3

Eaaa!!" Terdengar suara tangisan Bayi di tengah guyuran hujan.

"Kelahiran diantara cinta dan dendam...kau akan tumbuh menjadi bayi yang kuat!" seorang wanita menangkap seekor kunang-kunang yang berterbangan menuju ke sebuah tempat.

"Selamat jalan Vito ... aku akan menjaga putrimu sampai ia menemukan pelindungnya," wanita itu mengambil tongkat sakti dari tubuh Vito.

"Aku akan menghadiahkan senjata ini pada putrimu," imbuhnya kemudian menghilang dari hadapan Vito

Sementara itu Tania segera menggendong bayi itu dan mendekapnya erat.

"Maafkan ibu yang tidak bisa menemanimu tumbuh dewasa nak, Ibu hanya bisa berdoa semoga kau selalu bahagia dan mendapatkan apa yang kau inginkan," ucapanya mengecup kening bayi itu.

Tidak lama Tania pun merasakan tubuhnya menggigil, "Apakah ajal ku sudah tiba," ucapnya sembari menatap bayinya.

Dihadapannya kini muncul Vito yang mengulurkan tangannya mengajak ia pergi.

"Aku tidak tega membiarkannya sendiri di sini," ucap Tania sambil menahan sakit di dadanya.

"Ya Allah jika aku harus pergi sekarang, maka kirimkanlah malaikat penolong mu untuk menjaga putriku," ucapnya berlinang air mata.

Ia kembali memeluk bayi mungil nya itu sambil menahan sakit di dadanya.

"Semoga kau selalu diberikan kebahagiaan putriku, selamat tinggal...." ucap Tania kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.

Ribuan Kunang-kunang mulai berdatangan dan mengerubuti bayi mungil itu. Mereka seolah melindunginya dari guyuran hujan deras.

"Terima kasih Barra, kini aku bisa pergi dengan tenang," ucap Tania meraih lengan Vito dan menghilang dari tempat itu.

"Sungguh malang nasibmu cah ayu, aku akan membawamu kepada mahluk yang sudah membuat mu menjadi yatim piatu, dan kelak dia harus membayar apa yang sudah ia lakukan padamu," seorang wanita tua membawa bayi itu pergi.

"Ternyata dia ada di sini, kau harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kau lakukan Garra, jika kau bisa berbuat baik sekali saja dalam hidupmu maka aku akan membantu menyembuhkan lukamu," ucap wanita itu menatap Garra yang duduk di roof top Bramantyo Tower.

"Maaf aku harus meninggalkan mu disini, semoga ada yang menolong mu disini," ucap wanita itu meletakan bayi mungil Tania di depan Bramantyo Tower.

"Eeaaaa, eeeaaaaaa!!" Bayi itu langsung menangis ketika wanita itu meninggalkannya seolah meminta tolong kepada seseorang untuk membawanya pergi dari tempat itu.

Malam semakin larut tak satupun orang yang berlalu lalang di gedung itu.

"Biasanya aku selalu kebal senjata kenapa luka ini begitu menyakitkan," ucap Garra membersihkan luka di dadanya.

"Apa ini pertanda aku sudah mulai lemah dan akan mati," keluhnya kemudian mengancingkan bajunya.

"Eaaa, eeaaaa, eeeaaaaaa!!"

"Siapa yang berani mengangguku dengan suara bising ini!" serunya sembari mencari sumber suara yang mengganggunya.

Ia kemudian melompat turun dan menatap seorang bayi yang menangis terkena guyuran hujan.

"Manusia benar-benar mahluk yang paling kejam di dunia ini, bagaimana ia tega meninggalkan bayi merah yang belum putus tali pusarnya di tengah guyuran hujan,"

Jangan sekali-kali kau menyentuh bayi manusia,

Garra ingin mengendong bayi itu namun ia langsung mengurungkan niatnya mengingat ucapan Ki Darno.

"Tapi apa benar mahluk kecil ini bisa membunuhku?" ucapnya memandangi bayi mungil yang terus menangis di depannya.

"Aku tidak percaya dengan ucapan Aki Darno, lagipula kenapa aku begitu iba melihatnya, aku seperti melihat diriku dalam bayi ini. Biasanya aku tidak pernah peduli dengan siapapun tapi kenapa bayi malang ini membuatku ingin melindunginya," Garra segera menggendong bayi itu dan menatapnya dari dekat.

"Apa kau senang sekarang?" tanyanya mengusap pipi mungil bayi itu

Seakan merespon ucapannya bayi itu langsung tersenyum padanya.

"Kaulah manusia pertama yang membuatku jatuh hati, aku berjanji kapanpun kau memanggilku aku akan datang untuk menolongku," ucapanya sambil mencium bayi itu.

"Tapi itu tidak mungkin, bagaimana kau bisa memanggilku sedangkan mengingat wajahku pun kau tidak akan bisa," ucapanya sambil tertawa.

Seumur hidupku baru pertama kali aku tertawa senang seperti hari ini, kau manusia pertama yang membuatku bisa membuatku tersenyum dan mengerti apa arti bahagia.

Tiba-tiba Hujan deras seketika berhenti dan bulan purnama kembali bersinar terang.

Puluhan kunang-kunang berterbangan mengerubuti Harta yang menimang bayi mungil itu.

"Aku tidak bisa merawat mu karena kita ini berbeda sayang, tapi aku akan membawamu ke tempat yang aman dan kau bisa hidup bahagia di sana," Garra kemudian membawa bayi mungil itu menuju ke sebuah panti asuhan.

