Cathleen langsung pulang ke apartemennya setelah dari rumah sakit. Dia baru saja merebahkan badannya yang lelah disofa begitu terdengar suara ketukan di pintunya
Tok tok tok
"Siapa yang mengetuk pintu?" Gumam Cathleen kemudian beranjak dari rebahannya dan segera membuka pintu
Ceklek
"Cathleen, Fauzan bilang kakimu cedera? Kenapa tidak mengatakannya padaku? Kenapa kamu pergi ke proyek dengan kondisi kaki seperti itu?" Mery langsung bicara dengan panik begitu dia melihat Cathleen di hadapannya
"Tenanglah dulu, aku tidak papa" Cathleen bicara dengan sangat tenang
"Bagaimana bisa tenang? Lihatlah kakimu? Kamu sudah menggunakan tongkat seperti ini dan masih bilang tidak papa?" Mery terlihat sangat kesal dengan sikap Cahtleen yang sama sekali tidak peduli pada dirinya sendiri
"Ini tidak sakit sama sekali, hanya sedikit menyusahkan saat berjalan" Cathleen menjawab Mery sambil kembali duduk di sofa
"Ada apa kemari? Bagaimana keadaan dikantor?" Cathleen bertanya dengan sikap tenang dan elegan
"Tidak ada masalah. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu sekarang. Tapi masalah degan proyek itu ... aku tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi?" Mery duduk di sofa dekat Cathleen setelah dia mengambil jus dari kulkas Cathleen, dia terlihat bingung jika memikirkan bangunan proyek yang roboh. Mereka sudah menggunakan pekerja profesional dan bahan yang bagus, tapi bagaimana bisa terjadi kesalahan seperti itu?
"Tidak perlu memikirkan itu lagi. Aku sudah tahu penyebabnya. Mery, apa kamu mau bekerja sama denganku untuk menjadi perampok?"
Mery sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan Cathleen hingga matanya membelalak
"Apa kamu gila? Kamu bercanda kan? Aku tahu kamu selalu bersikap seenaknya, tapi aku tidak tahu kalau kamu memiliki niat untuk jadi perampok. Cathleen, kamu itu seorang pemimpin perusahaan. Bagaimana bisa kamu berpikiran seperti itu?!"
Mery bersikap berlebihan dan panik namun Cathleen tetap bersikap tenang sambil menikmati jus yang di ambilkan Mery untuknya
"Sepertinya kamu serius?" Mery kembali tenang karena melihat Cathleen yang bersikap biasa saja
"Tentu saja aku serius. Mana mungkin aku main-main dengan apa yang aku katakan" Cathleen menjawab dengan sangat tenang dan nada bicara yang dingin
"Memangnya kamu mau merampok bank mana?" Kini Mery mulai penasaran dengan apa yang direncanakan Cathleen
"Perusahaan keluarga Gazelle" Jawab Cathleen dengan acuh tak acuh
"Apa? Perusahaan Gazelle? Itu kan perusahaanmu sendiri?" Mery mengernyitkan dahi hingga kedua alisnya hampir menyatu
"Itu dia. Karena selama ini aku yang bekerja keras demi perkembangan perusahaan itu, kenapa kita tidak mengambil apa yang harus kita miliki?" Chatleen tersenyum tipis dengan kedua bahu diangkat bersamaan
"Aku yakin kamu sudah memiliki rencana ini dalam waktu yang lama. Bagaimana kalau kita sampai ketahuan?" Mery semakin antusias dengan apa yang dikatakan Cathleen
"Kamu cukup mendukungku saja dan mengikuti apa yang aku katakan. Aku akan membayarmu dengan bayaran yang sesuai"
"Baiklah aku setuju. Lagipula sudah cukup lama aku ikut denganmu. Aku tidak pernah mempermasalahkan uang denganmu. Katakan padaku rencanamu!" Mery kembali duduk di sebelahnya
"Kita akan menggunakan hobi Arya untuk mendapatkan harta keluarga Gazelle sedikit demi sedikit" Cathleen tersenyum menyeringai dengan menatap Mery acuh tak acuh
"Baiklah, aku ikuti apapun rencanamu pada keluarga Gazelle yang penting kamu bisa terbebas dari keluarga itu. Aku tidak suka melihat mereka selalu bersikap kasar dan merendahkanmu!" Mery bicara dengan penuh kebencian
"Tenang saja, kita akan membalas mereka dan membuat mereka hidup terlunta-lunta di jalanan"
"Aku menunggu saat itu" Mery tersenyum manis menanggapi Cathleen
"Besok temani aku pergi ke mall?"
Mery kembali dibuat bingung oleh Cathleen. Tidak biasanya dia minta ditemani ke mall
"Ada apa? Kenapa kamu mengajakku pergi bersama?" Tanya Mery heran
"Aku ada undangan makan malam. Menurutmu apa yang harus aku bawa sebagai hadiah? Tidak mungkin aku datang dengan tangan kosong kan?" Cathleen memicingkan mata bertanya pada Mery
"Emm... mungkin kamu bisa membawa buah atau makanan penutup?"
"Apakah begitu? Ini pertama kalinya aku mendapatkan undangan secara pribadi"
"Memangnya kamu dapat undangan dari siapa?" Mery teelihat penasaran dengan orang yang mengundang Cathleen
"Dia om Adlan. Aku bertemu dengannya di pesta Mike. Dia sangat baik dan pengertian, dia juga lembut dan penyayang. Rasanya sepertiaku bertemu dengan papa ku" Cathleen terlihat murung saat membicarakan ayahnya
"Sudah-sudah jangan bahas itu lagi! Sekarang kamu harus istirahat dan besok aku akan menjemput mu kemudian pergi ke mall bersama. Sekarang aku pulang dulu. Jangan lupa minum obat mu!" Mery tidak ingin membuat Cathleen bersedih dengan mengingat kedua orang tuanya
"Ya"
Cathleen menjawab dengan singkat dan membiarkan Mery meninggalkannya sendiri
***
Rumah keluarga Stevano
Adlan dan Renita sedang menonton televisi ketika Fauzan baru saja pulang dari rumah sakit.
"Selamat malam mah, pah" sapa Fauzan begitu dia mendekati kedua orang tuanya. Fauzan langsung melemparkan tubuhnya yang terasa lelah di atas sofa dan memejamkan mata
"Kamu baru pulang Zan? Kamu kelihatan lelah sekali?" Pak Adlan bertanya dengan lembut
"Ya pah. Tadi ada operasi darurat dan kondisi pasiennya tidak stabil. Jika operasi terlambat sedikit saja, pasien itu bisa saja meninggal" Fauzan menerangkan dengan mata yang masih terpejam
"Apa operasinya berhasil?" Tanya bu Renita yang terlihat penasaran
"Ya mah. Pasiennya masih belum sadar dan masih harus terus dipantau"
"Zan, besok kamu harus pulang tepat waktu! Papa mengundang seseorang untuk makan malam dengan kita"
Fauzan membuka mata dan menatap samg ayah dengan tatapan curiga
"Siapa tamunya? Jangan bilang papa dan mama berusaha menjodohkan ku lagi?" Fauzan memicingkan mata dengan tatapan sinis
"Jangan sembarangan kamu. Papa hanya ingin mengajak dia makan malam. Papa sama sekali tidak berniat menjodohkan mu dengannya. Lagipula papa dengar kehebohan yang kamu buat dirumah sakit hari ini" Adlan bicara dengan acuh tak acuh berusaha menutupi niatnya dari Fauzan
"Kehebohan apa? Apa yang dilakukan putra kita?" Bukan Fauzan yang bereaksi atas perkataan Adlan melainkan sang istri yang terlihat sangat penasaran
"Dia datang bersama seorang gadis ke rumah sakit. Terlebih lagi sikap yang dia tunjukkan pada gadis itu sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat sangat perhatian dan lembut" Sang ayah mendelik pada Fauzan saat menjelaskan pada sang ibu. Dia tersenyum menggoda Fauzan
"Benarkah? Siapa gadis itu? Fauzan kenapa kamu tidak mengatakan pada mama kalau kamu sudah punya kekasih? Jadi kan mama tidak akan repot-repot mengenalkanmu pada banyak gadis"
Senyum bahagia terlihat dari wajah sang ibu ketika mendengar Adlan dekat dengan seorang gadis
"Dia bukan siapa-siapa. Aku hanya menemaninya saat dia melakukan pemeriksaan kesehatan" Fauzan menjawab dengan sikap yang dingin dan terlihat malas
"Mana mungkin bukan siapa-siapa. Jika memang begitu, kenapa kamu sangat lembut dan penuh perhatian padanya?" Adlan terlihat tidak percaya dengan apa yang dikatakan Fauzan
"Aku pasti sudah mengenalkannya pada kalian jika dia lebih dari teman"
"Benar juga" Ujar sang ibu sambil menatap suaminya
"Pah, mah. Aku ke kamarku dulu ya. Rasanya badanku lelah sekali"
"Baiklah. Selamat istirahat"
Fauzan beranjak dari hadapan orang tuanya menuju kamar miliknya dengan langkah kaki yang malas
"Pah, memangnya siapa yang akan datang besok? Kenapa papa tidak katakan padaku lebih awal?" Renita bertanya pada sang suami setelah Fauzan berjalan menjauh dari mereka
"Cathleen. Tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya dirumah sakit. Sepertinya dia habis memeriksakan kakinya yang cedera"
"Apa lukanya parah? Apa papa sudah menyelidiki tentang dia?" Renita terlihat sangat penasaran tentang Cathleen
"Ya, papa sudah menyelidikinya. Dia pernah tinggal diluar negri sebelum tinggal dengan keluarga Gazelle. Orang tuanya sudah meninggal, dan dia tidak memiliki keluarga dekat lainnya. Dia memang terlihat sombong dan arogan. Tapi jika mama melihat sisi aslinya, mama pasti akan menyukainya" Adlan bercerita dengan antusias
"Mama jadi penasaran seperti apa Cathleen itu sampai papa sangat menyukainya?"
"Kita lihat saja besok"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Lina ciello
palingan pak. adlan koncone bapakmu cath
2024-10-18
0
aphrodite
bagus aku dukung
2024-10-07
0
Yolenta
jeng jeng jeng jeng ..
2021-05-09
3