Tamu yang datang ke resepsi pernikahan Voren dan Velan membludak. Kebanyakan tamu yang datang adalah tamu dari undangan keluarga Velan. Mereka semua tentu datang untuk menyaksikan kebenaran dari berita yang digembar-gemborkan oleh keempat kakak Velan saat mereka membagikan undangan pernikahan Velan.
"Velan menikah dengan bos di Emperor Grup!"
Semua tetangga Velan datang berbondong-bondong ke acara resepsi pernikahan yang bagi mereka tentulah mewah sekali. Mereka terpana dan terpesona saat melihat Velan yang bersanding di pelaminan bersama suaminya yang begitu tampan.
"Gila, apa tidak salah Velan bisa dapat pria yang begitu tampan dan kaya raya?!"
"Kok bisa Velan dapat pria yang begitu hebat seperti itu, ketemu di mana?"
"Mau juga yang seperti itu kalau ada lagi!"
"Velan kan, tidak begitu cantik, kok mau ya pria luar biasa hebat seperti itu memperistri Velan?"
"Wah, curiga suaminya itu dipelet! Disantet!"
Begitulah para tetangga yang sibuk menggunjingkan Velan.
Para tamu datang dan memberikan ucapan selamat untuk Velan dan juga Voren. Velan mengundang semua teman-temannya yang datang dengan membawa rasa tidak percaya bahwa Velan menikah dengan lelaki paling tampan yang pernah mereka lihat.
"Selamat ya, Velan!" teman-teman Velan memberi selamat begitu mereka berada di pelaminan.
"Terima kasih," Velan tak henti-hentinya tersenyum lebar.
Rasa bangga dan bahagianya benar-benar meluap bak banjir bandang yang menyerbu ibukota. Velan seakan ingin menunjukan pada semua orang bahwa tidak masalah ia terlambat menikah, toh ia akhirnya mendapatkan suami yang luar biasa. Daripada buru-buru nikah waktu masih muda hanya karena merasa takut tidak kebagian jodoh.
Ia benar-benar sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk benar-benar serius menjalani pernikahannya ini. Ia sungguh berharap inilah akhir bahagia dalam hidupnya. Seperti kisah dongeng-dongeng pengantar tidur. Saat seorang putri berakhir bahagia bersama pangeran selama-lamanya.
Doni segera menghampiri Voren di pelaminan.
"Nona Velan, kami permisi sebentar," Doni meminta izin pada Velan.
Voren segera meninggalkan pelaminan diikuti oleh Doni.
Velan kembali sibuk menyambut para tamu yang kembali berdatangan.
"Selamat ya, Velan!" kata Desi segera memberi Velan pelukan.
"Desi, terima kasih ya sudah datang," kata Velan.
"Iya, sama-sama," kata Desi.
Velan sungguh tidak enak pada Desi, ia sudah menjanjikan uang laba dan uang pinjaman modal dari Desi namun gara-gara ulah Taki dan Toro, Velan belum bisa memberikan Desi uang tersebut.
"Gila, tampan sekali suamimu, Velan, kok bisa nemu begitu di mana?" tanya Desi.
"Yah, namanya juga jodoh," jawab Velan seraya tertawa.
Ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia mendapatkan Voren berkat bantuan Madam Yue. Bisa-bisa Velan dihujat sebangsa dan setanah air karena ketahuan minta bantuan paranormal. Lebih baik Velan diam dan membawa rahasianya itu hingga ke liang kubur. Jika memang cara Velan ini salah, tentu saja ia tak boleh mengajak orang lain untuk berbuat salah juga.
...~...
Vega sibuk menyambut tamu-tamunya yang datang. Ia benar-benar senang menyambut kehadiran para tamu di resepsi pernikahan Voren. Pada akhirnya salah satu dari impian sederhananya itu terwujud juga. Vega tentu merasa kecewa karena suaminya tidak menghadiri acara bahagia ini karena masih sibuk mengurus pekerjaan di luar negeri. Tidak banyak karib kerabatnya yang datang karena mereka tidak percaya bahwa Voren akhirnya benar-benar menikah.
Mata Vega menangkap sosok seorang wanita yang nampak menatap benci ke arahnya. Sosok wanita paruh baya yang mengenakan gaun panjang berwarna hijau gelap, membuatnya terlihat seperti seorang penyihir.
Wanita itu menghampiri Vega yang sibuk menyambut para tamu undangan. Ia menatap sinis ke arah Vega dengan mata kucingnya. Ialah Darla, sepupu suami Vega dari pihak ibu mertuanya.
"Vega, selamat ya, akhirnya Voren menikah juga," kata wanita itu dengan ekspresi wajah yang berbeda dengan ucapannya.
"Darla, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk datang," kata Vega.
"Yah, mendadak sekali sih pernikahan Voren ini, di mataku terlihat jelas sekali bahwa tujuan pernikahan ini adalah untuk mendapatkan dukungan dari dewan komisaris," kata Darla.
Wanita sialan ini, geram Vega dalam hati.
Vega menata wajahnya dengan senyum yang lebar.
"Darla, bagiku ini adalah waktu yang tepat untuk Voren menikah," kata Vega.
Dasar munafik, geram Darla dalam hati.
"Lihat, Alren bahkan tidak menghadiri pesta penikahan putranya sendiri!" ejek Darla.
