HATE Before LOVE

HATE Before LOVE

1. Kesan Pertama.

Ardan Mahesa Demir selalu menjadi pusat perhatian dimana pun dia berada, bahkan hal kecil yang terlihat sederhana pun seolah menjadi sebuah gerakan yang elegan dan patut untuk diabadikan oleh kaum wanita yang berstatus single dan menginginkan pasangan yang super sempurna tanpa cacat. Ardan meletakkan cangkir kopi yang baru saja dihabiskannya cairan hitam berkafein itu, ia baru saja menyelesaikan sebuah meeting dengan seorang pemilik perusahaan yang terbilang tidak terlalu besar dan terancam gulung tikar jika pemilik perusahaan tersebut tidak dengan segera mencari cara untuk menyelamatkan perusahaan yang sudah dirintisnya sejak nol itu.

Tentu saja bukan hal sulit bagi Ardan untuk menyelamatkan perusahaan yang bergerak pada bidang pembangunan yang sudah tidak asing lagi bagi Ardan. Menyelamatkan 'nyawa' sebuah perusahaan dan membuatnya bertahan hingga menjadikannya besar seperti sebuah bakat yang ada pada diri putra tunggal pemilik MD Group Company. Sebuah perusahaan raksasa yang menaungi serta memimpin begitu banyak perusahaan dari berbagai bidang. Orang tuanya sudah begitu ketat dan disiplin mendidik Ardan dalam hal pengetahuan tentang bisnis bahkan sejak Ardan masih berusia 10 tahun. Ia tidak bermain mobil-mobilan, atau menerbangkan layangan, apa lagi berenang di kali seperti anak-anak seusianya.

Sejak usia 12 tahun, dia sudah mengerti soal pasar saham dan bagaimana bisa menjadi pemilik terbesar dalam bermain saham. Usia 14 tahun ia bahkan ikut terjun ke lapangan dalam sebuah proyek. Usia 17 tahun dia mampu menyelesaikan tantangan dari sang papa untuk membeli sebuah perusahaan penerbangan. Usia 18 tahun Ardan sudah mahir menerbangkan sebuah pesawat terbang. Usia 20 ia memenangkan sebuah tender bernilai triliunan. Dan banyak lagi pencapaian yang tidak biasa yang telah dikantongi Ardan.

Karena itu, sama sekali bukan hal yang sulit untuknya mengakuisisi sebuah perusahaan ini. Bahkan begitu Ardan tahu permasalahan yang dialami perusahaan itu, otaknya secara otomatis langsung menyusun hal-hal yang harus dilakukan tanpa harus pusing apa lagi kebingungan. Semua hal sudah diluar kepalanya. Ia hanya tinggal memerintahkan satu orang kepercayaannya untuk melaksanakan semuanya.

"Ted," Panggilnya.

Teddy yang sedari tadi berdiri tegap dibelakangnya juga tak luput dari sorotan kaum hawa yang berada di restoran tempat Ardan baru saja melaksanakan meeting 'sederhana'nya. Teddy asistennya yang sekaku robot itu pun bergerak mendekat.

"Ya, Pak." jawab Teddy.

"Siapkan segalanya, aku mau lusa semua sudah beres." Perintah Ardan.

"Baik Pak." jawab Teddy tanpa membantah.

"Apa jadwalku setelah ini?"

Teddy menuturkan semua jadwal Ardan hari itu tanpa bersusah mengeluarkan catatannya. Semua jadwal bosnya menjadi sebuah kebiasaan yang akan dihapal Teddy dengan mudah dan diingat secepat kilat diluar kepala.

"Hem, batalkan jadwal yang terakhir, aku mau bertemu dengan Marsha." ujar Ardan sambil menengok waktu pada jam tangan mahal nan mewah yang melingkar pada pergelangan tangan kanannya.

Teddy mengangguk dan langsung mengeluarkan ponsel dan segera menghubungi sekertaris Ardan yang selalu standby di kantor untuk membatalkan jadwal bos mereka yang terakhir.

