..." Kadang lebih baik diam dari pada menjelaskan perasaan ku, karena sangat menyakitkan ketika mereka bisa mendengar dan akhir nya menghakimi"...
" Assalamu'alaikum dokter tamvan, selamat pagi," sapa seorang suster yang memiliki badan sedikit berisi.
" Walaikumsalam suster Anita, selamat pagi juga," Aam menjawab serius membalas godaan suster senior itu.
" Hari ini jadwal operasi saya jam berapa saja ya sus?"
" Pagi ini jam sembilan dok, pasien kamar anggrek A.1,"
" Siang nanti jam setengah tiga pasien kamar melati D.4."
" Oke terimakasih ya sus," Aam berjalan melangkahkan kaki nya menuju ruangan, bersiap untuk tanggungjawab pertama nya di meja operasi hari ini.
Setelah lama di ruangan operasi, Akhirnya Aam bisa keluar dengan sebuah keberhasilan, tak ada yang paling berharga bagi seorang Dokter, selain tangannya berfungsi sebagai perantara kekuasaan Allah untuk menyembuhkan sakit seseorang.
Pria itu melihat jam di pergelangan tangan nya sudah menunjukan angka sebelas, segera dia menuju kamar dimana Ais di rawat.
Terlihat gadis itu sedang sendirian di kamar yang ber dominasi warna kuning kentang, Aam menatap wajah gadis itu sebentar., dia sedang tertidur.
Aam berjalan menuju kursi, lalu di ambil nya benda pipih di saku jas putih nya, seperti biasa pria berjas Dokter itu akan membacakan ayar-ayat indah dari sang maha kuasa, karena Aam tahu betul sesungguh nya ayat suci Al-quran lah yang akan membuat kita merasa tenang di kala hati kita sedang merasa kan gundah gulana.
" Dokter Ais...," Aam memanggil nama itu lembut setelah selesai membaca Al-Quran.
" Saya tahu kamu masih enggan untuk bicara, tapi jika seperti ini terus kamu akan membuat orang tua mu susah,"
" Kasihan mereka yang selalu menghawatirkan keadaan mu." Aam berucap dengan suara lembut,
Ya ini kebiasaan nya, setelah mengaji maka dia akan mengajak Ais bicara, walau pun selama ini masih saja tidak ada tanggapan dari gadis itu.
" Coba lah untuk membuka hati mu,"
" Mengikhlaskan semua, bukan kan ini adalah takdir Allah,"
" Daun saja untuk jatuh, harus atas izin Allah bukan?" ucap Aam pada gadis di depan nya yang masih asyik tertidur.
" Kamu harus bersyukur,"
" Karena begitu banyak orang-orang yang menyayangi mu,"
" Bukan kah lebih baik untuk berdamai dengan keadaan ini,"
" Mencoba menerima kenyataan yang terjadi dan membuka lembaran baru,"
Ada air mata mengalir di sudut mata Ais, namun itu tak disadari oleh Aam.
" Seperti nya sudah masuk waktu dzuhur,"
gumam Aam sambil berdiri dan melangkah nya kaki nya untuk keluar
" Saya permisi sholat dzuhur dulu."-
" Assalamualaikum Dokter Ais,"
Setelah sholat dan makan siang , Aam kembali masuk kamar operasi, jadwal Aam memang padat, mungkin karena Aam salah satu dokter terbaik di rumah sakit ini, dia menyelesaikan operasi kali ini sekitar dua setengah jam.
Kembali dilihat nya jam di tangan nya.
" Masih ada waktu untuk ke kamar Ais, sebelum pulang." ucap Aam
"Assalamu'alaikum dokter Ais,"
sesaat Aam sengaja diam untuk melihat respon gadis di depan nya.
"Kenapa salam saya enggak di jawab lagi? kan menjawab salam hukum nya wajib dok."
Aam pun mendudukkan badan nya di kursi yang sedikit jauh dari Ais,
" Ya sudah gak apa deh karena yang cuekin saya ini cantik,"
" Nanti saya bantu doa, minta ke Allah untuk mengampuni dosa nya kerena gak menjawab salam saya." Aam terdengar tertawa pelan setelah nya.
Tapi masih juga tidak ada respon dari Ais
" Dokter Ais...," Aam kembali menatap sebentar ke wajah wanita itu.
" Saya membawakan beberapa buku,"
" Semoga ini bisa di baca saat dokter bosan." Aam meletakkan beberapa buku di atas meja di samping ranjang Ais.
" Wah ada dokter Aam," sapa ibu Lara, ibunya Ais.
" Ya bu saya membawakan beberapa buku untuk dokter Ais."
" Terimakasih banyak ya dok,"
" Pasti Ais suka, Ais itu hobi nya baca buku," Bu Lara menatap anak gadis nya yang masih diam membisu.
" Alhamdulilah kalau seperti itu,"
" Mudah dokter Ais suku sama buku nya," Jawab Aam sambil sedikit melihat ke arah gadis yang masih saja diam itu.
" Kalau begitu saya permisi dulu,"
" Kayaknya sudah waktunya pulang,"
" Oh say silahkan dok,"
" Saya pulang dulu ya Dokter Ais,"
" Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam," Hanya Ibu Lara yang menjawab salam Aam,
" hati-hati di jalan ya dok," ujar bu Lara kembali dengan penuh perhatian.
Aam segera menuju parkiran untuk mengambil mobil nya.
"Hai bro, kamu mau pulang," Suara Iqbal terdengar.
" Iya nih mau istirahat bro, badan saya sedikit capek tadi habis operasi." Aam memijit-mijit bahu nya.
" Saya ikut ya bro ke rumah kamu,"
" Udah kangen nih sama masakan umi ku tercinta."
" Sejak kapan umi saya jadi umi kamu?" sewot Aam
" Sejak dulu lah,"
" Sejak saya sering di masakin pas nginep di rumah kamu."
" Itu umi bukan masakin kamu tapi memang masakin untuk satu rumah," teriak Aam ke telinga sahabat nya, disambung tawa oleh Iqbal
" Hayo...,"
" Nanti kita mampir ke masjid buat sholat magrip dulu," ucap Aam dan di iya kan oleh iqbal.
"Assalamu'alaikum umi," salam mereka serentak ketika memasuki rumah sederhana yang lumayan besar.
"Walaikumsalam."
" Oh anak umi udah pulang," Umi menyambut Aam dan Iqbal dengan langsung dapat pelukan manja dari anak laki-laki nya itu.
"Ada nak Iqbal juga, kenapa udah lama gak main ke sini?" Tanya umi sambil tangan nya di salami oleh Iqbal, sedangkan Aam masih memeluk umi nya dari sebelah kiri.
" Sibuk nguli umi," Jawab Iqbal sambil tertawa.
Dengan memasang muka heran umi bertanya kembali.
" Kok pak dokter nguli toh nak iqbal?"
" Ya umi nguli nya sama anak umi yang punya rumah sakit."
" Husss kamu itu ya, suka bercanda," Umu memukul bahu Iqbal keras.
" Umi, abi mana?" tapi belum sempat di jawab oleh umi, Aam merasa badan umi sudah ketarik.
Aam pun tahu siapa yang suka menggodanya kalau sedang bermanja-manja dengan umi.
" Abi disini Am," Abi terlihat memeluk umi dengan tangan sebelah kiri dan mengulurkan tangan sebelah kanan nya ke Aam dan Iqbal.
" Abi kan gitu, sudah seharian sama umi, Aam pinjam bentar aja gak boleh."
" Ya gak boleh dong, kan udah abi bilang cari istri biar bisa di peluk kayak abi nih," sambil menunjukan tangan nya yang memeluk umi
" Sahabat kamu nih bal, buat abi bingung,"
" Sudah tua masih juga betah jomblo,"
" Apa di rumah sakit gak ada yang mau sama anak abi nih?"
Iqbal pun tertawa mendengar ucapan Abi,
" Dia itu terlalu jaim bi,"
" Banyak perawat dan dokter yang suka ngasih perhatian ke dia, tapi dia nya lempeng gak ngerespon," Iqbal terdiam sebentar karena dapat tatapan tajam dari Aam.
" Tapi beda bi sama pasien yang di kamar Mawar,"
" Dapat perhatian full dari Aam tiap hari," lanjut Iqbal lagi sambil menunduk untuk menghindar dari tatapan setajam silet milik Aam.
" Siapa tu Aam ?" tanya umi tapi tidak di respon oleh Aam.
" Tapi itu perempuan kan bal?" Abi bertanya sambil tertawa.
" Abi parah nih,"
" Emang abi pikir anak abi ini suka nya jeruk makan jeruk apa," Aam terlihat kesal.
" Sudah ah Aam mau ke atas dulu mau bersih-bersih"
" Tapi jangan lama-lama ya, masakan umi sudah memanggil-manggil nama ku tu,
Iqbal... iqbal," ucap Iqbal sambil memperagakan seseorang sedang memanggil nama nya, Dan di jawab abi dan umi dengan tawa.
♥️♥️♥️♥️
Happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Adiba Shakila Atmarini
bcax seru bngt..ada sdihx jga..
2024-04-30
0
Happyy
🤭🤭
2023-08-02
0
bunda syifa
sebenarnya cerita nya bagus Thor, tapi gaya bahasanya kayak terlalu kaku
2022-11-24
0