NovelToon NovelToon
IBU SUSU PUTRIKU WANITA GILA

IBU SUSU PUTRIKU WANITA GILA

Status: tamat
Genre:Romantis / Duda / Balas Dendam / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Ibu susu / Tamat
Popularitas:147k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Davian Meyers ditinggal oleh istrinya kabur yang mana baru saja melahirkan putrinya bernama Cassandra Meyers.

Sayangnya Cassandra kecil justru menolak semua orang, selalu menangis hingga tidak mau meminum susu sama sekali.

Sampai dimana Davian harus bersedih hati karena putri kecilnya masuk rumah sakit dengan diagnosa malnutrisi. Hatinya semakin hancur saat Cassandra kecil tetap menolak untuk menyusu. Lalu di rumah sakit Davian menemukan putrinya dalam gendongan seorang wanita asing. Dan mengejutkannya Cassandra menyusu dengan tenang dari wanita tersebut.

Akan tetapi, wanita tersebut tiba-tiba pergi.

Demi kelangsungan hidup putrinya, Davian mencari keberadaan wanita tersebut lalu menemukannya.

Tapi bagaimana jika wanita yang dicarinya adalah wanita gila yang dikurung oleh keluarganya? Akankah Davian tetap menerima wanita itu sebagai ibu susu putrinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22. TAWARAN

Ruang tamu kediaman Davian malam itu begitu hening. Hanya suara jam dinding tua di sudut ruangan yang terdengar, berdetak pelan seolah sedang menghitung denyut waktu yang melambat. Lampu gantung memancarkan cahaya temaram keemasan, membuat bayangan di dinding bergerak samar setiap kali angin malam menerobos celah jendela.

Olivia duduk di sofa dengan wajah pucat, rambutnya sedikit kusut, dan matanya yang lelah menatap kosong ke arah karpet. Di pangkuannya, Cassandra terlelap dengan damai. Olivia mengeratkan gendongannya pada bayi itu, seolah dunia bisa merenggut segalanya darinya jika ia mengendurkan sedikit genggamannya.

Sejak kejadian penyusupan beberapa hari lalu, Olivia semakin rapuh. Suara sekecil apa pun mampu membuatnya tersentak. Bayangan samar di lorong pun cukup untuk membuatnya panik. Ia terus dihantui rasa takut, seakan-akan ancaman itu masih bersembunyi di balik dinding rumah.

Davian memerhatikannya dari kursi berhadapan. Wajah pria itu tidak seperti biasanya. Tidak ada ketegasan dingin yang biasa ia tunjukkan sebagai kepala keluarga besar, melainkan ketenangan yang penuh kesabaran. Tatapannya lembut, penuh pengertian, meski sesekali terlihat khawatir.

Peter berdiri di dekat jendela, bersandar sambil menyilangkan tangan di dada. Ia menatap Olivia dengan pandangan waspada namun lembut, seolah menjaga keseimbangan antara sikap keras seorang penjaga dan empati seorang yang dekat dengan sepupu Peter itu.

Suasana itu terasa berat. Semua orang tahu, ada sesuatu yang perlu dibicarakan malam itu. Sesuatu yang sudah lama Davian simpan dalam pikirannya, menunggu saat yang tepat untuk diucapkan.

"Olivia?" suara Davian akhirnya memecah keheningan. Lembut, hati-hati, seperti seseorang yang berbicara pada permukaan kaca tipis yang bisa retak kapan saja.

Olivia mengangkat wajahnya perlahan. Matanya sedikit merah, sorotnya penuh kelelahan. "Apa?" tanyanya dengan suara pelan, nyaris berbisik.

Davian menarik napas dalam, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Aku ingin bicara denganmu. Tentang sesuatu yang penting. Tentang dirimu."

Tubuh Olivia menegang seketika. Tangan yang menggendong Cassandra semakin erat. Ia menatap mereka semua dengan cemas, seolah apa pun yang akan keluar dari mulut Davian adalah sebuah vonis.

"Aku tahu," Davian melanjutkan pelan, "beberapa hari ini terasa begitu berat bagimu. Sejak penyusup itu masuk, kau semakin mudah panik, ketakutan, bahkan menangis tanpa alasan yang jelas. Aku bisa melihat bagaimana kau berusaha keras melindungi Cassandra, tapi aku juga melihat dirimu semakin rapuh."

