..." Apa yang memang ditakdirkan untukmu, pasti akan menjadi milikmu, bahkan jika itu berada di bawah dua gunung. Dan apa yang memang tidak ditakdirkan untukmu, tidak akan pernah menjadi milikmu bahkan jika itu berada tepat di antara dua bibirmu."...
Prov Aisha
"Assalamualaikum," Ayah mengucapkan salam saat kami sampai di depan pintu rumah yang bercat biru langit di kawasan pesantren ini, mata ku menatap sekeliling, betapa bahagia mereka yang tinggal di sini, setiap hari bisa merasa kan berada di tengah orang-orang yang haus akan ilmu agama, sungguh ini rumah idamanku.
"Walaikumsalam," Seseorang dari dalam rumah terdengar menjawab, tidak lama terlihat seorang bapak berkopiah putih membuka pintu rumah.
" Permisi pak kyai...,"
" Saya Rohman, ini istri dan anak saya," Ayah memperkenalkan kami pada sosok yang terus tersenyum itu.
" Ya... saya Adam,"
" Silahkan masuk bapak, ibu, kita lanjut kan obrolan nya di dalam saja sambil duduk," Ajak beliau dengan ramah.
" Terimakasih pak kyai,"
" Assalamu'alaikum, silahkan duduk bapak, ibu, mba," Wanita cantik berjilbab yang seusia dengan ibu, keluar dari dalam rumah lalu menyapa kami, aku tebak pasti ini istri pak kyai tadi.
" Walaikumsalam bu nyai," Jawab kami serentak.
Setelah masuk dan duduk ayah langsung menyampaikan maksud dan tujuan kami kesinim
" Begini pak kyai,"
" Kami bermaksud untuk menitipkan anak kami Aisha,"
" Kami minta tolong agar Ais di jaga dan di bimbing, supaya lebih baik lagi."
" In sya Allah, nak Aisha akan kami jaga dengan baik."
" nak Aisha ini masih kuliah atau gimana?" tanya pak kyai.
" Saya sudah kerja pak kyai, cuma sekarang lagi cuti," jawab ku.
" Ya pak kyai, Ais ini lagi dalam tahap penyembuhan, kemarin hampir 14 hari koma."
Terlihat pak kyai dan bu kyai terkejut mendengar ucapan ayah
Aku yang tahu ini akan menjadi awal pembahasan mengenai penyakit ku, merasa mulai khawatir, rasanya belum siap untuk mengingat hal itu lagi. Setiap menghadapi sesuatu yang membangkitkan ingatan ku, maka aku akan menjadi lemah, menangis dalam diam dan akhir nya tak sadar kan diri.
Mataku melihat seorang wanita membawa nampan berisi air dan jajanan pasar dari arah dalam.
" Silahkan di nikmati, ini cuma yang ada di sini, mohon maaf bapak, ibu, nak Ais," Bu nyai mempersilahkan kami, lagi-lagi dengan keramahan.
" Pak kyai maaf..,"
" Apa Ais boleh berjalan-jalan untuk melihat keadaan di sini," Caraku menghindar dari mendengar pembicaraan mereka. Aku tak ingin di saat pertama di sini aku sudah menjadi lemah.
" Silahkan nak Aisha,"
" Nak Fatimah tolong temani mbak Aisha, keliling untuk melihat pesantren ya," Pak Kyai meminta gadis yang membawa minuman tadi untuk menemaniku, rasanya senang bisa sesuai dengan yang aku harapkan.
" Baik pak kyai, mari mba Aisha," Gadis bernama Fatimah itu mengajak ku keluar.
Baru saja kami berjalan, mataku sudah disambut dengan bangunan besar yang berada pas di depan rumah pak kyai
" Ini bangunan apa dek?" tanya ku.
" Panggil aja Fat mba," ucap nya.
" Ini Aula yang biasa di pakai untuk pengajian akbar yang di adakan sebulan sekali."
" Lalu itu rumah siapa?" tanya ku lagi sambil menunjuk rumah minimalis berlantai dua yang di dominasi warna abu-abu dan hijau tua.
" Oh itu rumah nya ustadz Aam, anak dari pak nyai dan bu nyai," aku mengangguk membalas ucapan Fatimah.
Kami melanjutkan langkah memasuki pondok putri, terlihat gedung sekolah dari tingkat MI sampai MA.
Di depan nya ada asrama putri dengan gedung tiga tingkat
" Pesantren ini besar ya Fat, dan lingkungan nya sejuk,"
" Banyak pohon-pohon yang rindang."
" Ya mba, di sini adem banget,"
" Saya aja sampai betah hampir 6 tahun di sini."
" Sudah lama ternyata kamu di sini ya Fat?"
" Ya mba saya sudah dari kelas 7 sampai sekarang kelas 12."
" Wah, senang banget ya,"
" Mba dari dulu pingin banget masuk pesantren, cuma orang tua mba tidak pernah mengizinkan."
" Aku ingat ini adalah pembicaraan terpanjang dan terlama selama aku sakit, baru dengan Fat aku bicara selama ini, apa karena Fat orang baru yang tidak tahu masa lalu ku." batin ku heran
Setelah cukup lama berjalan mengelilingi pesantren, aku mengajak Fat pulang ke rumah pak kyai, takut ayah dan ibu mencari ku.
" Assalamu'alaikum," ucap ku saat memasuki rumah bercat biru muda ini. sedangkan Fatimah masuk lewat pintu samping yang langsung ke dapur.
" Walaikumsalam, wah ini yang di tunggu dari tadi," ucap ibu.
" Gimana nak pesantren nya?".
" Besar dan sejuk banget bu lingkungan nya, Ais suka,"
" Alhamdulilah," Terdengar ibu, ayah dan pak kyai serentak menjawab.
Karena sudah memasuki waktu sholat Dzuhur, kami pun siap-siap.
Aku pergi ke masjid bersama bu nyai sedang kan ibu karena beliau sedang berhalangan sehingga menunggu kami di ruang tamu.
Setelah sholat , bu nyai mempersilahkan kami untuk makan siang, ku lihat Fat dengan cekatan menata makanan di atas meja.
" Silahkan pak Rohman," Pak kyai mempersilahkan Ayah menyantap makan yang telah di sajikan.
"Ayo ibu , nak Ais, silahkan di makan, ini tadi umi masak bersama nak Fatimah," jelas umi pada ku.
Aku pun tersenyum dan menikmati makanan ku dengan pelan.
" Assalamu'alaikum," Aku mendengar suara laki-laki yang seperti tidak asing bagi ku.
" Walaikumsalam, dokter Aam," ucap ayah terkejut.
" Bapak ,ibu dan ????" ucap laki-laki itu tertahan.
Aku yang dari tadi menunduk , seketika mengangkat wajah ku.
" Dokter yang bersuara merdu," batin ku.
" Dokter Aam kok bisa ada di sini?" tanya ibu pada dokter itu.
"Aam ini anak kami bu," jelas bu nyai.
" Ya Allah ternyata dunia ini sempit, kita ketemu lagi," ucap ayah
" Jadi dokter Aam ini yang saya cerita kan tadi kepada pak kyai,"
" Beliau yang banyak membantu Ais saat di rumah sakit,"
" Alhamdulilah,"
" Di mudahkan Allah untuk terus menjaga silaturahmi ya pak Rohman," Jawab pak kyai.
♥️♥️♥️♥️♥️
happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Happyy
💖💖💖💖
2023-08-02
0
Riandini Ari Pertiwi
ahaaaai senang tuh hati aam
2021-12-07
0
mamahna ajizah aulia❤💚
haduuh ikutan dagdigdug ini,,kaget pkus senang banget itu dokter aam ketemu lagi sama ais nya,, 😍😍
2021-08-28
0