"Aku yakin kau bisa hidup bahagia di sini," Garra membuka selendang biru yang membalut lukanya untuk membungkus tubuh bayi itu.

"Semoga kau tidak kedinginan lagi," ia kemudian meletakkan bayi itu di depan pintu panti.

Setelah mengetuk pintu panti asuhan ia bersembunyi di balik pepohonan.

Tidak berselang lama seorang wanita paruh baya muncul dari dalam panti dan menggendong bayi itu membawanya masuk ke dalam.

"Sekarang kau bisa beristirahat dengan nyaman bayi mungil ku," ucap Garra

*Flashback off

"Syntia Pratiwi!"

"Iya saya," ucap seorang gadis yang langsung berlari menuju sumber suara.

"Silakan anda menuju ruang HRD untuk interview,"

"Terima kasih Ibu," gadis itu segera berjalan menuju ruang HRD.

"Ya Allah semoga aku bisa lulus wawancara, aamiin," ucapnya sebelum memasuki ruangan HRD

*Tok, tok, tok!

"Silakan masuk!"

Gadis itu segera menarik gagang pintu setelah mendengar seseorang mempersilakannya masuk.

"Permisi," sapa gadis itu dengan semburat senyum di wajahnya

"Silakan duduk," jawab seorang lelaki mempersilakannya duduk

"Terima kasih," gadis itu segera duduk di depan lelaki itu

"Silakan perkenalkan dulu dirimu,"

"Nama ku Syntia Pratiwi, biasa dipanggil Tiwi, usiaku dua puluh tahun, aku tinggal di jalan kemenyan nomor 23 Jakarta Selatan," ucap gadis itu lugas

"Kamu anak keberapa?" tanya lelaki itu lagi

"Aku sebenarnya hanya anak adopsi di rumah itu, karena sebenarnya aku ini yatim piatu. Aku besar di Panti asuhan dan saat aku usiaku sepuluh tahun keluarga Hermawan mengadopsi aku, kebetulan keluarga itu hanya memiliki satu orang putri namanya ayu dan aku menjadi putri kedua mereka," jelas Tiwi

"Apa kau sudah pernah bekerja sebelumnya?"

"Sudah, aku bekerja sebagai kurir di sebuah perusahaan ekspedisi," jawab Tiwi

"Ok, kalau begitu aku akan menghubungi mu dua hari setelah hari ini," jawab lelaki itu.

Setelah selesai wawancara Tiwi pun langsung bergegas pulang ke rumahnya.

Ia segera menuju ke dapur untuk mengambil makanan.

"Ya Allah apa tidak ada makanan?" ucapnya sedih

Padahal ini sudah seharian aku menahan lapar, berharap bisa makan di rumah, tapi sepertinya tidak ada yang gratis di dunia ini...

Gadis itu terlihat sedih melihat tempat nasi yang kosong.

"Kau lihat kan nasi sudah habis, sekarang cepat masak untuk makan malam, seharian kemana saja, kenapa baru pulang!"

"Maaf Ibu, kan Tiwi sudah bilang setelah pulang kerja aku ada interview jadi pulang telat,"

"Sudah jangan banyak alasan cepat masak, aku sudah lapar!" seru wanita itu

"Baik,"

Gadis itu segera memasak nasi dan lauk seadanya di kulkas.

Satu jam kemudian makanan sudah terhidang di meja makan.

"Kenapa kita cuma makan nasi sama telor dadar doang!" cibir Ayu

"Alhamdulillah, syukuri aja apa yang ada, lagipula tidak ada bahan makanan di kulkas, jadi jangan banyak ngeluh!" celetuk Tiwi

"Jangan sok bijak deh, harusnya kan kamu membeli bahan makanan sebelum pulang!" cetus Ayu menoyor kepala Tiwi

"Sudah-sudah jangan bertengkar, sekarang cepat makan!" seru Marni menengahi mereka

"Lebih baik kau makan nasi putih dengan kecap saja, telor itu biar buat ayu saja!" imbuh Marni

Tiwi langsung mengambil nasi dan mengucur kan kecap diatasnya. Ia kemudian membawa piring nasinya ke kamarnya.

"Selamat makan Mamah, Papah, hari ini Tiwi abis interview doakan Tiwi di terima ya," ucap gadis itu mengusap air matanya.

"Hari ini adalah hari ulang tahunku yang kedua puluh, tapi tidak ada satupun orang yang mengucapkan selamat padaku, tapi aku yakin mamah sama papah pasti tidak lupa," gadis itu kemudian mengambil sebuah lilin dan menancapkan di piring nasinya.

Ia menyalakan lilin itu dan menancapkannya di atas piring makannya.

"Selamat Ulang tahun Tiwi, semoga bahagia selalu!" ucap gadis itu kemudian meniup lilinnya.

Tiba-tiba lampu rumah itu seketika padam setelah Tiwi meniup lilinnya.

"Siapa yang sudah memanggil ku kesini!" ucap seorang lelaki berjalan memasuki rumah itu.

Terpopuler

Comments

Lia Ernia

Lia Ernia

klo di crita.. pernikhan ghaib sblum nya kan nama tania jd ros ya ko gak salah krna ad bara yg jd pangeran gondoruwo.. nya ko dsni jd nma nya tania bukan nya rosss

2023-04-29

0

Mrs.Kim Arum NL

Mrs.Kim Arum NL

ko kisahnya kaya drakor.lupa judul drakirnya sih.

2022-11-16

1

bona

bona

ketika tiwi meniup lilin di atas nasi,, seketika ada yang berseru siapa yang telah memanggilku?.. pecinta Drakor pasti tau scene ini hampir mirip sama drakor GOBLIN

2022-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!