Velan mematut dirinya di depan cermin. Ia sungguh terpana melihat hasil riasan dari perias profesional bersertifikasi yang mampu menghasilkan karya yang begitu menakjubkan. Velan bahkan tidak mengenali dirinya sendiri. Yah, mungkin ini efek yang timbul karena Velan sama sekali tidak pernah memakai riasan seumur hidupnya.
Velan lebih memilih membeli beras untuk dimakan bersama keluarganya daripada harus membeli kosmetik. Terhimpit ekonomi tentunya membuat Velan harus ekstra hati-hati dalam mempergunakan uangnya.
Velan juga mengenakan gaun pengantin tertutup yang tidak memperlihatkan kulit. Ia tentu harus menyembunyikan kulitnya yang kusam dan tidak terawat. Meski kemarin ia sudah melakukan perawatan tubuh kelas premium yang disponsori oleh Vega. Perawatan pra nikah yang membuat Velan merasa menjadi putri-putri dari kerajaan.
Gaun yang dikenakan Velan tentulah gaun yang begitu mewah. Gaun panjang dengan bagian rok mekar itu penuh dengan kristal swarovsky yang memancarkan kilauan indah. Rambut Velan juga ditata sedemikian rupa dilengkapi dengan mahkota kecil.
Veny menatap haru ke arah Velan. Ia benar-benar tak menduga bahwa hari pernikahan anak gadisnya ini akan tiba. Veny selama ini begitu mengandalkan Velan karena Velan begitu dewasa tidak seperti keempat anak lelakinya.
"Velan, cantik sekali kamu, sayang," Veny mengusap air mata harunya.
"Ibu, jangan nangis begitu, nanti aku juga ikut nangis, riasannya bisa luntur," kata Velan.
"Mbak cantik, riasan saya itu bukan riasan kaleng-kaleng, biar ada tsunami juga anti geser!" celetuk perias yang merasa hasil kerjanya diragukan oleh Velan.
"Maaf, Mbak, saya jaga-jaga saja," Velan terkekeh.
Vega memasuki kamar tempat Velan melakukan persiapan. Terlihat Vega mengenakan gaun terusan berwarna putih yang membuatnya terlihat begitu cantik dan anggun. Ia segera bercipika-cipiki dengan Veny.
"Bu Vega, terima kasih atas segalanya," kata Veny pada Vega.
"Bu Veny, justru saya yang harusnya berterima kasih, kalian sudah memberikan saya anak kalian yang begitu cantik," kata Vega sambil mengarahkan pandangannya pada Velan.
Velan merasa tersipu malu, ia benar-benar merasa grogi. Baru kali ini ia terlihat dalam penampilan super mewah seperti ini. Tentu saja ia harus tampil luar biasa mewah karena calon suaminya saja sudah begitu mewah.
"Baiklah, apa Velan sudah siap? Sebentar lagi akad nikah akan dilangsungkan," kata Vega.
"Baik, Bu," jawab Velan.
Velan segera bergegas menuju ballroom. Terlihat empat kakak Velan sudah menunggu di luar kamar. Mereka semua mendapat tugas untuk memegangi gaun megah yang dikenakan Velan.
"Serius ini Velan?!" keempat kakak Velan terperangah.
"Ini bukan efek kamera dan filter jahat, kan?!" seru Toro.
"Vels, kalau kau dari dulu seperti ini, mungkin begitu lulus SD akan banyak pria yang melamarmu!" kata Taki seraya terkekeh.
"Taki, kalau Velan lulus SD sudah menikah, suaminya akan ditangkap atas tuduhan pedofil!" cibir Yoyok.
"Haha! Taki, kau ini sudah cabul juga sangat bodoh!" Tomi tertawa.
"Haha!" Taki tertawa sambil menendang tulang kering Tomi.
"Aduh! Aduh!" Tomi mengaduh sambil melompat-lompat menahan rasa sakit.
"Sudah, sudah! Kalian jangan ribut begitu!" sergah Veny sambil mendorong bapak yang hanya diam di kursi rodanya.
"Kakak, jadi pengiring pengantin jangan rusuh begitu," cibir Velan.
Keempat kakak Velan terkekeh. Ini pertama kalinya mereka menjadi pengiring pengantin wanita.
Velan sendiri tidak menggunakan pengiring pengantin wanita lantaran ia merasa terlalu tua untuk mengikuti tren gadis-gadis muda yang mengajak teman-temannya untuk menjadi pengiring pengantin. Lagipula pernikahannya ini dilakukan secara mendadak dan tentunya Velan tak ingin merepotkan teman-temannya. Teman-temannya yang datang cukup menjadi tamu yang memberi doa restu.
