NovelToon NovelToon
Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Mengetahui kebenaran identitasnya sebagai anak angkat, tak membuat perempuan berumur 18 tahun itu bergeming. Bahkan kematian ibu angkat dan ayah angkat yang mengusirnya dari rumah, tidak membuatnya membenci mereka. Arumi Maharani, gadis lulusan SMA yang dibesarkan di keluarga patriaki itu memilih mencari jati dirinya. “Aku tunanganmu. Maafkan aku yang tidak mengenalimu lebih awal.” Izqian Aksa. Siapa Izkian Aksa? Bagaimana Arumi menjalani kehidupan selanjutnya? Dan akankah pencariannya mendapatkan hasil? Haloo semuanya… ketemu lagi dengan author.. semoga semua pembaca suka dengan karya baru author…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arumi

Arumi Maharani, seorang gadis Muslimah yang tumbuh di keluarga patriaki, tidak pernah bisa mengangkat kepalanya. Ia hanya bisa menunduk mengikuti semua pengaturan sang nenek yang tegas terhadapnya sejak kecil.

Abinya, Aji juga selalu bersikap dingin kepadanya. Hanya Uminya, Imamah yang menyayanginya dengan tulus. Sayangnya, Umi Im tidak bisa terus membelanya karena kanker telah menggerogoti tubuhnya.

“Sarapan dulu, Umi.” Kata Arumi yang masuk ke kamar membawa nampan berisi bubur dan segelas air putih.

“Letakkan saja! Umi akan makan sendiri. Kalau kamu tidak cepat, kamu bisa telat.”

“Kalau begitu, Arumi berangkat sekolah dulu ya, Mi. Untuk makan siang, Arumi sudah buatkan ayam kecap.” Umi Im mengangguk dan Arumi mencium punggung tangan uminya dan pergi ke kamar mengambil tas sekolahnya.

Di ruang tamu, ada abinya yang sedang menikmati kopi dan gorengan yang sudah ia siapkan. Dengan menunduk, Arumi mengulurkan tangannya untuk berpamitan. Abi Aji menyambut tangan Arumi dan segera membuang muka setelah Arumi mencium punggung tangannya.

Keluar dari rumah, Arumi mampir ke rumah yang ada di sebelah, dimana sang nenek tinggal. Ia berpamitan kepada sang nenek. Seperti biasa, ia akan mendapatkan wejangan sebelum bisa berangkat ke sekolah.

Isi wejangan selalu sama, yaitu sebagai perempuan tidak boleh terlalu dekat dengan laki-laki, jangan menjalin hubungan dengan perempuan di luar sana yang sudah terlalu liar dimata beliau dan lain-lain.

Arumi tentu mendengarkannya sambil mengikuti perkataan sang nenek di dalam hati karena ia sudah hafal di luar kepala. Setelah selesai, barulah Arumi bisa berangkat ke sekolah dengan tenang.

Dengan menggunakan angkutan umum, Arumi berangkat ke sekolah. Sekitar 25 menit kemudian, angkutan berhenti di depan sekolahnya dan ia turun bersama pelajar lainnya.

“Arumi!” teriak seseorang dari kejauhan.

Arumi menengok ke arah sumber suara dan menemukan Aliya, teman sebangkunya berlari ke arahnya.

“Kamu kesiangan lagi?” tanya Arumi.

“Tidak! Hari ini aku bangun tepat waktu.”

“Lalu kenapa seperti dikejar setan?”

“Ini lebih mengerikan daripada setan!”

“Apa?”

“Ibuku!”

Pluk!

Arumi memukul kepala Aliya dengan buku yang dipegangnya.

“Sungguh! Kamu tahu sendiri ibuku kalau sudah mulai mengomel seperti apa. Pagi ini aku hanya tidak sengaja meletakkan handuk di tempat tidur, ibu mengejarku dengan sapu di tangannya!”

“Makanya, kalau dinasihati itu diperhatikan! Jangan Cuma didengarkan dengan telinga kanan dan dikeluarkan dari telinga kiri!”

“Ya, ya! Kamu sudah terkena virus nenekmu!” Arumi tidak mengelak.

Sedikit banyak, ia menjadi pribadi yang tertutup dan berpikir dewasa lebih awal karena semua aturan dan omelan dari sang nenek yang lebih mengutamakan laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Selesai kelas, Arumi hanya mampir ke perpustakaan untuk meminjam buku dan pulang ke rumah. Aliya hanya bisa melihat punggung Arumi yang menjauh karena ia tahu betul jika temannya tidak bisa telat pulang ke rumah.

Sampai di rumah, Arumi dikejutkan dengan Umi Im yang dilarikan ke rumah sakit. Menurut pamannya, Taufik uminya mengalami pendarahan saat abinya mengganti pakaiannya.

Arumi yang ingin segera menyusul, dihentikan sang nenek yang mengatakan sebaiknya ia menunggu dengan tenang di rumah dan menyiapkan makan malam. Mau tak mau, Arumi menurut dan melakukan pekerjaan rumahnya seperti biasa.

Sekitar pukul 8 malam, Abi Aji kembali ke rumah dengan raut wajah yang lesu. Arumi segera menyuguhkan kopi untuk abinya dan bertanya mengenai keadaan uminya.

“Umi kamu sepertinya tidak bisa bertahan lama lagi.”

“Maksud Abi, apa? Bukankah hasil kemoterapi yang terakhir bagus?”

“Tapi kondisinya semakin menurun. Dokter juga sudah tidak bisa melakukan apapun kalau tubuh Umimu tidak merespons pengobatan!” Arumi menggelengkan kepalanya.

Ia tidak ingin percaya dengan pendengarannya saat ini. Ia ingin memastikannya sendiri.

“Abi, bolehkah malam ini Arumi yang menjaga Umi di rumah sakit?”

“Lakukan saja! Sekalian kamu bawakan keperluan Umimu.” Arumi mengangguk dan segera masuk ke dalam kamar uminya.

Ia menyiapkan perlengkapan untuk uminya ke dalam tas pakaian dan masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil tasnya.

“Abi, Arumi pinjam motornya.”

“Pakai yang lama, yang baru mau Abi pakai ke undangan rapat desa nanti.”

“Iya, Abi.” Arumi mengambil kunci motor dan segera berpamitan.

Sesampainya di rumah sakit, Arumi tidak bisa menemani uminya karena beliau masih berada di ICU. Menurut keterangan perawat yang berjaga, jika Umi Im bisa melewati malam ini, besok baru bisa di pindahkan ke rawat inap.

Arumi menunggu dengan duduk di kursi yang ada di Lorong dekat ruang ICU uminya. Beruntung ia mengenakan jaket, sehingga ia bisa melewati malam tanpa merasa kedinginan. Dalam setiap nafasnya, Arumi melantunkan dzikir untuk berharap kesembuhan uminya.

Sungguh ia belum siap jika uminya dipanggil lebih dulu oleh Allah.

Alarm tubuh Arumi membangunkannya tepat pukul 3 pagi. Segera ia beranjak dan melihat uminya dari balik pintu kaca. Keadaannya masih sama. Arumi akhirnya berjalan menyusuri Lorong yang gelap untuk sampai di masjid rumah sakit.

Di sana, Arumi mengadukan semua doa dan harapannya kepada Sang Khalik. Ketika ia keluar dari masjid, kata-kata abinya terngiang di kepalanya. Arumi terduduk lemas di teras masjid.

Tidak ia pungkiri jika umur manusia adalah rahasia. Jika benar Allah akan mengambil uminya, mungkin ia harus merelakannya dengan Ikhlas.

“Jika ini adalah jalan yang terbaik agar umi tidak lagi merasakan sakit, aku Ikhlas Ya Allah…” gumam Arumi yang kemudian mengusap air matanya yang sudah menganak Sungai.

Ia mulai mengendalikan suasana hatinya dan segera kembali ke ruang ICU. Sesampainya di sana, ternyata uminya telah dipindahkan ke rawat inap karena kondisinya sudah membaik.

