Velan masih berusaha untuk menguatkan dirinya dalam menerima kenyataan yang begitu pahit. Di malam pengantin yang harusnya ia lewatkan dengan penuh kebahagiaan saat ini justru diliputi ketegangan yang amat sangat memuncak.
Dalam benak Velan, ia benar-benar tidak menyangka bahwa suaminya yang nampak begitu sempurna itu ternyata adalah seorang pria yang tidak tertarik pada wanita.
"Jadi istriku, kuharap kau bisa mengerti, menghormati, dan menghargaiku, demikian aku pun juga pasti akan melakukan hal yang sama terhadapmu," kata Voren.
Voren tentu saja tidak bisa serta merta menerima pernikahan yang diaturkan oleh ibunya. Seorang wanita yang tidak jelas asal-usulnya harus masuk ke dalam kehidupannya. Entah apa tujuan wanita ini menikah dengannya. Sementara ini Voren bisa menduga bahwa uang adalah motif utamanya. Entah berapa nominal yang sudah diberikan oleh ibunya pada wanita ini, hingga wanita ini bersedia dengan senang hati untuk menjadi istrinya.
Wanita yang tidak jelas, dan sama sekali tidak selevel dengannya ini menjadi istrinya? Yang benar saja!
Velan melemparkan pandangannya pada Doni.
Apakah sekretaris pria ini tahu bahwa bosnya itu tidak tertarik pada wanita?
Apa sekretarisnya ini juga sama-sama tidak tertarik pada wanita?
"Istriku, kau pasti lelah, kau bisa mandi dan beristirahat di kamar itu," Voren menunjuk ke arah pintu kamar yang tertutup.
"Ba-baik," kata Velan dengan keterpaksaan yang sangat usai mengumpulkan kembali jiwanya.
"Kalau ada hal lain yang kau perlukan, katakan saja jangan ragu-ragu," kata Voren.
Velan mengangguk, ia beranjak dari sofa, meninggalkan dua pasang mata pria yang tak putus-putusnya menatap ke arahnya.
Velan dengan perasaannya yang hampa berjalan menuju ke kamar itu. Ia memasuki kamar berukuran luas yang begitu minimalis. Kamar itu nampak di kelilingi cermin yang rupanya adalah lemari. Terdapat kasur besar dan nakas disisi kiri kanannya.
Velan membuka gaun pengantinnya yang megah dengan perasaan yang hampa. Bagaimana bisa ia menikahi pria yang tak tertarik pada wanita?
Ibu mertuanya bahkan sudah memintanya untuk mengemban misi agung yakni untuk segera mengandung anak dari suaminya ini.
Velan bahkan sudah dibekali dengan pendidikan kilat dari kitab-kitab zaman dinasti kekaisaran kuno untuk memuaskan suaminya di malam pengantin mereka.
Tidak ada malam pengantin bagi Velan, tidak ada ritual belah duren untuk meraih kenikmatan surgawi. Yang ada hanya rasa terpuruk Velan karena mendapatkan suami yang tidak tertarik pada wanita.
Velan segera mengguyurkan air dingin ke tubuhnya. Ia mulai menangis dalam diam. Itu artinya pernikahan ini benar-benar hanya untuk mendapatkan status semata.
Sepertinya Velan masih kurang menyebutkan kriteria pria idaman untuk menjadi suaminya pada Madam Yue. Pria lajang tersebut harusnya tidak hanya tampan, baik, dari keluarga baik-baik dan kaya raya. Namun juga tentunya tertarik pada wanita.
***
Voren mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari es yang ada di dapur. Ia segera mengambil kursi dan duduk di belakang meja makan berbahan kaca tersebut. Doni segera duduk di hadapan atasannya itu.
"Tuan, apakah anda serius mengatakan pada istri anda bahwa anda tidak tertarik pada wanita?" tanya Doni.
Voren meneguk air mineralnya. Ia menatap skeptis ke arah Doni.
"Doni, bukankah hal itu adalah kenyataannya?" Voren balik bertanya.
"Aku tidak tertarik pada wanita sepertinya, apakah aku mengatakan hal yang salah?" tanya Voren lagi.
Voren kembali meneguk air mineralnya.
"Doni, sekarang aku tanya padamu! Jika kau ada di posisiku sekarang, kau tiba-tiba menikah dengan wanita yang tidak jelas asal-usulnya, tidak sesuai dengan tipemu, bukan seleramu, apakah kau akan menerimanya begitu saja?" tanya Voren.
Doni tidak langsung menjawab pertanyaan Tuan Voren.
Entah mengapa ia merasa bahwa apa yang dimaksud dengan Tuan Voren berbeda dengan apa yang ditangkap oleh Doni terlebih istri Tuan Voren.
Tuan Voren memang sering mengucapkan hal-hal yang ambigu, pikir Doni.
Doni bisa melihat dengan jelas bahwa istri Tuan Voren nampak pucat pasi saat Tuan Voren mengaku bahwa ia tidak tertarik pada wanita.
"Lagipula Doni, aku tidak mungkin tega berbuat kasar padanya! Aku ini pria yang baik hati, ramah, tidak sombong, dan rajin menabung! Jika aku berbuat kasar padanya dan istriku itu mengadu pada ibuku maka habislah aku! Kau pasti mengerti apa maksudku," kata Voren lagi.
Doni mendengarkan dengan seksama penjelasan Tuan Voren.
"Baiklah Tuan, saya hargai apapun keputusan anda, karena anda lebih tahu mana yang terbaik untuk anda", kata Doni.
"Ya, terima kasih sudah paham Doni, kau bisa pulang sekarang," kata Voren.
"Baik Tuan, permisi," kata Doni undur diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments