"Di mana?! Di mana?!" teriak pria berperawakan kurus, berkulit cerah, dengan rambutnya yang ia warnai dengan cat rambut berwarna cokelat terang.
Sudah satu jam lamanya Taki menghambur isi rumah untuk mencari sesuatu yang saat ini harus didapatkannya sekarang juga. Toro ikut menghambur isi rumah mereka untuk membantu Taki mencari benda yang akan membantu mewujudkan impian mereka.
"Taki, Toro, sebenarnya apa yang kalian cari?" tanya Tomi yang merasa acara nonton sinetronnya terganggu.
Kedua adiknya nampak sibuk membongkar isi kamar, lemari pakaian, hingga lemari dapur.
"Tomi, di mana sertifikat rumah ini disimpan?" tanya Toro.
"Sertifikat rumah?" alis Tomi berkerut.
"Untuk apa kau butuh sertifikat rumah ini?" tanya Tomi lagi.
"Kami akan terkenal, Tomi! Bersiaplah kau akan ikut terkenal!" jawab Taki antusias.
"Aduh Taki, Toro, jangan dihambur-hambur begitu!" sergah Yoyok saat Taki dan Toro kompak membongkar apapun yang bisa mereka bongkar.
Taki dan Toro membongkar isi rumah demi mencari sertifikat rumah yang akan mereka gadaikan. Tentu saja keduanya merahasiakan hal tersebut dari saudara mereka. Ini misi suci Taki dan Toro.
"Coba diingat-ingat kembali, di mana bapak dan ibu menyimpan sertifikat rumah ini?!" kata Taki pada Toro.
"Yang pasti bapak dan ibu tidak membawanya saat pulang kampung!" kata Toro.
"Argh, kesal sekali rasanya! Di mana sih sertifikat itu berada?!" Taki membanting pintu kamar orang tua mereka.
Tomi dan Yoyok terlonjak kaget melihat kedua saudara mereka menghambur isi rumah seperti orang kesurupan.
"Apa sertifikat rumah ini ada di kamar Vels?" tanya Toro.
"Ayo kita cari!" sahut Taki.
Pintu kamar Velan terkunci, Taki dan Toro bertukar pandang sebelum bersiap-siap mendobrak pintu kamar Velan yang memang senantiasa terkunci.
Dalam hitungan ketiga, dua pria itu berhasil mendobrak pintu kamar Velan. Taki dan Toro mulai bergerilya untuk mencari sertifikat rumah mereka yang mungkin saja disimpan oleh Velan, mengingat kedua orang tua mereka lebih memercayai adik bungsu mereka itu. Saat ini yang ada dalam pikiran mereka adalah segera menemukan sertifikat, menggadai atau bahkan menjual rumah ini demi mendapatkan uang.
Salah satu label perusahaan rekaman tertarik dengan band yang digawangi Taki dan teman-temannya. Mereka mendapat tawaran untuk menjajal dapur rekaman. Namun dengan syarat mereka harus menyiapkan sejumlah uang sebagai uang muka.
Taki merasa mendapat kesempatan emas yang sayang sekali jika mereka lewatkan, akhirnya ia pun berencana untuk menggadai sertifikat rumah mereka. Lagipula jika mereka sudah terkenal, mereka akan punya lebih banyak uang, dan tentunya mereka bisa membeli rumah yang jauh lebih besar lagi daripada rumah mereka saat ini.
Taki dan Toro membongkar isi lemari pakaian adik bungsu mereka. Mereka bahkan mencari di antara tumpukan pakaian dalam milik Velan.
Taki merentangkan bra milik Velan, mengamati pakaian dalam yang menurutnya sama sekali tidak seksi.
"Toro, dada Velan kecil sekali, pantas tidak ada pria yang mau berkencan dengannya," Taki terkekeh.
"Taki, secara pribadi aku tidak masalah dengan wanita berdada kecil, yang penting aku cinta," sahut Toro.
"Cih, mulutmu! Tapi kau pasti lebih memilih wanita berdada besar daripada yang dadanya kecil," cibir Taki.
"Yah, kalau ada, aku tidak mungkin menolak," sahut Toro seraya tertawa.
"Toro, ternyata kita ini memang bersaudara, ya!" Taki ikut tertawa.
Yoyok dan Tomi hanya bisa saling bertukar pandang melihat kedua saudaranya yang terlihat seperti maling pakaian dalam yang sedang beraksi.
Mereka berdua sungguh tak berani menghentikan aksi Taki dan Toro. Mereka begitu takut pada Taki dan Toro yang kerap mengancam dan memukuli mereka jika Yoyok dan Tomi ikut campur urusan mereka.
Mata Taki tertuju pada kasur Velan, ia membongkar kasur dan juga bantal. Sebuah amplop cokelat terjatuh dari dalam sarung bantal. Taki segera mengambil amplop tersebut dan melihat ada banyak uang dalam di dalamnya.
Taki dan Toro melotot lebar, mereka seakan tengah menemukan harta karun.
...~...
