan di mata Alex.

Matanya tampak berbinar, tampak lebih hidup. Alex mengangguk mendengar kata-kata Elizabeth.

"Baiklah. Saya permisi dulu, selamat malam Nona." Ucap Alex.

Dia membungkuk hormat, lalu berbalik dan meninggalkan kamar Elizabeth.

Elizabeth lalu menghabiskan tehnya perlahan, membaca sejenak sebelum memutuskan untuk meninggalkan kamarnya karena merasa sangat bosan. Elizabeth membuka pintu perlahan, meringis ketika pintu berderit.

Dia melihat sekeliling, lorong-lorong gelap gulita dengan hanya sedikit cahaya lembut yang menerangi. Suasananya sangat sunyi, suara batuk pelan terdengar hingga bermil-mil jauhnya.

Elizabeth meninggalkan kamarnya tanpa suara dan menyelinap keluar dari bangunan utama rumahnya. Semua orang sudah tidur, jadi dia tak perlu khawatir ketahuan. Dia berjalan ke halaman, bertelanjang kaki karena lupa memakai sepatu. Dia tak peduli karena dia selalu bisa mencuci kakinya sebelum kembali.

Bersambung...

1
gaby
Pelayan ko songong, pecat aja. Masa nona muda di bentak diem aja
gaby
Awal yg bagus & smoga rajin upnya sampai tamat
aku
ini menuju kmn? apa hilal nya blm kliatan?
Sri Supeni
semakin ruwet bagiku
Sri Supeni
ikut mikir
Sri Supeni
awal yg bagus
Dewi hartika
ceritanya seru lanjut...
aku
next tor
aku
lah....gaje bgt tuh putmah. 😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!