"Tapi Pak Teddy, ini kan jadwal yang sudah ditunda Pak Ardan dua kali karena Pak Ardan ternyata memperpanjang waktunya di London waktu itu. Yakin mau ditunda lagi?" tanya Sonya.

"Apa kau mau bertanya sendiri dengan Pak Ardan?" Teddy bertanya balik.

"Eh, iya, iya, tidak perlu Pak. Akan saya sampaikan informasi ini Pak."

Teddy kembali menyimpan ponsel pada saku bagian dalam jas yang dikenakannya. Masih tetap dengan ekspresi datar seolah seperti manusia tanpa jiwa.

"Apa dia mengajukan pertanyaan lagi?"

Teddy mengangguk.

"Huh, kalau saja dia tidak becus bekerja, aku pasti sudah memecatnya sejak dulu. Terlalu banyak bertanya."

Teddy diam saja.

"Apa dia jadi mengundurkan diri?"

"Jadi Pak."

"Pastikan, pengganti Sonya harus single lebih bagus lagi tidak mempunyai keinginan untuk menikah, aku tidak mau ada alasan mengundurkan diri karena menikah, dilarang suami, mengurus anak dan semacamnya. Dan harus mempunyai kualitas minimal seperti Sonya. Berapa IPK Sonya?"

"3.8 Pak."

"Pengganti Sonya aku ingin minimal mempunyai IPK 3.9."

"Baik Pak."

***

Elif baru saja keluar dari kelas mata kuliahnya yang terakhir hari itu. Ia bersama Yura dan Mona selalu bersama dimana pun. Seperti tiga serangkai yang tidak terpisahkan. Sampai banyak yang iri pada persahabatan mereka namun tidak sedikit juga yang mencibir. Tapi sama sekali tidak membuat persahabatan Elif, Yura dan Mona merenggang sedikit pun.

Elif dan Yura sudah bersahabat sejak SMA, mereka kembali satu universitas, satu jurusan dan kemudian bertemu dengan Mona pada saat masa ospek. Hingga saat ini mereka sudah sampai pada semester 5 ini mereka masih bersahabat. Saling terbuka. Saling bersyukur karena Tuhan begitu baik telah membuat mereka saling mengenal dan bersahabat tanpa rasa iri, apa lagi pamrih.

Yura selalu menjadi 'adik bontot' bagi Elif dan Mona, karena ia paling polos, manja dan mudah sekali menangis. Mona adalah yang paling galak, 'Kakak Pertama' begitu Yura menjuluki Mona. Sementara Elif adalah yang paling mandiri dan selalu berusaha untuk menetralkan segala masalah. Bagi Elif, Yura dan Mona adalah orang-orang terpenting dalam hidupnya, sama seperti keluarganya.

"Oke, aku pulang duluan ya." Elif mengakhiri panggilan telepon yang baru saja dilakukannya. Ia menghubungi Dimas, kekasihnya. Yang selalu saja tidak pernah disukai oleh Mona. Bukan karena Mona menyukai Dimas apa lagi iri karena Elif mempunyai kekasih. Tapi karena Dimas pernah sekali selingkuh. Tapi Elif memberikan Dimas kesempatan kedua untuk membuktikan dirinya menyesal dan berubah. Sama halnya seperti Elif, Yura pun memutuskan untuk memaafkan kekhilafan yang dilakukan Dimas. Tapi tidak dengan Mona.

"Apa lagi alasannya dia kali ini?" tanya Mona sambil mengunyah permen karetnya. "Ada kelas tambahan lagi?"

"Iya."

"Cih, alasannya basi."

"Iya sih, tapi memang ada kelas tambahan. Gimana dong?" kata Elif.

Mona hanya mengangkat bahu. Malas menanggapi.

"Ya sudah, yang penting Dimas kan tidak bohong. Ya kan?" kata Yura dengan suara polosnya.

Mona hanya memutar bola matanya. Sementara Elif dan Yura selalu terkekeh setiap kali melihat ekspresi Mona yang jengkel.

"Kalau dia sampai membohongimu lagi, aku akan benar-benar menghajarnya sampai tidak berbentuk." ujar Mona.

