Aruna terjebak ONS dengan seorang CEO bernama Julian. mereka tidak saling mengenal, tapi memiliki rasa nyaman yang tidak bisa di jelaskan. setelah lima tahun mereka secara tidak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. ternyata wanita itu sudah memiliki anak. Namun pria itu justru penasaran dan mengira anak tersebut adalah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Aruna membuka matanya perlahan, lalu menggeliatkan badan. Ia merintih merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhnya. Tangannya terulur meraba leher yang terasa perih. Kontan matanya terbuka lebar teringat peristiwa yang terjadi semalam.
"Astaga!" pekiknya membungkam mulut dengan kedua tangan. Ia menoleh kearah samping dengan cepat, matanya melebar mendapati pria asing terlelap di sampingnya.
Dengan perlahan ia beringsut duduk, menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu turun dari ranjang. Ia meringis, merasakan sakit di bawah sana. Ini pengalaman pertama baginya. Katakanlah ia kolot, saat masa SMA ia justru fokus pada pendidikan. Tidak seperti teman-temannya yang di sibukkan dengan urusan percintaan.
Secepat mungkin ia memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai, lalu memakainya. Sebelum benar-benar pergi, ia memperhatikan pria di atas ranjang cukup lama. Decakan kasar meluncur dari bibirnya. " Persetan!" Ia melengos kasar meninggalkan kamar itu.
Julian terbangun mengerang merasakan sakit di bagian kepala, lalu membuka mata perlahan terlihat kamar yang berantakan bercampur aroma samar parfum wanita juga bau alkohol.
"Astaga, apa yang terjadi?" Ia bertanya-tanya, lalu beringsut duduk. Tangannya terulur mengambil air mineral di atas nakas. Namun, ia di buat salah fokus dengan anting yang tergeletak di sana. Matanya menyipit, teringat seorang wanita yang bersamanya semalam. Ia memungut benda mengkilap itu dari sana, lalu mengamati dengan seksama.
"Ini miliknya, kenapa ada di sini?" gumamnya bertanya-tanya.
Beberapa menit pria itu terdiam, batinnya masih bertanya-tanya, apa yang terjadi semalam, dan mengapa wanita itu pergi begitu saja darinya? Entah kenapa perasaannya mengatakan telah terjadi sesuatu. Sayangnya ia tidak berhasil mengingat peristiwa semalam.
Tidak mau membuang-buang waktu, ia segera turun dari ranjang, memungut pakaiannya yang berserakan di lantai, lalu memakainya. Setelah rapi ia segera keluar dari kamar itu menuju tempat parkir.
Julian segera masuk ke mobil mewah berwarna hitam yang terparkir di sudut ruangan. Ia meraih ponsel dari dalam sakunya, lalu menggulir layar benda pipih itu. Telunjuknya menekan salah satu nomor bernama Vincent. "Halo, Vincent. Periksa cctv di hotel Caroline, jam 12:00 malam. Cari tahu wanita yang bersamaku semalam. Jangan lupa salinan videonya kirim ke aku," ucapnya seraya menatap tajam ke depan. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Jalanan semakin ramai bahkan macet. Julian terlihat kesal, beberapa kali menekan klakson. "Sial!" Ia memukul setir mobilnya.
Setelah hampir satu jam perjalanan, Julian telah sampai di rumahnya. Tampak beberapa orang keluar masuk di rumah tiga lantai itu. Ia turun dari mobil, lalu masuk ke dalam rumah. Tampak ayah dan ibunya sedang mengobrol dengan wanita berambut panjang di sofa.
"Itu dia yang di tunggu-tunggu sudah datang," ucap Lina. Ibu tiri Julian.
Setelah kematian ibunya, Tuan Hans Maverick menikah lagi. Namun, Julian tidak suka dengan ibu tirinya itu dan memperlakukannya seperti orang lain. Ia tidak rela posisi ibunya di gantikan wanita itu.
"Celine," ucap Julian menyapa wanita itu.
Wanita itu berdiri, lalu tersenyum. Ia terlihat cantik dan anggun dengan dress warna merah jambu. Ia berjalan mendekati Julian.
Tanpa memperdulikan wanita itu Julian langsung membalikkan badan menaiki anak tangga menuju lantai dua. Ia membuka pintu kamar merubuhkan begitu saja tubuhnya ke kasur, lalu memejamkan mata berharap ketenangan.
Tok... Tok... Tok...
