Seorang gadis berusia 20 tahun bernama Lilith adalah seorang pemimpin mafia terkenal dan dijuluki Bloody Queen.
Ia mati di tangan tunangannya yang berkhianat dan memilih gadis lain.
Tanpa disangka dirinya kembali ke masa lalu dan masuk kedalam tubuhnya saat masih berusia 15 tahun.
Tapi anehnya jiwa dirinya saat masih remaja masih hidup dan dia malah terjebak di alam bawah sadarnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Viens03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpisahan
Setelah berdiskusi dengan ketiga sahabatnya, Lilith kecil akhirnya memutuskan untuk membeli rumah tersebut.
"Berapa harganya?", tanya Lilith kecil.
"Anda ingin berapa pelayan?", tanya balik Radit.
"tujuh deh.", jawab Lilith kecil.
"Harga rumah ditambah tujuh pelayan totalnya 35 Milyar dan 70 juta.", ucap Radit.
"Mau kredit atau bayar lunas?", lanjut Radit bertanya.
"Gimana Lun? Masing masing bayar berapa?", tanya Lilith kecil kepada Luna.
Luna terdiam, mencoba menghitung keseluruhannya.
"Masing masing dari kita harus bayar...8 milyar 767 juta 500 ribu.", jawab Luna.
"Oh oke, kak Radit bisa kirim nomor rekeningnya.", ucap Lilith kecil.
Radit mengangguk lalu memberikan nomor rekeningnya, dan Lilith kecil segera mengambilnya.
Mereka berempat kemudian membayar sesuai ucapan Luna secara bergantian.
"Bisa dicek dulu totalnya kak.", ucap Lilith kecil.
"Baik nanti saya cek, kalau masih kurang saya akan kembali kesini.", balas Radit.
"Dan juga ini...surat tanahnya, kamu bisa tandatangan disini.", lanjut Radit sembari mengeluarkan surat tanah dari kopernya.
"Gimana nih? Siapa yang mau tandatangan?", tanya Lilith kecil kepada tiga temannya.
Dan mereka bertiga tidak menjawab, melainkan serempak menatap Lilith kecil.
"Gue?", tebak Lilith kecil sembari menunjuk dirinya sendiri, dan hanya dibalas anggukan oleh mereka bertiga.
Karena tidak bisa mengelak, akhirnya Lilith kecil pasrah dan menandatangani surat tanahnya.
"Terima kasih sudah berbisnis dengan kami.", ucap Radit setelah menyerahkan surat tanahnya, lalu mengulurkan tangannya.
Lilith kecil menerimanya dan menjabat tangan Radit.
Setelah transaksi selesai, mereka semua pergi kedepan gerbang.
Radit memasuki mobilnya dan pergi dari sana setelah menyerahkan kuncinya, sedangkan Lilith kecil dan sahabatnya masih tetap disana.
"Kapan kita pindah?", tanya Lilith kecil.
"Langsung pindah aja gimana?", usul Luna.
"Jangan, terlalu mendadak. Besok aja, besok kan libur.", tolak Sarah.
"Tapi...gimana kita bilangnya ke ibu?", tanya Luna.
"Iya ya, gue yakin ibu bakalan sedih karena kita bakalan berpisah.", timpal Lilith kecil.
"Hmm, apalagi anak anak panti yang lain.", balas Luna.
"Gue yang ngomong.", celetuk Zara tiba tiba.
"Zara? Tumben?", tanya Lilith kecil penasaran.
"Gak papa.", jawab Zara.
"Oke deh biar Zara nanti yang ngomong, sekarang ayok pulang.", ucap Luna lalu menaiki motornya.
Akhirnya mereka berempat pergi dari sana untuk pulang ke panti asuhan.
................
Keesokan harinya, Lilith dan ketiga sahabatnya sudah bersiap untuk pindah ke rumah baru mereka.
Bu Ratna dan anak anak panti yang lain, mengadakan acara perpisahan untuk mereka berempat.
meskipun Zara sudah bilang kalau mereka masih bisa sering bertemu, tapi tentu saja melepaskan seseorang yang berharga tentu saja tidak mudah.