"Darla, Alren tidak bisa menghadiri pesta pernikahan Voren karena pekerjaannya yang masih belum bisa ia tinggalkan! Seandainya saja Alren melepaskan kursi Emperor Grup dari tangannya, aku rasa saat ini ia bisa hadir dan menyambut semua tamu yang ada," kata Vega membalas ejekan Darla.
Darla tertawa, dasar wanita menyebalkan!
"Begitu ya, tapi Vega, kau pasti tahu sendiri bahwa kursi Emperor Grup akan jatuh ke tangan orang yang lebih tepat daripada hanya sekadar mengandalkan keturunan darah semata," kata Darla tersenyum lebar.
"Hoho, begitu ya, kita lihat saja nanti Darla," kata Vega memprovokasi Darla.
Ekspresi Darla mendadak menegang saat Vega mencengkeram telapak tangannya dengan begitu kuat saat mereka bersalaman. Darla menarik tangannya dengan keras. Tak lepas ia memandang kesal ke arah Vega. Ia segera beralih pada Renal yang hanya memasang ekspresi datar saat menemani Vega di pelaminan.
"Ya ampun, kasihan sekali kau, Renal, hanya menggantikan posisi Alren dengan berdiri seperti orang bodoh di sini!" sindir Darla pada Renal.
Renal hanya mengulas senyum dingin.
"Aku merasa terhormat bisa mendampingi keponakanku naik pelaminan," kata Renal.
"Haha, omong kosong!" sergah Darla.
"Darla, lebih baik kau juga segera menikahkan Daren, jadi kau bisa mendampingi Daren naik pelaminan juga," sindir Vega.
Darla segera kembali melangkah menuju ke pengantin wanita yang hanya berdiri seorang diri di atas pelaminan. Matanya menyorot penuh selidik pada wanita yang menurutnya benar-benar biasa sekali. Tanpa bicara Darla melewati menantu Vega itu begitu saja hingga ia turun dari pelaminan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
...~...
Siapa ya wanita ini? pikir Velan saat seorang wanita angkuh melintas begitu saja di depannya. Wanita itu tadi nampak terlihat berbincang dengan ibu mertuanya. Namun begitu selesai berbincang, wanita itu sungguh hanya memicingkan mata kucingnya ke arah Velan lalu segera berpaling dan melanjutkan lagi langkahnya seakan ia satu-satunya makhluk yang hidup di muka bumi.
Vega berjalan menghampiri Velan.
"Velan, ayo kita sapa bersama kakek dan nenek Voren," kata Vega mengajak Velan.
"Baik, Bu," kata Velan.
Velan bergerak meninggalkan pelaminan, ia segera mengikuti langkah Vega menuju ke meja VIP. Terlihat Voren sudah menunggu di meja tersebut bersama dua orang yang nampak sudah uzur namun masih terlihat begitu bergaya dan mewah.
Seorang pria tua dengan rambut perak berkacamata bulat serta wanita tua dengan rambut perak bergradasi itu menyambut Velan dengan senyuman. Velan bisa melihat dengan jelas sisa-sisa ketampanan dan kecantikan yang nampak sudah pudar dimakan waktu terpancar dari wajah kakek dan nenek Voren.
Vega segera melakukan sungkem kepada mertuanya itu.
"Ayah, Ibu, terima kasih sudah menyempatkan diri untuk datang ke pesta pernikahan Voren," kata Vega ke arah mertuanya.
"Perkenalkan, ini Velan, cucu menantu Ayah dan Ibu," Vega memperkenalkan Velan.
Rendarto Lazaro adalah nama kakek Voren. Rendarto mengamati Velan yang mengulas senyum ke arahnya. Wanita itu langsung membungkuk dan melakukan pose meminta tangan pria tua itu. Velan tentu tidak bisa langsung mengambil tangan pria tua itu tanpa permisi.
Rendarto menyodorkan tangannya, sehingga Velan mengambilnya dan menempelkan tangan keriput itu di keningnya. Velan juga melakukan hal yang sama pada nenek Voren yang benama Alena.
Vega terlihat begitu bangga, menantunya ini benar-benar sangat sopan terhadap orang tua. Terlihat Rendarto dan Alena tak henti-hentinya tersenyum.
"Voren, selamat atas pernikahanmu," kata Rendarto.
"Terima kasih, Kakek," kata Voren dengan senyumnya yang menawan.
"Selamat menempuh hidup baru untuk kalian berdua," kata Alena pada cucu laki-laki tunggalnya itu dan juga cucu menantu pertamanya.
"Terima kasih, Nenek," kata Voren ke arah Alena.
Velan tersenyum dan membungkuk memberi hormat. Ia sungguh tak tahu harus mengatakan apa.
"Baiklah, kalau begitu kami permisi untuk menemui tamu lainnya, Kakek, Nenek," Voren menundukkan kepalanya.
Ia segera mengaitkan tangan Velan ke lengannya dan membawa Velan kembali ke pelaminan. Velan benar-benar merasa berdebar-debar. Pria yang menjadi suaminya ini benar-benar begitu tampan dan tinggi. Apakah mereka terlihat cocok bersanding bersama seperti ini?
Ingin rasanya Velan melihat hasil jepretan fotografer yang mengabadikan setiap momen manis mereka. Bagi Velan ini benar-benar mimpi indahnya yang menjadi kenyataan.
...~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Nasi Kaput
oke udah dibalas.
2021-12-05
0