"Julian, kau baik-baik saja, Nak? Ayo keluar, kami semua menunggumu," ucap Lina khawatir.
Julian tidak menjawab ucapan ibunya itu, ia lebih memilih menyumpal telinganya dengan earphone. Entah rasanya ia tidak ingin bertemu Celine. Walaupun pertunangan mereka akan segera di laksanakan, sampai saat ini ia belum sepenuhnya mencintai wanita itu.
Saat sedang asik mendengarkan musik, tiba-tiba ponselnya bergetar, rupanya pesan masuk dari Vincent. Orang suruhannya. Alisnya terangkat melihat video semalam. "Ternyata aku yang menggendongnya ke kamar itu," gumamnya heran.
Pintu kamar kembali terketuk beberapa kali, ia sudah bisa menebak siapa yang datang. Ia bangkit dari ranjang, lalu membuka pintu tersebut.
Celine tersipu, menyelipkan rambut ke belakang telinga. "Julian, kenapa tidak gabung, aku sudah menunggumu lama," ucapnya, lalu memegangi lengan tangan pria itu.
Julian menatap Celine seraya tersenyum. Mengusap ujung kepalanya dengan lembut. "Maaf, ya. Aku lelah, habis pulang dari luar kota," ucapnya terpaksa bohong. Ia tidak mungkin mengatakan kejadian semalam.
Celine memanyunkan bibirnya. "Kenapa kau sangat sibuk, apakah pekerjaanmu itu tidak bisa di gantikan orang lain saja?" tanyanya dengan wajah memelas.
"Maafkan aku, memang pekerjaanku menyita waktu dan aku jarang menemanimu. Sebagai gantinya, hari ini kau boleh belanja sepuasnya." Julian memperlihatkan layar ponselnya setelah mentransfer sejumlah uang ke rekening Celine.
Celine tersenyum, "Terima kasih, aku pergi dulu." Sebelum melangkah pergi ia mengecup pipi kekasihnya itu.
Julian mengembuskan nafas, lalu menutup pintu. "Sampai kapan aku harus pura-pura baik di depan Celine. Kalau bukan karena hutang budi, aku tidak akan membiarkan dia masuk ke dalam hidupku," gumamnya dengan suara nyaris bergetar. Ia tidak pernah benar-benar mencintai Celine. Hanya saja keluarganya pernah jadi malaikat untuk menyelamatkan perusahaan keluarga Maverick yang sudah di ambang kebangkrutan.
Untuk membayar hutang budi itu, Julian menerima perjodohannya dengan Celine. Bahkan berusaha membuka hati untuknya. Namun, terasa sulit karena wanita itu tidak seperti yang di inginkannya.
Selama ini Celine mengandalkan uang, apapun masalahnya uang solusinya. Julian ragu kalau wanita itu mencintainya dengan tulus. Secara tidak langsung ia selalu bisa membuat pria itu mengeluarkan uang untuk dirinya.
Ponsel Julian bergetar menerima pesan masuk. Rupanya masih dari orang suruhannya. Ternyata mereka tidak berhasil menemukan dimana wanita itu tinggal. Padahal ia sudah sangat penasaran, dan ingin menanyakan banyak hal tentang kejadian semalam.
Julian membanting ponselnya di atas kasur, lalu mengusap wajahnya frustasi. "Mencari satu orang saja tidak becus!" desisnya penuh emosi. Tanpa sadar tangannya mengepal. "Kau wanita misterius, jangan harap aku akan nyerah begitu saja mencarimu. Pandai juga kau bersembunyi, tidak mungkin kau bisa menghilang dariku!" Sambungnya. Matanya menatap kosong jauh ke depan.
Julian meraih kembali ponselnya, lalu mengeluarkan anting yang ia temukan tadi dari dalam sakunya. Mungkin itu salah satu petunjuk untuk menemukan Aruna. Beberapa kali ia mengambil foto benda mengkilap itu, lalu mengirimkan ke anak buahnya.
"Kenapa kau sulit sekali di temukan?" desisnya bertanya-tanya. Apakah menemukan wanita itu sangat mustahil? Rasanya tidak mungkin, dia bukan dari kalangan orang kaya atau semacamnya. Satu-satunya petunjuk hanya perhiasan yang tertinggal itu. Apakah wanita itu sengaja memberi teka-teki kehidupan untuknya? Mengapa meninggalkan jejak yang sangat rumit. Mungkinkah pria itu akan menemukan Aruna?
Terima kasih.