***

Ardan selalu berjalan dengan gerakannya yang elegan. Padahal ia merasa biasa saja. Ia memasuki sebuah restoran mewah yang dijadikan Marsha sebagai tempat mereka bertemu setelah dua bulan lebih satu minggu mereka tidak bertemu. Jika saja bukan karena Marsha yang mengatakan bahwa pertemuan mereka kali ini sangat penting menyangkut soal hidupnya, Ardan lebih memilih untuk tidak membatalkan jadwal meeting nya. Karena setiap kali bertemu, Marsha selalu saja bersikap manja yang membuat Ardan jengah, atau Marsha yang selalu saja mengeluhkan ini dan itu, atau minta dibelikan ini dan itu, atau merengek ingin dibiayai pergi berlibur.

Meskipun Marsha seorang model, jam terbangnya memang masih terbilang baru. Dan terlalu banyak mau. Jika bukan membawa nama Ardan, tidak mungkin ada agensi yang mau menerima Marsha yang manja dan mudah sekali mengeluh. Tapi, Marsha adalah kekasihnya, ya kekasih Ardan Mahesa Demir yang terkenal dengan sebagai seorang pengusaha muda yang sukses, berbakat, pintar, disiplin dan tidak pernah main-main dengan keputusan apa pun yang dibuatnya.

Disini lah Ardan berada sekarang, duduk di hadapan seorang wanita yang sangat cantik, modis, dan seksi dengan balutan dress yang menunjukkan bagian dada terbuka.

"Sudah berapa kali kukatakan, aku tidak suka kau memakai pakaian seperti itu." ucap Ardan tidak suka.

"Ya ampun, kau tahu, semua orang memujiku sangat cantik dengan gaun ini."

"Apanya yang cantik dengan baju yang kurang bahan seperti itu?" Sarkas Ardan.

Marsha mencebikkan bibir, kesal karena hanya Ardan yang sama sekali tidak pernah memuji dirinya jika dirinya mengenakan pakaian-pakaian yang dia anggap sangat modis itu. Tapi hanya sebentar, wanita itu mempunyai tujuan lain hari itu. Ada hal penting yang ingin dia sampaikan pada laki-laki yang telah menjadi kekasihnya selama tiga tahun terakhir ini. Jadi ia singkirkan dahulu rasa kesalnya.

"Lain kali aku tidak akan datang kalau kau masih saja suka memakai pakaian yang kurang bahan seperti itu." kata Ardan. "Ted!"

Teddy datang mendekat yang sejak tadi berdiri tidak terlalu jauh dari bosnya itu.

"Berikan jasmu pada Marsha!" Perintah Ardan.

Teddy mengangguk dan segera melepaskan jasnya. Membuat Marsha menganga tidak percaya. Bukannya memberikan jasnya sendiri tapi malah menyuruh jas asisten pribadinya?! Luar biasa!

"Tidak!" Marsha menolak. "Aku rasa sudah cukup aku bertahan selama ini!"

Ardan mengerutkan kening. Teddy membeku dengan satu tangan yang masih menggantung di udara memegang jasnya yang sudah dilepasnya.

"Aku benar-benar sudah tidak tahan dengan ketidakpekaan mu Ardan Mahesa Demir!"

"Apa maksudmu? Bicara dalam bahasa manusia."

"Kau memang tampan, sempurna, kau memiliki segalanya, tapi kau selalu seperti hidup di dalam duniamu. Kau tidak pernah memperdulikan orang-orang disekitarmu. Kau tidak peka. Sama sekali!"

"Lantas, apa maumu?" Ardan bertanya dingin.

"Aku mau kita putus!" Katakan kau tidak mau putus! Katakan kau tidak mau putus dariku! Ayo katakan kau mencintaiku!

Ardan menghela napas. Kemudian terkekeh sambil melihat Teddy yang kembali mengenakan jasnya.

"Kau dengar itu, Ted? Marsha ingin putus dariku."

"Kau tidak pernah menghargaiku, Ar. Selama tiga tahun ini aku seperti tidak memiliki kekasih. Kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu, kau selalu tidak pernah ada waktu untukku. Bahkan selama kau di London dua bulan, hanya dua kali kita saling menghubungi, itu pun aku yang menghubungimu lebih dulu. Dan kau melarangku lagi karena alasan mu yang super sibuk. Setiap kali media mewawancaraiku, mereka selalu bertanya kenapa kita jarang terlihat bersama."

