Aris putra abraham adalah anak indigo yang menolak menjadi indigo. dia merasa Tuhan salah teknis ketika menciptakannya dengan kelebihan yang bisa melihat makhluk tak kasat mata. setiap kali bertemu makhluk halus aris selalu menghindar. selain takut, dia juga tak sudi terjun ke dunia perhantuan. sampai seorang gadis Misterius penuh dengan teka-teki, Miya Aluna Dhawa.saat berdekatan dengan gadis dada Aris terasa sangat sakit dan Aris juga melihat kalau Miya di penuhi puluhan makluk halus yang menggerogoti jiwanya, hingga Aris mengasah kemampuan nya untuk memecahkan teka-teki pada gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
" lo baru pulang?"
Leon angkat menjawab, dan memilih menegak air putihnya.
Aris menuang air es ke dalam gelas, sesekali melirik Leon yang pucat, seperti habis dikejar-kejar rentenir.
Leon yang sadar terus dipandangi sang adik, lantas bertanya.
" Kenapa ngeliatin gue kayak gitu, ada yang ikut, ya?"
" lo dikejar admin pinjol?" Aris duduk di depan Leon.
" serius!" sentak Leon.
" maksudnya diikutin sama hantu?"
Kalian menggangguk.
Aris melihat ke sana Kemari.
" nggak ada, gue nggak lihat apa-apa selain seliweran bayangan hitam. Kenapa sih lo? Oh gue tahu. Pasti lo habis.." Aris tersenyum misterius.
Leon menegang.
" main di semak-semak sama Kak Angel terus keciduk Kunti bogel iya kan.." Aris terbahak.
" tai lo! "
harus berhenti tertawa saat hidungnya mencium banyak bau anyir.
" kok bau darah ya?
" darah? "
" iya, lo tembus? "
" lawak! " kalian meminum air putihnya lagi.
" Lu dari mana aja sih, Bang?"
Leon tak menjawab.
" Siena sama savier nyariin lu tadi"
" Siena ke sini? "
" lah kan udah dibilangin Malam ini kita mau dinner sama Om Panji dan keluarganya. Gimana sih?"
Leon menghela nafas lelah, seolah Tengah menanggung beban hidup seluruh makhluk di bumi.
" aneh lu"
" Aneh kenapa?"
" lo kayak orang linglung, Terus mikirin tugas akhir lo apa gimana nyampe pecel gitu. lo ngaca deh, rambut lo lepek banget, mukalah juga kusa. Terus.. lah kenapa hode lo berubah hitam, Bukannya tadi lo pakai yang warna abu-abu"
Leon melihat kodenya sendiri.
" Iya, tadi.. tadi Hobi gue ketinggalan di perpustakaan, jadi gue beli lagi"
Aris manggut-manggut, Percaya saja, lalu berdiri.
" ya udah, gue balik ke kamar lagi deh. Semangat ya. Ingat, ada orang tua yang harus lo banggain. lo harus lulus tepat waktu hehehe" Aris menepuk pundak Leon sebelum pergi.
Leon tak merespon.
sebelum naik tangga, Aris menoleh lagi ke arah Leon yang sedang mengajak kasar rambutnya.
Bang Leon kenapa ya? kok gue ngerasa ada yang nggak beres sama dia. apa jangan-jangan- dia nyabu?
***
sebelum masuk ke kelasnya hari singgah dulu ke kelas Juwita untuk mencari Miya, ingin bertanya secara langsung apa yang terjadi semalam.
" sayang Miya udah datang belum?"
Juwita langsung berdiri di depan Aris dengan tatapan marah.
" Apa maksud kamu nanyain Selingkuhan kamu sama pacar kamu sendiri, hah? tega banget ya kamu!" Gadis itu memukul pundak Aris.
harus berdecih tertawa Seraya memasukkan tangannya ke dalam kantong celana. mulai songongnya.
" aku bosan sama kamu. kita putus aja. aku udah nemuin pengganti yang lebih baik, namanya Miya, cinta sejatiku, calon menantu orang tuaku"
"- Kurang apa aku, Aris? dadaku besar, pantatku bahenol" Juwita membusungkan dada, selalu menunjukkan bongkahan pantatnya yang padat ke Aris.
" kurang ajar" Aris menyentil dahi Juwita.
" Halo pikir sopan gitu? nanti gue pegang lo mencet-mencek kesehatan. terus bilang ke semua orang kalau gue ngelecehin lo, Aris cabul, Aris mesum. Halah.. Basi! perempuan mah gitu. suka mancing-mancing sekali diladenin laki-laki yang disalahkan. betina tukang playing victim "
" nggak semua perempuan kayak gitu, Aris "ujar Raina.
Aris tersenyum pada gadis itu.
