NovelToon NovelToon
Buku Nabi

Buku Nabi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:674
Nilai: 5
Nama Author: Equinox_

Sebagai pembaca novel akut, Aksa tahu semua tentang alur cerita, kecuali alur ceritanya sendiri. Hidupnya yang biasa hancur saat sebuah buku ungu usang yang ia beli mengungkap rahasia paling berbahaya di dunia (para dewa yang dipuja semua orang adalah palsu).

Pengetahuan itu datang dengan harga darah. Sebuah pembantaian mengerikan menjadi peringatan pertama, dan kini Aksa diburu tanpa henti oleh organisasi rahasia yang menginginkan buku,atau nyawanya. Ia terpaksa masuk ke dalam konspirasi yang jauh lebih besar dari cerita mana pun yang pernah ia baca.

Terjebak dalam plot yang tidak ia pilih, Aksa harus menggunakan wawasannya sebagai pembaca untuk bertahan hidup. Ketika dunia yang ia kenal ternyata fiksi, siapa yang bisa ia percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Equinox_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harga Sebuah Buku Kosong

Suara becek air yang terinjak oleh banyak orang, aroma rempah yang sangat menyengat, dan bising palu yang memukul ukiran besi mentah membuat orang-orang berdesakan hingga saling senggol bahu.

Di tengah atmosfer pasar, terdapat seorang wanita yang menjaga kedua anaknya, seorang gadis kecil berambut perak di sebelah kirinya dan seorang remaja lelaki berambut hitam di sebelah kanannya.

“Bu, aku ingin permen,” rengek gadis itu, yang bernama Hannah.

Kakaknya yang melihat rengekan Hannah menatap ibunya yang berambut perak seperti Hannah.

“Bu, boleh minta 10 chopper?” tanyanya.

Ibu dari kedua anak tersebut mengelus rambut Hannah perlahan dan menatap anak lelakinya, Aksa. ”Untuk apa, Aksa? Bukankah kita membawa uang pas-pasan untuk belanja?”

Mendengar jawaban ibunya, Aksa melihat sekeliling pasar. Ia memindai beraneka ragam kios, mulai dari yang terlihat mewah hingga yang hanya menggunakan gerobak. Akan tetapi, matanya tertuju pada seorang kakek yang terlihat lusuh, menempati tempat di tepi jalan untuk berdagang hanya beralaskan tikar.

“Aku ingin melihat sesuatu, barangkali di tempat kakek itu ada barang bekas yang menarik,” tunjuk Aksa kepada pedagang tua itu.

“Baiklah kalau begitu. Mungkin sekalian, ya, belikan permen di dekat situ untuk Hannah.”

Muka Aksa seolah berbinar. Ia menyodorkan tangannya ke ibunya. ”Baiklah, Bu. Mana koinnya?”

Ibunya merogoh saku gaunnya, mengambil sekantong kecil berisi kumpulan koin, dan memberikan 20 chopper kepada Aksa.

”Terima kasih, Bu.”

Senyum tipis terbalas untuk Aksa dari ibunya.

Perlahan, Aksa meninggalkan ibu dan adiknya, Hannah. Langkahnya lambat seolah melihat sekeliling sembari mengamati toko yang ada.

Setelah berjalan beberapa puluh langkah, ia tiba tepat di depan kakek tua itu. Tampilannya lusuh, kepalanya terbungkuk ke bawah dan ditutupi oleh sebuah topi. Suara dengkuran terdengar darinya.

“Permisi, Kek…” sapa Aksa.

“Halo, Kek. Apakah ini barang dagangan Kakek?”

Sapaannya tak kunjung dijawab. Ia perlahan mengangkat topi kakek tua tersebut. Alih-alih melihat mata yang terpejam, hati Aksa sedikit berdegup. 'Astaga, ia tertidur, tetapi tidak menutup matanya sama sekali.'

“Halo, Kek,” ucapannya masih diabaikan oleh kakek tua itu, walaupun dengan mata yang terbuka.

'Huft, mau bagaimana lagi'. Seolah putus asa, ia mulai melihat-lihat barang dagangan si kakek. Terdapat beraneka ragam barang yang usang. Aksa, yang mulai penasaran, lantas menyentuh barang-barangnya satu per satu.

'Wah, artefak lilin ini cukup usang. Apakah masih berfungsi?' pikirnya. Barang yang lain bergilir dipegang oleh tangannya. Loh, barang yang lainnya terlihat seperti sampah.

Hingga hati dan matanya tertuju kepada sebuah buku—seperti buku buangan—berwarna ungu. Seolah buku ini tak layak baca.

”Buku ini yang paling jelek,” ucapnya.

Terlalu dalam pada pikiran dan analisisnya hingga tak sadar berucap sendiri, tiba-tiba sebuah suara serak terdengar di telinga Aksa.

“Itu berharga 10 chopper,” ucap sang kakek sembari melihat Aksa dengan tatapan tajam.

Deg.

Hati Aksa berdegup kencang secara singkat. 'Waduh, aku salah ngomong ini. Kenapa pas bagian buku jelek malah dia mendengar?'