Olivia menggigit bibirnya, lalu menunduk. Kata-kata itu seperti pisau yang menembus lapisan pertahanan dirinya.

"Jadi ...." Davian berhenti sejenak, menimbang kalimat yang hendak keluar. "Aku berpikir mungkin akan lebih baik jika kau menemui seorang psikiater."

Kata itu jatuh di ruangan seperti batu besar yang dilemparkan ke permukaan air tenang. Olivia mendongak seketika, sorot matanya membesar, penuh luka sekaligus keterkejutan.

"Psikiater?" suaranya bergetar. "Jadi ... kau melihatku sebagai wanita gila juga?"

Tangis Olivia pecah, meski ia berusaha menahannya. Tubuhnya bergetar, dan Cassandra yang tertidur pun mulai merengek pelan karena gendongan ibunya mengencang terlalu erat.

"Olivia," Davian berkata dengan nada tenang, meski hatinya ikut teriris mendengar tangisan itu. "Dengarkan aku sebentar, tolong. Aku tidak pernah menganggapmu gila. Tidak seorang pun di rumah ini yang berpikir begitu."

Peter menambahkan dengan suara mantap, "Kau tahu aku selalu bicara apa adanya. Kalau aku menganggapmu gila, aku akan mengatakannya langsung. Tapi tidak, Olivia. Kau bukan orang gila. Kau hanya ... terluka. Dan lukamu itu membuatmu sulit menenangkan diri."

Olivia menoleh ke arah Peter, air mata membasahi pipinya. "Terluka? Aku hanya seorang pengecut. Aku tidak bisa berhenti ketakutan. Bahkan suara pintu terbuka saja membuatku hampir pingsan! Bagaimana aku bisa melindungi Cassandra kalau aku sendiri gemetar setiap saat?"

"Setiap orang punya kelemahan. Kau, aku, Peter, dan semua orang di sini," kata Davian.

Olivia menunduk, bibirnya bergetar. Kata-kata itu menusuk jiwanya, namun rasa takut di dalam dirinya lebih kuat. "Tapi ... kalau aku menemui psikiater ... bukankah itu sama saja mengakui bahwa aku tidak normal?"

Davian perlahan berdiri, lalu berjalan mendekati Olivia. Ia berlutut di depannya, hingga wajah mereka sejajar. Tangannya terulur, menyentuh lembut punggung tangan Olivia yang menggenggam Cassandra.

"Dengar aku baik-baik, Olivia," ucap Davian lirih namun tegas. "Menemui psikiater bukan berarti kau gila. Sama sekali bukan. Sama seperti kau menemui dokter ketika tubuhmu sakit, kau menemui psikiater ketika hatimu terluka. Itu bukan aib, bukan kelemahan. Itu hanya bentuk keberanian untuk menyembuhkan diri sendiri."

Olivia menatap Davian lama, matanya bergetar seolah mencari kebohongan dalam sorot mata pria itu. Tapi yang ia temukan hanyalah ketulusan.

"Kau harus kuat, Olivia," Davian melanjutkan dengan suara penuh keyakinan. "Bukan hanya untuk dirimu, tapi juga untuk Cassandra. Dia membutuhkanmu. Dia membutuhkan seorang ibu yang bisa berdiri tegak, bukan karena kau sempurna, tapi karena kau berani menghadapi rasa takutmu."

Air mata Olivia jatuh lagi, namun kali ini bukan karena kesal, melainkan karena hatinya perlahan dilunakkan oleh kata-kata itu.

Peter melangkah mendekat, suaranya dalam dan mantap. "Aku akan tetap menjaga rumah ini. Tidak akan ada satu pun yang bisa mendekat tanpa sepengetahuanku. Jadi kau tidak perlu memikul semua beban sendirian. Tapi untuk pulih ... untuk menemukan kembali dirimu yang dulu, kau perlu seseorang yang bisa membantumu. Dan itu bukan aku, bukan Davian, bukan Emily. Itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli."

Olivia menatap mereka satu per satu. Pandangannya penuh ragu, takut, sekaligus berharap. "Aku ... aku tidak tahu apakah aku bisa."

Davian mengusap tangannya dengan lembut. "Kau tidak perlu langsung bisa. Kau hanya perlu mencoba. Biarkan orang itu menolongmu menemukan kedamaian lagi. Aku tidak ingin melihatmu terus hidup dalam ketakutan seperti ini."