Velan segera memarkirkan sepeda motornya di depan rumah. Rumah dengan tipe empat puluh lima yang berada di komplek perumahan kelas menengah. Dulunya bapak Velan adalah karyawan yang bekerja di perusahaan multinasional. Tak heran, dulu kehidupan perekonomian keluarga mereka sangatlah makmur. Bapak Velan dulunya bertugas di lokasi, sehingga kurang memerhatikan tumbuh kembang anak-anaknya. Begitu pula dengan Ibu Velan, yang dulu juga sibuk berkarir. Akibatnya anak-anak mereka tumbuh tanpa pengawasan orang tua.
Velan segera memasuki rumah yang nampak berantakan seakan baru saja ada angin p*ting beliung menerjang isi rumah. Velan melangkahi sofa berwarna abu-abu yang saat ini sudah malang melintang melawan gravitasi bumi. Seandainya tidak ada gravitasi di dalam rumah mereka, pastilah semua barang yang berserakan di lantai sudah melayang-layang.
Velan segera menuju ke depan kamarnya di mana Yoyok dan Tomi berdiri ketakutan dan nampak gemetaran. Velan rasanya hampir pingsan melihat kamarnya yang berantakan seperti Kapal Titanic yang karam.
"Kak Taki! Kak Toru! Apa yang kalian lakukan di kamarku?!" sergah Velan.
"Velan, di mana kau simpan sertifikat rumah?" tanya Toro.
"Untuk apa kalian mencari sertifikat rumah?" tanya Velan.
"Kami ada perlu, Vels! Kami butuh sertifikat itu!" sahut Taki.
Velan ragu, apakah ia harus mengatakan pada semua kakak-kakaknya ini bahwa ia sudah menggadaikan sertifikat rumah mereka untuk menambah modal usahanya?
"Untuk apa kalian membutuhkan sertifikat itu?" tanya Velan.
"Velan, kami mendapat tawaran dari salah satu perusahaan label musik yang tertarik dengan band kami, kami butuh modal untuk tembus ke dapur rekaman!" jawab Toro.
"Kami akan terkenal, bersiaplah kalian akan menonton konser tur keliling dunia band kami!" sahut Taki terlihat begitu antusias.
"Dapur rekaman dari Hongkong! Daripada kalian ke dapur rekaman, lebih baik kakak ke dapur di belakang dan bereskan semua kekacauan yang kalian lakukan!" tandas Velan.
"Kak Taki, Kak Toro! Daripada kalian menjadi kaum rebahan yang hanya bisa bermimpi muluk-muluk begitu, lebih baik kalian kerja yang nyata, yang menghasilkan uang!" lanjut Velan.
"Vels! Kami sedang berjuang untuk mimpi kami! Kau harusnya mendukung, bukannya malah menentang!" tandas Taki.
"Berjuang untuk impian kosong kalian?!" sergah Velan.
"Velan, kau jangan menghina impian kami!" sergah Toro.
"Aku tidak pernah bermaksud menghina impian kalian, Kak! Aku hanya berusaha menyampaikan pemikiranku yang jauh lebih realistis daripada pemikiran kalian!" kata Velan.
"Baiklah, kalau kau tidak mau mengatakan di mana sertifikat rumah ini, aku anggap uang ini sebagai pengganti sertifikat yang kau sembunyikan itu!" kata Taki mengangkat amplop cokelat berisi uang yang ditemukannya tersimpan dalam bantal.
"Kak Taki, jangan!" seru Velan.
"Kenapa jangan?" tanya Toro.
Taki dan Toro saling bertukar pandang. Mereka seakan menemukan celah untuk mendapatkan sertifikat rumah mereka dengan memanfaatkan uang dalam amplop ini sebagai sandera.
...~...
Catatan Author
Pengenalan Tokoh
Hutama Haryo (Tomi)
Berusia tiga puluh enam tahun. Ia kerap jadi korban bully Taki karena sikapnya yang lembek. Hobinya nonton sinetron dan mengkhayal.
Toro Haryadi (Toro)
Berusia tiga puluh lima tahun. Ia bertampang sangar, namun aslinya berhati Hello Kitty. Pandai bermain gitar karena kerjanya hanya gitaran saja. Impiannya adalah tembus ke pasar musik bersama bandnya.
Yoyok Haryanto (Yoyok)
Berusia tiga puluh empat tahun. Ia selalu tersenyum seperti Tomi. Kerjanya hanya rebahan dan paling sering membantu Velan dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
Taki Haryandi (Taki)
Berusia Tiga puluh dua tahun. Ia biang kerok berwajah Hello Kitty. Suka cari gara-gara karena sering ngegas dalam hal apapun. Ia mempunyai impian untuk menjadi penyanyi dan membawa bandnya untuk terkenal. Siap melakukan apa pun demi impiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
rani ramayanti
dicicil like nya thor , semangat
2021-08-22
1
Lutfi Ivansah Kahtami
waduh ga ada yang beres kakaknya... mending jadi anak tunggal kalau gitu 😕😕😕😕😕😕
2021-08-14
2
GYouL
mending misah sendiri kalo jadi velan.
2021-08-02
1