" Eh, iya. Raina kan perempuan baik-baik, nggak mungkin kayak gitu ya Sayang ya"
Juwita tersenyum nakal.
" mau coba pegang nggak, Ris?"
Ari sumringah, kalau ditawarin Aris mana mungkin menolak.
" beneran?
" tapi abis itu lo gue tampol pakai sepatu!" Juwita tertawa.
Raina geleng-geleng kepala.
" nggak apa-apa deh yang penting bisa pegang sekali" Paris menyeringai.
" enak aja" Juwita menutupi dadanya Seraya duduk kembali. pertunjukan telah selesai.
"Raican, Miya udah dateng belum? "
" apaan Raican? " Juwita mengkerutkan kening.
" Raina cantik"
" Dih, saingan Akmal tambah satu lagi" Juwita menaik turunkan alisnya.
" nggak perlu bersaing, sekali tembak, Raina pasti bakal terima gue. ya kan sayang?"
" kamu bukan tipe aku" jawab Raina.
Juwita langsung terbahak.
" wahahaha mampus"
" sekarang boleh ngomong gitu, tapi besok-besok kamu bisa aja jatuh cinta sama aku" ucap Aris dengan pedenya.
" kambing!!" Juwita menyahut.
" ini Miya udah datang belum sih?"
" belum, Ris .tuh lihat mejanya aja masih kosong. punya mata nggak sih!"
" Bilang kek dari tadi. pakai drama segala. kalau pengen deket-deket gue terus itu bilang, nggak usah sok-sokan nahan gue biar bisa dimodusin"
"Dih! minta dianiaya"
harus punya nisan sambil kembali ke kelasnya.
namun sampai bel pulang berbunyi pun Miya tidak datang pengasuhnya menghubungi wali kelas bilang kalau Miya sakit. untuk itu Aris mengajak Adnan, Akmal, Juwita dan Raina menjenguk Miya sepulang sekolah.
yang cowok-cowok naik motor, dan yang cewek-cewek naik mobil Juwita bersama sopir.
untungnya kali ini Aris tidak dipersulit karena satpam sudah tanda kenal dengannya, Selain itu dia bersama teman-temannya. mereka hanya untuk mencatat nama di buku tamu.
Setibanya di rumah Miya, satpam membukakan pintu untuk mereka setelah memarkirkan motor dan mobil di dekat pos satpam, mereka jalan menuju rumah Miya.
" beneran ini rumah Miya? jangan-jangan kita nyasar lagi ke rumah Bill Gales" celetuk Akmal.
" Iya norak! Gue udah pernah ke sini sekali"
" ngapain?"
Aris senyum penuh arti. Akmal dan Adnan mencebik. sudah pasti modus lah apalagi.
Juwita berdecak kagum.
" gila! rumah segede ini isinya apa ya?"
tukang kebun yang sedang memangkas rumput berdiri saat melihat Aris, pandangannya tak lepas dari laki-laki remaja itu.
Aris pun sadar terus diperhatikan. begitu ia menoleh, senyumnya mengembang sebagai sapaan. dan pria tua itu langsung membungkukkan badan bersama tiga prajurit berkuda dan 4 perempuan berpakaian kerajaan di belakangnya.
Apa yang dilakukan pria tua itu sama dengan yang dilakukan bocah lelaki di minimarket sebelumnya.
Kenapa mereka melakukan ini?
karena segan, Aris pun balas membungkukkan badan.
" Ris kenapa?" tanya Akmal.
Aris menunjuk sih tukang kebun dengan moncongnya. sontak saja teman-temannya keheranan, tapi kemudian mereka ikut membungkuk.
" ini kenapa kita jadi ikut bungkuk ya?" tanya Juwita.
" nggak tahu, gue ikut doang" bisik Adnan.
kakek itu tersenyum. Aris membalasnya, kemudian ia melanjutkan langkah. dalam benaknya muncul bermacam-macam pertanyaan tentang orang-orang itu. Aris menekan bel rumah. pintu dibuka oleh pelayan berseragam Hitam Putih.
" siapa ya?"
" Halo, tante. eh kok Tante sih?" Aris menutup mulutnya.
" manggilnya siapa ya kalau boleh tahu?"
" panggil aja Mbak Dita"
" Oke jadi begini, mbak kami teman sekolahnya Miya. katanya Miya sakit, Kami mau jengukin"
" temannya non Miya? Wah Silakan masuk kalau gitu" Mbak Dita dengan antusias membuka pintu lebih lebar untuk mereka. dari caranya menarik pintu sudah ketahuan kalau Pintu itu sangat berat.
para remaja itu menganga kagum, tak terkecuali Aris. mata mereka dimanjakan dengan kemewahan bak istana di dalam rumah Miya.
Bukannya duduk, kelima remaja itu malah sibuk melihat-lihat sekitar ruang tamu.
.
.
.