Tangannya menggaruk kepala. Senyum tipis diberikan kepada kakek itu. ”Maaf? Buku ini berharga 10 chopper? Bukankah itu sama dengan harga tiga kali makan roti?”

Kakek itu menunjuk buku dari tempat duduknya, dengan serius perlahan mengeluarkan suara seraknya, ”Buku itu bukan buku biasa.”

Alis Aksa mengerut, matanya disipitkan. 'Hah? Bukan buku biasa? Ini jelas-jelas cuma sampah,' pikirnya.

Kakek itu perlahan berdiri, lalu meregangkan punggung dan pinggangnya seolah sudah merasa nyeri karena umur. ”Hei, Nak, mungkin kau tidak mengetahuinya, tapi buku ini buku spesial. Kau hanya bisa membacanya saat tidak ada seorang pun di sekitarmu.”

'Wah, kakek ini benar-benar mau menipu. Sialan sekali,' pikirnya sembari memegang dagu.

Ia mulai memegang buku sampah itu perlahan. Tiba-tiba, sebuah tongkat kayu menghantam punggung tangannya.

Plak!

”Aww!” keluh Aksa sambil memegangi tangannya.

“Dilarang menyentuh sebelum membeli!” Suara serak kakek itu sangat tegas sambil memberikan tatapan tajam terhadap Aksa.

Aksa yang perlahan bangkit dari duduknya mulai memelototi mata si kakek. ”Hah?! Hanya untuk memastikan saja diharuskan membeli? Ini tidak masuk akal sama sekali, dasar tua bangka!” ucapnya dengan nada yang sedikit kurang ajar.

Orang-orang di sekitar memperhatikan Aksa dan kakek tua itu yang hampir berseteru. Rupanya suara Aksa menarik perhatian mereka.

“Kau lemah sekali, hanya satu pukulan pelan seperti itu sudah berteriak,” ucap kakek itu.

Tangan Aksa dengan cepat mengambil buku warna ungu itu dan membukanya di hadapan si kakek penjual. ”Lihatlah! Buku ini isinya kosong begini dan dihargai 10 chopper! Anda sudah gila, Kakek Tua! Sampulnya saja jelek seperti ini!”

“Kurang ajar sekali kau, Anak Muda! Sudah kubilang buku ini spesial, hanya bisa kau baca di saat sendiri!” balas si kakek dengan nada yang sama tingginya, sembari menunjuk ke arah buku itu.

Dengan cepat jari Aksa bergerak membuka setiap lembar buku usang tersebut. Diraba dari segala sisi olehnya. ”Dari mana pun bentuknya, buku ini hanyalah buku kosong. Apa kau menjual buku tulis usang ini?” tanyanya.

“Apa kau tidak mau membeli setelah membuat keributan sejauh ini? Huft, memang kau hanya anak miskin.”

Urat di muka Aksa mulai menonjol. Ia semakin kencang memegang buku itu hingga terlihat agak kusut. Tangannya dengan keras meraih saku dan menggenggam 10 koin chopper di tangan kanannya.

”Baiklah, Sialan! Sekarang kubeli! Kaulah yang miskin, Kakek Tua! Menjual barang seperti ini saja bisa-bisanya merendahkan pembeli,” ucapnya sambil melemparkan 10 koin chopper itu ke badan si kakek.

Kaki Aksa berjalan dengan cepat, menginjak tanah dengan keras, badannya membelah kerumunan di sekitarnya. Semua orang memperhatikannya yang pergi sambil memegang buku usang berwarna ungu.

'Sialan, bikin malu saja! Padahal, aku cuma bertanya tentang buku sampah ini,' pikirnya dengan menggebu-gebu.

Kakek penjual yang melihat Aksa menjauh, duduk kembali ke posisi semula. Ia menundukkan kepalanya yang sudah tertutup topi, perlahan tersenyum tipis, dan mengeluarkan suara, “Hehehe.”

.

.

Sesuai pesan ibunya, Aksa membeli tiga buah permen setelah perseteruan singkat dengan si kakek penjual. Ia menemui keluarganya kembali dan memberikan permen-permen itu kepada Hannah dan ibunya.

“Apa Ibu sudah selesai belanja?” tanya Aksa.

“Ya, sudah. Mari pulang, Nak,” jawab ibunya sambil menggandeng tangan Hannah dan kantong belanjaan.

Hannah, yang memakan permen dengan senyum tulus, berterima kasih kepada Aksa, ”Makasih, Kakak.”

'Ugh, memang dia adikku. Setelah melihat senyumnya, seolah semua kemarahanku terobati,' pikir Aksa sembari mengelus kepala Hannah.

“hehehe” senyum tergambar di raut wajah Hannah yang senang di elus oleh keluarganya.

Keluarga kecil itu yang berisi 3 orang, mulai menarik diri dari kerumunan dan pergi meninggalkan pasar.

1
Osmond Silalahi
mantap ini kelasnya
Osmond Silalahi
author, "misteri 112" mampir ya
indah 110
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Taufik: Terimakasih atas feedbacknya
terus tunggu update selanjutnya ^^
total 1 replies
Phedra
Masa sih, update aja nggak susah 😒
Taufik: hehehe tunggu kelanjutannya ya ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!