“Umi…” panggil Arumi yang segera menghambur ke arah uminya.

“Dari sholat?” Arumi mengangguk.

“Arumi sendirian menunggui Umi?” tanya Umi Im yang mengusap kepala Arumi yang terbenam di lengannya.

“Iya, Umi. Abi ada undangan rapat desa tadi malam.” Jawab Arumi seraya mengangkat kepalanya.

“Apa Umi mau sholat?” tanyanya.

Umi Im menganggukkan kepalanya. Arumi membantu uminya mengenakan atasan mukena dan segera beliau melakukan tayamum dan melaksanakan sholat dengan berbaring.

Dalam doa beliau, bukanlah meminta kesembuhan melainkan kebahagiaan Arumi, anak yang akan ia tinggalkan. Beliau merasa tidak rela jika sepeninggalnya nanti, Arumi akan menjalani kehidupan yang tidak adil.

Selesai melaksanakan sholat, Umi Im meminta Arumi untuk membacakan mushaf. Arumi mengangguk dan segera melakukannya. Umi Im memejamkan matanya sambil meresapi lantunan ayat suci dari Arumi.

Di luar, ada Aji yang berdiri kaku melihat kebersamaan istri dan anaknya. Pandangannya tidak terbaca. Antara sedih, marah, dan sakit hati tercampur menjadi satu. Ia yang ingin masuk mengurungkan niatnya dan berbalik menuju kantin untuk membeli sarapan.

.

.

.

.

.

Halooo semuanya... semoga suka dengan karya baru author..

1
indy
syukurlah siti mau mencari arumi
Sunaryati
Setelah lamaran segera halali menurut agama dan negara, semoga niat Diti tulus seperti Ramlan
Sunaryati
Kehidupan sosial itu biasa Arumi ada yang suka dan ada yang tidak suka, apalagi jika iri, yang penting kita bisa membawa diri dan tidak melanggar norma
Sunaryati
Ayo Arumi tunggu apalagi, bukankah Aksa membebaskan kamu jika ingin kuliah, mungkin Aksa yang dikirim untuk menjemput bahagiamu Arumi
Sunaryati
Aku juga berharap Arumi berjodoh dengan Aksa dan segera menikah
indy
ayo Arumi, jawab dong...
indy
kasihan arumi. kok ada emak kayak gitu
Meymei: Ada kak 😊
total 1 replies
Sunaryati
Sabar, semangat Arumi, Bush kesabaran dan ikhlas menerima takdir biasanya hasilnya manis.
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Terima kasih Thoor semoga sehat dan selalu semangat menulis, yang kuharap up. Mudah-mudahan Arumi dan Sisa berjodoh dan membawa kebahagiaan keduanya, apalagi Arumi, yang sejak kelas 5 SD, seperti ART.
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Susanti
semangat arumi
Meymei: Iya kak (Arumi)
total 1 replies
indy
kasihan arumi, kayak bener bener dibuang keluarganya. semoga ramlan bisa membuat rumi punya keluarga yang sebenarnya
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Semakin menarik, kutunggu Thoor
Sunaryati
Arumi gadis kuat, sejak kelas 5 SD sudah bisa menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga dan merawat uminya dengan baik, aku percaya Arumi akan lapang dan ikhlas menerima takdirnya
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Arumi tunggu apalagi jemput bahagiamu bersama Aksa
Meymei: Sabar kak, nanti cepat tamatnya 😅
total 1 replies
Sunaryati
Semoga hari dan kehidupanmu semakin baik Arumi, dan berjodoh pada orang yang bisa membahagiakan kamu
indy
ditunggu kakak...
Meymei: Siap kak😁
total 1 replies
Susanti
berasa kurang
Susanti: lanjut
Meymei: Kurang apa kak?
total 2 replies
indy
lanjut Arumi...
Sunaryati
Semoga Ramlan benar menunggu dan menerima Arumi dengan sepenuh hati
indy
Ramlan kakaknya Arumi ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!