"Bukankah selama ini yang kau inginkan hanya ketenaran dan materi saja. Jangan muluk-muluk meminta hati segala. Sejak awal aku tidak pernah menawarkan hatiku untukmu."

Jleb!

Ucapan Ardan benar-benar sangat menohok hati Marsha. Ardan bahkan sama sekali tidak terlihat menyesal apa lagi takut dengan keputusan Marsha untuk mengakhiri hubungan mereka. Ia bahkan sengaja memakai pakaian seksi ini untuk menggoda Ardan, apa lagi mereka lama tidak bertemu, Marsha pikir dengan berpakaian seksi akan membuat Ardan meleleh padanya. Kini Marsha yang malah menjadi ketakutan. Jika Ardan dengan suka rela menerima keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka, hilanglah sudah segala kemewahan hidupnya.

"Buk... bukan begitu sayang," Marsha mulai cemas sendiri. "Maafkan aku sayang, aku terlalu terbawa emosi. Karena aku sangat merindukanmu." Nada manja mulai terdengar dari bibir yang dipoles merah menggoda. Tapi sama sekali tidak membuat Ardan tergoda.

Marsha mengedikkan kepala kepada Teddy agar Teddy pergi dari meja mereka, tapi Teddy bergeming dan tidak menampakkan ekspresi apa pun.

"Kau bukan atasan Teddy, jadi jangan memerintahnya."

"Huh, iya maaf." Marsha mulai kembali jurus jitunya meluluhkan Ardan dengan memasang senyum paling manis yang dia punya. Tapi sayang, sebenarnya Ardan pun sudah tidak tahu apa alasan untuknya mempertahankan hubungan yang sama sekali tidak ada rasa cinta ini. Ardan sendiri pun sejujurnya tidak tahu seperti apa sebenarnya definisi dari kata cinta itu sendiri.

Hubungan mereka pun dimulai karena media yang menganggap mereka sangat cocok secara tampilan fisik dan hubungan kerja sama MD Group Company dengan agensi permodelan.

"Jadi kau memintaku datang kesini hanya karena ingin putus?" Ardan menaikkan alis matanya.

"Eh, bukan, bukan begitu sayang. Tadi aku hanya..."

"Baiklah, tidak masalah. Lagi pula urusanku masih sangat banyak. Aku tidak bisa terus-terusan meladeni segala keluhanmu padahal kau mendapatkan apa yang kau mau. Baiklah, kita sudahi saja hubungan ini." Ardan bangkit berdiri membuat Marsha panik seperti kucing terbakar kumisnya.

"Sayang! Aku tidak mau putus!" teriak Marsha membuat semua orang yang berada di restoran itu pun akhirnya menjadikan mereka bahan tontonan.

"Wah, sekarang kau menjilat ludahmu sendiri rupanya?" Ardan menyeringai.

"Sayang aku mohon, maafkan aku. Aku hanya terbawa emosi tadi..."

"Aku sudah memutuskan hubungan kita berakhir dua menit yang lalu, dan tidak akan aku tarik kembali kata-kataku. Sekarang kau bebas memakai baju bentuk apapun sesukamu. Aku tidak peduli." Ardan berbalik.

"Baiklah! Lagi pula aku sudah tidak tahan denganmu. Kau tahu, tidak akan ada wanita yang mau bertahan menjalin hubungan denganmu selain aku!"

Ardan mengancingkan jasnya, meninggalkan Marsha yang wajahnya merah karena menahan rasa malu.

"Ted, non aktifkan kartu kredit yang pernah kuberikan untuknya sekarang."

"Siap Pak."

"Huh, sangat buang-buang waktu aku kesini." Ardan berdecak kesal. "Jadwalkan meeting yang tertunda hari ini untuk besok pagi."

"Baik Pak."