...~...
Ruangan yang menjadi tempat prosesi akad nikah didekor dengan dekorasi bertema musim semi. Bunga-bunga artifisial berwarna merah muda menghiasi ruangan. Para tamu yang datang kebanyakan berasal dari rombongan tetangga Velan.
Velan sungguh beruntung mendapatkan ibu mertua macam Vega yang benar-benar mengurus semua persiapan pernikahannya. Mulai dari masalah administrasi dokumen hingga mengurus semua ***** bengek dalam pernikahan Velan. Betapa beruntungnya Velan, ia mendapatkan suami yang begitu tampan dan baik juga ibu mertua yang baik.
Velan mendapati sosok Voren yang sudah menunggunya di dalam ballroom. Pria itu mengenakan tuksedo berwarna putih yang membuat penampilan pria itu terlihat luar biasa. Velan mencari-cari apakah ada sayap di belakang punggungnya yang nampak atletis itu.
Velan merasa wajahnya memanas saat ia kembali bertatap dengan Voren.
Voren nampak didampingi oleh Doni yang juga mengulas senyum ramah.
Keempat kakak laki-laki Velan benar-benar terpana melihat sosok pria yang akan menjadi suami Velan.
Mereka sungguh tidak percaya pria setampan itu akan menjadi suami Velan.
Bagaimana Velan bisa mendapatkan pria setampan itu?
Semua pertanyaan itu mereka simpan karena prosesi akad nikah harus segera dimulai.
...~...
Velan dan Voren saling menatap ketika keduanya sudah resmi menyandang status sebagai suami dan istri. Velan segera mengecup punggung tangan Voren sebagai simbol bakti kepada suaminya itu.
Manisnya tangan pria ini, apa dia merendam tangannya dengan gula? Batin Velan saat bibirnya menyentuh punggung tangan pria itu.
Voren segera mengambil tangan Velan dan menyematkan cincin mewah bertabur berlian berkilauan yang harganya fantastis itu ke jari manis kiri Velan.
Velan pun juga melakukan hal yang sama, cincin itu tersemat sempurna di jemari manis kanan Voren yang panjang dan terlihat begitu indah.
Mereka berdua segera berpose dengan memamerkan cincin kawin di hadapan fotografer yang sibuk membidik setiap momen sakral tersebut.
Suasana haru muncul begitu Velan melangsungkan kegiatan sungkeman kepada bapak dan ibunya. Sungguh rasanya air mata haru tak bisa berhenti mengalir. Para fotografer segera membidik setiap momen mengharukan tersebut demi mengabadikannya.
"Voren, tolong jaga Velan baik-baik, ya," pesan Veny pada Voren.
Voren hanya menjawab dengan senyum yang memamerkan dua lesung pipinya.
Velan juga melakukan sungkeman kepada Vega. Namun Vega tidak bersama ayah Voren. Vega justru didampingi oleh Renal, selaku paman Voren.
"Voren, selamat atas pernikahanmu," kata Renal.
"Terima kasih sudah datang dan meluangkan waktu, Paman," kata Voren.
Renal tersenyum, ia sungguh tak menyangka keponakannya ini akhirnya menikah juga. Padahal Voren sudah digadang-gadang akan menjadi penerus Renal yang memilih untuk hidup membujang hingga rambutnya sudah mulai memutih sebagian.
Vega sebenarnya sudah menginformasikan kepada seluruh keluarga besar Lazaro mengenai pesta pernikahan Voren. Hanya saja saat ini mereka semua masih sibuk dengan urusan masing-masing dan tak bisa berjanji akan datang.
Velan juga melakukan sungkem kepada keempat kakaknya. Terlihat empat pria setengah matang itu menangis sesenggukan. Sungguh rasanya aneh melihat mereka yang bertampang sangar itu menangis.
Entah mengapa mereka baru tersadar bahwa Velan akan pergi meninggalkan mereka. Velan yang selama ini sudah mengurus mereka kini sudah sepenuhnya dimiliki oleh suaminya. Itu artinya Velan tidak lagi mengurusi mereka.
"Tolong jaga Velan baik-baik," kata Tomi pada Voren.
"Jangan sampai dia marah besar, nanti kau dilempar piring," kata Toro.
"Kalau dia marah, belikan saja es krim stroberi," sahut Yoyok.
"Yah, jangan memang berani membuatnya menangis," kata Taki seraya terkekeh.
Voren kembali mengulas senyumnya di hadapan kakak iparnya itu.
"Aduh, gemasnya lesung pipimu, Dek!" Taki mencolek gemas pipi Voren.
"Taki, jangan colek-colek begitu!" sergah Toro.
...~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments