NovelToon NovelToon
Ketika Suami Dan Anak Menolakku

Ketika Suami Dan Anak Menolakku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Tidak direstui mertua dan dikhianati suami, Latisha tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya. Namun, kesabarannya runtuh ketika putra yang selama ini ia perjuangkan justru menolaknya dan lebih memilih mengakui adik tirinya sebagai seorang ibu. Saat itu, Latisha akhirnya memutuskan untuk mundur dari pernikahan yang telah ia jalani selama enam tahun.

Sendiri, tanpa dukungan siapa pun, ia berdiri menata hidupnya kembali. Ayah kandung yang seharusnya menjadi sandaran justru telah lama mengabaikannya. Sementara adik tirinya berhasil merebut kebahagiaan kecil yang selama ini Latisha genggam.

Perih? Tentu saja. Terlebih ketika pria yang pernah berjanji untuk mencintainya seumur hidup hanya terdiam, bahkan saat putra mereka sendiri lebih memilih wanita lain untuk menggantikan sosok ibunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal baru lembaran

Latisha melangkahkan kakinya memasuki kantor barunya. Jujur ia merasa sedikit was-was. Meski ia telah berpengalaman menjadi sekertaris selama beberapa tahun namun tetap saja ia merasa cemas karena selama enam tahun ini ia hanya berdiam diri di rumah untuk mengabdikan diri menjadi ibu rumah tangga yang hanya berkutat dengan kegiatan yang berkaitan dengan rumah tangga.

Ia hanya belajar beberapa hari saja setelah keluar dari rumahnya bersama Drakara. Ternyata ada beberapa hal baru yang harus ia pelajari.

Saat ia mulai memasuki lobi kantor, banyak orang yang memperhatikannya. Entahlah, apa mungkin ada yang salah dengan penampilannya? Ia tak mengerti. Padahal tadi ia sudah memastikan penampilannya oke.

"Nona, apa anda karyawan baru?" Tiba-tiba seorang pria datang menyapanya.

"Iya, saya karyawan baru di sini." Jawab Latisha dengan sopan. Ia sedikit menganggukan kepalanya.

"Pantas saja, saya baru melihat gadis secantik nona di kantor ini." Pria itu tersenyum menggoda. Sedangkan beberapa temannya yang sejak tadi memperhatikan nya langsung bersorak. Latisha hanya tersenyum tipis menanggapi pujian pria yang berada di depannya itu.

"Ada apa ini? kenapa pagi -pagi sudah ribut?"

Tiba-tiba suara dingin seorang pria langsung meredakan sorakan yang tadi riuh terdengar. Mereka semua langsung bubar setelah sebelum nya menganggukkan kepala tanda hormat kepada pria yang tadi menegur mereka.

"Maaf pak." Pria yang tadi menyapa Latisha pun langsung menundukkan kepalanya dan berlalu meninggalkan Latisha dan pria yang Latisha yakini petinggi perusahaan.

Saat Latisha berbalik untuk melihat pria itu, ia terkejut bukan kepalang. Ternyata pria yang berada di hadapannya adalah Agharna, papanya Akta.

Begitupun dengan Agharna yang terlihat terkejut saat melihat kehadiran Latisha di sana.

"Kamu ngapain di sini?" Tanyanya dingin.

"Ini hari pertama saya bekerja pak." Latisha menjawab dengan sopan. Ia sadar mungkin yang berada di hadapannya ini adalah bosnya.

"Maaf pak Agharna, saya belum memperkenalkan sekertaris untuk anda dan pak Langit." tiba-tiba Bu Lauren yang menjadi chief HRD datang. Ia tersenyum kepada Agharna dan juga Latisha.

"Ini Bu Latisha Vidya Ishavara. Sekertaris baru pak Akalangit. Dan ini Greta Falcone Doren sekertaris pak Agharna." Lauren memperkenalkan Latisha dan Greta kepada Agharna. Pria itu pun mengangguk dan sempat melirik ke arah Latisha. Lalu ia melirik ke arah Greta. Dua perempuan yang begitu berbeda, pikirnya. Jika Latisha berpakaian sopan dengan rok panjang serta blazer nya maka berbeda dengan Greta yang terkesan sedikit terbuka dengan rok diatas lutut serta kemeja ketatnya.

Greta juga terlihat bermakeup tebal. Berbeda dengan Latisha yang menggunakan riasan seadanya namun terlihat sangat cantik. Astaga...Agharna mengakui jika Latisha sangat cantik. Ia terlihat begitu bersinar meski tanpa riasan yang mencolok.

"Jadi ini sekertaris baru saya?" Suara pria terdengar dari balik tubuh Agharna. Saat pria itu melangkah maju, Latisha hampir saja meneteskan liurnya saat melihat ketampanan pria yang akan menjadi bosnya.

"Iya pak Langit. Ini Bu Latisha yang akan menjadi sekertaris anda." Lauren menunjuk Latisha yang langsung menganggukan kepalanya ke arah Akalangit.

"Cantiknya....terimakasih Bu Lauren. Anda benar-benar tahu selera saya.'' ujar Langit dengan entengnya. Agharna melotot ke arah sepupunya itu. Bagaimana mungkin pria itu mengucapkan kata yang tidak -tidak.

Namun dengan cueknya, Langit malah mendekati Nana dan mengajaknya ke ruangannya.

"Ayo Latisha. Ikut saya ke ruangan." Ujarnya manis.

"Baik pak. Anda bisa panggil saya Latisha." Ujar Latisha. Ia sendiri merasa asing jika orang memanggil nama panjang nya.

Ia lebih suka di panggil Latisha. Terdengar lebih sederhana.

"Oke, ayo Latisha kita ke ruangan saya. Ada banyak pekerjaan yang menunggu kita." Ujar Langit sambil tersenyum. Ia sengaja menunggu Latisha untuk jalan beriringan dengannya.

Sebelum melangkah, Latisha berpamitan kepada Agharna dan Lauren juga pada Greta yang terlihat sedikit muram. Gadis itu merasa iri dengan Latisha karena mendapatkan bos yang sangat tampan dan terlihat sangat hangat. Berbeda dengan nya yang harus mendapatkan bos yang dingin seperti kulkas dua belas pintu. Meski Agharna juga sangat tampan, namun bawaan Agharna yang dingin membuat Greta sedikit takut.

"Saya harap kamu tidak lagi berpakaian seperti ini esok hari. Saya lebih senang sekertaris saya menggunakan celana panjang agar lebih fleksibel." Ujar Agharna membuyarkan lamunan Greta.

"Ba..baik pak.." Greta menganggukan kepalanya. Padahal ia sudah memilih pakaian yang menurutnya paling sesuai dengan kepribadiannya.

Greta juga pernah bekerja sebagai sekertaris di perusahaan kerabatnya. Namun karena perusahaan tersebut kolaps dan akhirnya di akuisisi, Greta pun di rumahkan. Ia bisa bekerja di sini karena koneksi omnya yang merupakan salah satu direktur di perusahaan ini. Itulah mengapa Lauren menempatkan Greta menjadi sekertaris Agharna sang CEO. Padahal jika di lihat dari pengalaman bekerja, seharusnya Latisha yang Lauren tempatkan menjadi sekertaris Agharna. Hanya saja Omnya Greta yang merupakan direktur pemasaran di sana meminta Lauren menempatkan Greta untuk menjadi sekertaris Agharna.

Agharna berjalan terlebih dulu menuju ruangannya di ikuti oleh Greta yang terus saja menggerutu dalam hati. Sungguh, di hari pertamanya bekerja ia sudah di buat tak nyaman dengan Agharna yang begitu ketus padanya.

Sedangkan Agharna kini juga tengah memikirkan sekertaris barunya yang ia anggap tak sesuai dengan kriteria yang ia inginkan. Bagaimana bisa Lauren malah memilihkan sekertaris seperti Greta? Apa mungkin ia bisa mengikuti kinerjanya? Meski saat ini ia memiliki dua orang sekertaris yang bisa saling membantu, tetap saja Agharna membutuhkan sekertaris yang energik seperti Latisha.

Astaga, kenapa ia lagi-lagi memikirkan Latisha? Samuel menggelengkan kepalanya. Andai ia meminta Lauren menukar Latisha dengan Greta pasti akan menimbulkan rumor yang tidak enak. Kasihan Latisha, ia butuh pekerjaan ini. Dari cerita yang ia dengar dari Shena mamanya, Latisha membutuhkan penghasilan untuk membiayai hidupnya setelah bercerai. Mantan suaminya tidak memberikan harta gono gini sekedar pun padahal menurut Shena, seperti nya mantan suami Latisha itu orang kaya. Ah sudahlah, kenapa juga ia jadi memikirkan wanita itu? Kembali Agharna menggelengkan kepalanya.

Sementara itu Latisha kini tengah mendengarkan arahan dari Langit dan juga Solene, sekertaris Langit sebelumnya yang akan resign seminggu lagi karena ia tengah mengandung. Pekerjaannya memang cukup banyak di hari pertamanya ini. Namun Latisha senang karena pengalaman nya banyak membantunya dalam menyelesaikan pekerjaannya.

"Mbak Latisha cepet juga ngertinya. Bahkan sepertinya mbak Latisha lebih jago dari aku." Solene yang duduk di samping Latisha tengah memperhatikan pekerjaan Latisha.

"Ah, kamu bisa aja Solene. Kan kamu yang ngajarin saya." Latisha tersenyum menatap Solene.

"Beneran mbak, aku jadi tenang. Selama ini aku masih was-was karena takut susah nyari ganti. Pak Langit itu meski orang nya terlihat cuek kayak gitu tapi selalu disiplin kalau bekerja." Ujar Solene. Ia memang sudah lumayan lama bekerja dengan Langit. Ia tahu bosnya itu seperti apa.

"Bagus sih kalo disiplin yang penting enggak galak." Ujar

Latisha sambil terkekeh.

"Enggak galak mbak. Malah aku pikir dia bos yang paling baik. Pak Langit gak pelit kasih bonus." Ujar Solene lagi. Pokok nya enak deh kalau kerja sama pak Langit. Sebenarnya aku juga pengen nya kerja terus, tapi suami nyuruh aku resign." Ujar Solene.

"Iya ya, kalau udah di suruh suami, kita gak bisa nolak." Ujar Latisha.

Saat Latisha masih menyelesaikan pekerjaan nya, tiba-tiba Langit sudah berada di hadapannya. Pria itu memperhatikan Latisha yang masih fokus dengan laptopnya.

"Istirahat dulu Sha." Ujar Langit.

"Eh, iya pak. Sebentar lagi saya selesaikan ini dulu." Ujar Latisha. Ia sedikit kaget dengan kehadiran Langit yang tak ia sadari.

"Masih lama?" Tanya Langit lagi.

"Enggak pak ini udah selesai." Ujar Latisha sambil bernafas dengan lega.

"Yaudah, ayo kita makan dulu. Kasian ini bumil, pasti udah laper." tunjuk Langit pada Solene.

"Ih pak Langit tahu aja." Solene tersenyum menanggapi ucapan bosnya itu.

"Yaudah ayok kita makan. Hari ini saya traktir kalian sebagai ucapan selamat datang untuk Latisha." Langit tersenyum menampilkan gigi putihnya yang berjejer rapi.

"Beneran pak?" Solene terlihat berbinar berbeda dengan Latisha yang terlihat sungkan.

"Beneran dong, ayok." Langit melirik Latisha yang masih duduk di kursinya.

"Saya makan di kantin aja pak." Latisha berusaha untuk menolak. Ia tak ingin di hari pertama nya bekerja akan banyak rumor jelek tentang nya. Ia tak ingin di cap sebagai karyawan baru yang cari muka dengan bosnya.

"Mbak, kapan lagi kita makan di traktir bos? udah ayok ikut. Lagian kan ini traktiran buat menyambut kedatangan mbak Latisha. Gak lucukan kalo yang di traktir aku doang." Solene tertawa. Ia bisa mengerti dengan keengganan Latisha makan bareng dengan bos mereka.

Akhirnya setelah mendapatkan bujukan dari Solene, Nana pun mengikuti Langit. Ia berjalan di belakang Langit bersama Solene.

Langit memilih makan di restoran yang tak jauh dari kantornya. Ia mengikuti keinginan Solene yang ingin makan di restoran jepang. Solene menggunakan kehamilannya untuk meminta Langit mengikuti kemauannya. Memang gak ada akhlak sekertaris satu ini. Namun dengan senang hati, Langit pun mengikuti keinginan Solene setelah sebelum nya bertanya pada Latisha apakah wanita itu menyukai makanan Jepang? Saat Latisha menganggukkan kepalanya, Solene langsung memeluk Latisha dengan senang.

"Makasih mbak." Ujar Solene sambil tersenyum. Latisha pun hanya terkekeh menanggapi ucapan Solene yang berterimakasih padanya.

Kini mereka bertiga sudah duduk di pojok ruangan yang dekat dengan jendela. Solene asyik bercengkrama dengan Latisha sedangkan Langit hanya memperhatikan mereka. Latisha masih terlihat sungkan, sedangkan Solene terlihat cuek meski sang bos tengah memperhatikannya.

"Jadi mbak Latisha udah punya anak?" Solene menatap Latisha yang mengangguk.

"Umur berapa mbak? Cewe apa cowo?" Tanya Solene lagi.

"Anak saya laki-laki usianya lima tahun." Ujar Latisha sedikit serak. Sebenarnya nya ia tak tahu apakah putra kandungnya sekarang masih hidup atau sudah tiada. Inginnya ia langsung menanyakan keberadaan buah hatinya kepada Nurcelia dan Bhaskara, namun ia belum punya kekuatan untuk memaksa mereka mengatakan yang sejujurnya. Lagi pula masih ada harapan dari informasi yang telah di berikan detektif yang ia sewa bahwa putranya ternyata di buang di depan panti asuhan Kasih Ibu. Latisha sudah mencari tahu ke panti asuhan tersebut, hanya saja ia bingung karena ia tidak memiliki banyak informasi tentang putra nya. Ia tidak tahu kapan putranya di buang. Dari beberapa berkas yang ibu panti punya, banyak anak laki-laki yang di simpan di depan pintu panti asuhan. Jadi akan sulit untuk nya mencari lebih detail, dimana kini putra nya tinggal. Mungkin setelah ia mendapatkan gaji pertamanya ia akan mulai mencari lagi keberadaan orangtua yang mengadopsi bayi-bayi yang di telantarkan di depan pintu panti asuhan. Total ada lima bayi yang lima tahun lalu di temukan ibu panti.

Dan semua bayi itu kini sudah di adopsi. Tiga di adopsi saat mereka masih bayi dan dua di adopsi saat mereka sudah berusia dua tahun.

Dari data yang ibu panti berikan pada nya sudah dua keluarga yang ia datangi karena mereka tinggal di kota yang sama dengannya. Namun sayangnya mereka tidak membiarkannya melakukan tes DNA. Mereka juga bersikeras akan membawa masalah ini ke jalur hukum andai dirinya memaksa ingin melakukan tes DNA. Latisha tak bisa lagi berbuat banyak karena mereka memilki bukti kuat surat adopsi yang sah. Tapi setidaknya Latisha lega karena mereka, orang tua yang mengadopsi bayi-bayi itu terlihat begitu menyayangi anak adopsi mereka dengan tulus.

"Kenapa mbak Latisha sedih? Maaf kalau pertanyaanku menyinggung mbak Latisha." Solene merasa tak enak hati.

"Tidak apa-apa. Aku hanya merindukannya." Ujar Latisha berusaha terlihat tenang.

"Pasti rindu ya mbak. Padahal baru setengah hari ditinggal." Ujar Solene sok tahu.

"Anaknya mbak di asuh neneknya?" Kembali Solene bertanya.

"Dia sama papanya. Kami sudah berpisah." Ujar Latisha pada akhirnya. Ia merujuk pada Sageon yang selama ini menjadi putranya.

"Maksud mbak? Maaf..." Solene terlihat tak enak hati.

"Enggak pa-pa." Latisha kembali tersenyum.

Langit yang memperhatikan wajah sedih Latisha tak tahan untuk menghibur wanita itu. Inginnya ia mengusap bahu Latisha lalu membawanya ke dalam pelukannya, ia akan memberikan kata-kata penyemangat untuk wanita itu. It's oke. Everything Will be fine. Mungkin itu kata yang akan Langit bisikkan di telinga Latisha.

Sejujurnya Langit tak menyangka jika Latisha adalah janda dengan satu anak. Dilihat dari penampilannya, Latisha seperti seorang gadis yang belum menikah dan memiliki anak.

Obrolan Solene dah Latisha terjeda saat hidangan yang telah mereka pesan datang. Latisha dan Solene pun langsung menyantap makanan mereka masing-masing tak terkecuali dengan Langit yang juga tengah menikmati makanannya.

Baru saja mereka menyelesaikan makan siang nya saat Agharna datang mengangetkan mereka yang tengah kekenyangan.

"Ternyata kamu makan di sini." Ujar Agharna entah kepada siapa.

Sepertinya perkataannya itu ditujukan kepada Langit, namun tatapan mata Agharna tertuju pada Latisha.

"Iya kita makan di sini. Lo udah makan?" Langit menatap sepupu nya yang menggelengkan kepalanya.

"Lo telat lagi makan? Gak baik buat kesehatan bro." Ujar Langit lagi.

"Kenapa lo gak ngajakin gue? Biar gue gak telat makan." Ujar Agharna.

"Males ngajakin lo, nolak terus. Mending gue ajakin dua sekertaris gue ini, Mayan ada hiburan dengerin mereka ghibah." Langit tertawa sambil melirik Solene dan Latisha.

"Ih enak aja. Kita gak ghibah pak.'' Solene mengerucutkan bibirnya.

"Nah trus tadi ngapain kamu ngomong ampe bibir munyang-monyong gitu?" Langit tertawa melihat Solene yang langsung meraba bibirnya karena di katai sang bos monyong. Latisha pun tak kuasa untuk menahan senyum nya mendengar perkataan Langit. Ia tak sadar jika sejak tadi Agharna memperhatikannya.

1
sri nurhandayani
lanjut
Iry: besok yah Author update, soalnya lagi nulis supaya bisa keluar lebih dari 1 episode
total 1 replies
I Ghani Pranaja
momen drakara mencari istrinya itu memang penting bnget. tapi alurnya terlalu cepat.
Buat lebih dramatis dong. 😀
Iry: Sip deh, bakal lebih dramatis☺
total 1 replies
I Ghani Pranaja
adik tiri jadi sekretaris. bahaya weiii
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!