***

Elif menggelengkan kepala tidak percaya dengan kejadian yang baru saja dilihatnya tadi. Dua orang kekasih yang satu sangat cantik, yang satu lagi sepertinya juga tampan. Tapi Elif tidak bisa melihatnya dengan jelas karena pria berjas itu duduk memunggunginya.

Apakah seperti itu cara orang kaya memutuskan sebuah hubungan? Elif sampai merasa tidak tega melihat bagaimana sedihnya dan menyesalnya si perempuan itu setelah si pria berjas itu pergi meninggalkannya. Ingin rasanya Elif menghampiri wanita cantik itu dan menghiburnya. Tapi apa daya, Elif sedang bekerja menjadi seorang pramusaji part timer di restoran mewah itu. Dia tidak bisa ikut campur pada apa pun yang terjadi pada para pelanggan restoran tersebut.

Pria macam apa sih itu, masa sama sekali tidak memberikan kesempatan wanitanya untuk menjelaskan! Padahal tadi kudengar wanita itu sudah minta maaf. Setiap orang kan berhak mendapatkan kesempatan kedua. Huh, kasihan...

Sayangnya Elif tak lagi dengar kalimat terakhir yang dilontarkan wanita cantik itu sebelum si pria dan pria satunya lagi pergi meninggalkan restoran.

Terpopuler

Comments

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

gak naif jg kali

2023-02-19

0

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

elif🤔🤔

2023-02-13

0

Hartaty

Hartaty

sptnya menarik

2022-11-10

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kesan Pertama.
2 Mengalah.
3 Aroma Manis yang Lembut dan Segar.
4 Penculik!
5 Tegar!
6 Pertemuan Tak Terduga.
7 Langkah Awal.
8 Asal Aroma Manis Itu.
9 Kesempatan Langka.
10 Wawancara Dengan CEO.
11 Siapa yang menyuruhmu pergi?
12 24/7
13 Kebencian Dimulai!
14 Undangan.
15 Selalu Salah.
16 Kau Bukan Tipeku.
17 Kesalahpahaman Ayah.
18 Sekertaris ku.
19 Terpesona!
20 Calon Istri.
21 Sekertaris berani mengancam!
22 Kesepakatan Simbiosis Mutualisme.
23 Kejadian Pagi Hari.
24 Kata-kata yang meyakinkan.
25 Pelukan tiba-tiba.
26 Kebawa Perasaan.
27 Kecanggungan Yura dan Mona.
28 Sesi tanya jawab Ardan-Elif-Mona-Yura.
29 Isi hati yang penuh emosi.
30 Bergosip di kamar mandi.
31 Menyatakan perasaan!
32 Sebuah dilema yang perih.
33 Terlintas ingin mati saja.
34 Cerita Adit tentang Elif.
35 Ardan jatuh cinta.
36 Bukan lagi bergosip di kamar mandi.
37 Pencarian dan penyelamatan.
38 Seorang Ardan frustasi.
39 Pengaruh Hormon.
40 Kamar Mandi.
41 Pria kesepian yang tak terbalas perasaannya.
42 Kebimbangan Elif yang datang dan pergi.
43 Permintaan Random.
44 From hate to be friend.
45 Obrolan santai menghabiskan malam.
46 Perasaan tidak rela.
47 Dilema ditengah suka cita.
48 Kesombongan dibalas kesombongan.
49 Pengajuan Permohonan.
50 Tidak ada yang bisa menahan Nyonya Hanna.
51 Kenapa jadi begini?
52 Keputusan Elif.
53 Harus memilih.
54 Dua orang yang galau dan merindu.
55 Kedatangan Zehra dan cerita masa lalu.
56 Rencana Zehra dan The Three Musketeers.
57 Ardan Naik Pitam.
58 Sikap Adit Menghadapi Kenyataan.
59 Kau Dimana?
60 Menemukanmu.
61 Nyonya Hanna oh Nyonya Hanna.
62 Kesedihan Elif.
63 Calon Mantu.
64 Ada apa dengan Elif....
65 Kepulangan Elif
66 Keresahan Elif dan Ucapan Ibu!
67 Penantian yang berbuah manis.
68 Terpesona.
69 Ekspektasi vs Realita.
70 Memori yang hilang.
71 Run To You.
72 Pengintai.
73 Sepuluh Ribu Persen!
74 Persidangan.
75 Cemburu yang menggemaskan.
76 Satu sama!
77 Menjelang Pernikahan
78 Pernikahan.
79 Daniel dan Kinan.
80 The Rescue Team!
81 "Susahnya mau belah duren."
82 "Gagal lagi... gagal lagi..."
83 Malu tapi Mau. (21+)
84 Bucinnya suami istri.
85 Makan Malam
86 Obrolan santai sahabat.
87 Tempat Pertemuan Pertama.
88 Ucapan Terima Kasih, dan pengumuman.
Episodes