Setelah acara tangis menangis dan peluk pelukan, Lilith kecil dan ketiga sahabatnya masuk kedalam mobil taksi yang mereka pesan.
Dari kaca spion mobil, anak anak panti dan ibu Ratna terus melambaikan tangan kearah taksi yang mereka tumpangi.
"Kok rasanya nyesek ya?", tanya Luna sembari memegangi dadanya sendiri.
"Sama.", balas Sarah.
Sedangkan Lilith kecil dan Zara hanya diam sembari menatap keluar jendela.
Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya tiba di komplek perumahan dan sampai didepan rumah baru mereka.
Ketika mereka berempat keluar dari mobil, seorang wanita tua sudah menyambut mereka.
"Selamat datang non.", sambut sang wanita.
"Bibi... pembantu ya?", tebak Luna.
"Iya non, nama saya Ningsih.", jawab Bi Ningsih.
"Namaku Lilith bi.", balas Lilith kecil memperkenalkan diri.
"Kalo aku Luna.", timpal Luna.
"Kalo dia Zara, terus dia Sarah bi.", lanjut Luna sembari menunjuk Zara dan Sarah.
"Baik non Luna.", balas bi Ningsih .
"Oh ya, pembantu yang lain dimana?", tanya Luna penasaran.
"Oh yang lain masih belum pada dateng non, kayaknya saya kepagian datengnya.", jawab bi Ningsih lalu tertawa kecil.
"Jadi bibi dari tadi nungguin diluar?", tebak Lilith kecil terkejut.
"Hehe iya non.", jawab Bi Ningsih.
"Ya ampun Bi, kan bibi bisa nunggu di rumah, aku punya kontak kak Radit, jadi bisa aku hubungin.", ucap Lilith kecil dengan perasaan bersalah.
"Gak papa non, lagian ini kerjaan bibi yang pertama.", ucap bi Ningsih tak mempermasalahkan.
"Yaudah bi ayo masuk.", ucap Lilith kecil lalu membuka pintu rumah tersebut.
Saat masuk kedalam, Lilith kecil dan sahabatnya merasa kagum karena ruangan yang begitu luas.
Bahkan langkah kaki mereka terdengar menggema ke seluruh ruangan.
"Buset gede banget, ini kalo jalan bisa bisa cape duluan.", ucap Luna sembari menoleh ke segala arah.
Bi Ningsih hanya tertawa kecil mendengar komentar Luna. "Non belum pernah tinggal di rumah besar ya?", tebak bi Ningsih.
"Hehe iya bi, soalnya kami dari panti asuhan.", jawab Luna.
"Non berempat dari panti asuhan?", tanya bi Ningsih memastikan, ekspresi terkejutnya tidak bisa disembunyikan.
Dan mereka berempat hanya membalas dengan senyuman.
"Btw kamarnya dimana?", tanya Luna sembari mencari ke segala arah.
"Kayaknya di lantai dua.", jawab Sarah.
"Gue duluan!", ucap Luna lalu berlari naik melewati tangga.
"Non pelan pelan, jangan lari lari!", teriak bi Ningsih.
"Gak papa bi, dia anaknya emang gitu.", balas Sarah.
"Kita juga naik yok.", ajak Lilith kecil dan diangguki oleh Sarah dan Zara.
Setelah tiba di lantai dua, mereka melihat Luna yang keluar masuk kedalam kamar yang berbeda.
"Lo ngapain dah?", tanya Sarah heran.
"Milih kamar yang cocok.", jawab Luna.
"Gue pilih yang ini aja.", lanjut Luna sembari keluar dari kamar yang ia pilih.
"Gue kamar yang ujung.", ucap Lilith kecil lalu bergegas menuju ke kamar yang ia pilih.
"Kalo gitu gue di kamar sebelahnya.", timpal Sarah.
Sedangkan Zara hanya diam dan masuk kedalam kamar yang ia pilih.