Suasana hening kembali, hanya suara rengekan kecil Cassandra yang terdengar. Olivia menatap bayi itu dengan pandangan sendu. Ia mengusap pipi mungil bayi itu, lalu menarik napas dalam.

"Aku hanya takut ... akan kehilangan bayiku lagi," ucap Olivia pelan.

Davian mengangguk setuju. "Dan karena itu, kau perlu bantuan. Agar kau bisa menemukan keseimbangan lagi. Aku ingin melihatmu tersenyum, melihatmu kembali percaya diri. Aku ingin Cassandra tumbuh dengan melihat ibunya sebagai sosok kuat. Agar kau tidak kehilangannya lagi."

Olivia terdiam lama. Air matanya masih jatuh, tapi genggamannya pada Cassandra sedikit mengendur. Seakan beban yang menghimpitnya perlahan mulai berkurang, meski belum sepenuhnya hilang.

"Kalau aku mencoba," Olivia akhirnya bersuara dengan ragu. "Kalian janji ... kalian tidak akan melihatku sebagai wanita gila?"

"Tidak," jawab Davian tegas, tanpa ragu sedikit pun. "Tidak sekarang, tidak nanti. Kau bukan wanita gila. Kau hanya wanita yang sedang mencari kembali kekuatannya. Dan aku, kami semua, akan ada di sini mendampingimu."

Peter menambahkan dengan suara mantap, "Kau bukan beban, Olivia. Jangan pernah berpikir begitu.

Tangisan Olivia perlahan mereda. Davian masih berlutut di depannya, menatapnya dengan tatapan yang tidak sekadar kata-kata, tatapan yang mengatakan bahwa ia sungguh tidak sendiri.

Untuk pertama kalinya sejak lama, Olivia merasa ada sedikit cahaya menembus kabut gelap yang menutupinya. Ia tahu perjalanannya masih panjang, dan rasa takut itu tidak akan hilang sekejap. Tapi malam itu, di ruang tamu yang hangat dengan kasih dan pengertian, ia mulai percaya bahwa mungkin ... hanya mungkin ... ia bisa menemukan dirinya kembali.

1
Ima Kristina
yach sudah tamat saja kan adiknya Cassie belum launching thor uncle peter juga belum nikah
Archiemorarty: Hahaha...ntar kepanjangan ceritanya malah bosenin /Slight/
total 1 replies
Ima Kristina
wahhh uncle peter ketauan
Ima Kristina
Cassie tumbuh menjadi anak yang cerewet rasa inginntahunya tinggi dan menggemaskan pasti
Ima Kristina
next
Ima Kristina
Akhirnya.... Davian dan Olivia bersatu
Ima Kristina
Semuga tidak ada perusak rumah tangga Davian dan Olivia
Ima Kristina
next
Ima Kristina
Davian sungguh tulus menyayangi Olivia
Ima Kristina
Mungkinkah yang bertamu adalah tuan Morgan.... Olivia menerima kejutan bertubi tubi
Ima Kristina
Cassie usia berapa sich Thor setau aku MPASI mulai usia 6 bulan bukan
Archiemorarty: yeps 6 bulan, kan Olivia dah lama di rumah Davian. di skip aja...biar gx kelamaan /Slight/
total 1 replies
Ima Kristina
Semuga papa kandung Olivia masih hidup dan segera kembali
Ima Kristina
rasain Mak Lampir masuk hotel prodeo
Ima Kristina
Siapa yang datang thor...tuan Morgan kah atau polisi
Ima Kristina
lanjut lanjut penasaran Kakaa
Ima Kristina
Mak Lampir Natali juga dihukum kan Thor
Archiemorarty: Harus donk ini
total 1 replies
Ima Kristina
Lalu bagaimana dengan tuan Morgan yang hilang Thor dan ibu tiri Olivia si mak Lampir Natali
Archiemorarty: lanjut...bakal ke jawab nanti /Chuckle/
total 1 replies
Ima Kristina
co cweet
Ima Kristina
Ini ceritanya Davian nebeng pada acara pertemuan investor untuk melamar Olivia /Facepalm//Facepalm/
Archiemorarty: Sekalian menurutnya /Facepalm/
total 1 replies
Ima Kristina
Woww Olivia kerennn
Ima Kristina
Pasti Raymond gak menyangka wanita itu adalah Olivia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!