Updated 88 Episodes

1
1. Kesan Pertama.
2
Mengalah.
3
Aroma Manis yang Lembut dan Segar.
4
Penculik!
5
Tegar!
6
Pertemuan Tak Terduga.
7
Langkah Awal.
8
Asal Aroma Manis Itu.
9
Kesempatan Langka.
10
Wawancara Dengan CEO.
11
Siapa yang menyuruhmu pergi?
12
24/7
13
Kebencian Dimulai!
14
Undangan.
15
Selalu Salah.
16
Kau Bukan Tipeku.
17
Kesalahpahaman Ayah.
18
Sekertaris ku.
19
Terpesona!
20
Calon Istri.
21
Sekertaris berani mengancam!
22
Kesepakatan Simbiosis Mutualisme.
23
Kejadian Pagi Hari.
24
Kata-kata yang meyakinkan.
25
Pelukan tiba-tiba.
26
Kebawa Perasaan.
27
Kecanggungan Yura dan Mona.
28
Sesi tanya jawab Ardan-Elif-Mona-Yura.
29
Isi hati yang penuh emosi.
30
Bergosip di kamar mandi.
31
Menyatakan perasaan!
32
Sebuah dilema yang perih.
33
Terlintas ingin mati saja.
34
Cerita Adit tentang Elif.
35
Ardan jatuh cinta.
36
Bukan lagi bergosip di kamar mandi.
37
Pencarian dan penyelamatan.
38
Seorang Ardan frustasi.
39
Pengaruh Hormon.
40
Kamar Mandi.
41
Pria kesepian yang tak terbalas perasaannya.
42
Kebimbangan Elif yang datang dan pergi.
43
Permintaan Random.
44
From hate to be friend.
45
Obrolan santai menghabiskan malam.
46
Perasaan tidak rela.
47
Dilema ditengah suka cita.
48
Kesombongan dibalas kesombongan.
49
Pengajuan Permohonan.
50
Tidak ada yang bisa menahan Nyonya Hanna.
51
Kenapa jadi begini?
52
Keputusan Elif.
53
Harus memilih.
54
Dua orang yang galau dan merindu.
55
Kedatangan Zehra dan cerita masa lalu.
56
Rencana Zehra dan The Three Musketeers.
57
Ardan Naik Pitam.
58
Sikap Adit Menghadapi Kenyataan.
59
Kau Dimana?
60
Menemukanmu.
61
Nyonya Hanna oh Nyonya Hanna.
62
Kesedihan Elif.
63
Calon Mantu.
64
Ada apa dengan Elif....
65
Kepulangan Elif
66
Keresahan Elif dan Ucapan Ibu!
67
Penantian yang berbuah manis.
68
Terpesona.
69
Ekspektasi vs Realita.
70
Memori yang hilang.
71
Run To You.
72
Pengintai.
73
Sepuluh Ribu Persen!
74
Persidangan.
75
Cemburu yang menggemaskan.
76
Satu sama!
77
Menjelang Pernikahan
78
Pernikahan.
79
Daniel dan Kinan.
80
The Rescue Team!
81
"Susahnya mau belah duren."
82
"Gagal lagi... gagal lagi..."
83
Malu tapi Mau. (21+)
84
Bucinnya suami istri.
85
Makan Malam
86
Obrolan santai sahabat.
87
Tempat Pertemuan Pertama.
88
Ucapan Terima Kasih, dan pengumuman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!