Puluhan menit berlalu, tibalah saatnya pemberitahuan siapa saja yang lolos untuk melanjutkan ke tahapan terakhir yaitu wawancara langsung oleh CEO, karena nantinya kandidat akan bekerja sebagai sekertaris CEO dari perusahaan itu.
Semua orang sangat bersemangat, juga gugup, termasuk Elif. Ia sudah lolos hingga dititik ini. Pertama, ia lolos saat mengumpulkan persyaratan dokumen, tidak ada masalah saat ijasah terakhirnya adalah sekolah menengah, kemudian tes online pun Elif lolos, dan kali ini tes offline pun dia lolos. Kini saatnya mendengarkan nama-nama yang lolos wawancara dari HRD beberapa menit yang lalu. Rasa percaya diri dan yakin lolos untuk tahap terakhir pun menyelimuti Elif.
Seorang wanita dengan pakaian kerja yang modis dan tetap terlihat profesional keluar membawa selembar kertas yang dimana tertulis nama-nama kandidat yang lolos.
Sambil mendengarkan wanita itu menyebutkan satu persatu nama yang lolos, Elif memejamkan mata, kepalanya menunduk, hatinya terus mengucapkan doa dan harapan.
"Baiklah, tadi itu adalah nama-nama yang lolos untuk ke tahap selanjutnya." ucap wanita itu pada akhirnya.
Mata Elif terbuka, kepalanya menegak. Tidak percaya. Dirinya tidak lolos! Tapi kenapa? Tidak ada yang salah dengan wawancara dengan HRD tadi. Bahkan seingatnya lelaki yang sepertinya berusia tidak lebih tua dari ayahnya itu terlihat puas dengan percakapan wawancaranya pada Elif, tapi kenapa namanya tidak ada dalam daftar nama yang lolos ke tahap selanjutnya?
"Selamat untuk kalian yang lolos, persiapkan diri kalian besok pagi untuk wawancara langsung dengan CEO. Dan bagi yang tidak lolos, jangan berkecil hati, terus semangat ya!" kata wanita itu. "Terima kasih untuk hari ini. Selamat sore semuanya."
Sore itu adalah harapan bagi sebagian orang, tapi apalah daya, manusia hanya bisa berusaha dan berencana, Tuhan juga lah yang menentukan. Beberapa orang pun beranjak dengan wajah sedih yang bercampur kecewa, beberapa diantaranya penuh dengan kebahagiaan dan lega karena lolos ke tahap selanjutnya, tahap penentuan. Dari 15 orang, hanya tersisa 6 orang yang lolos untuk tahap wawancara dengan CEO.
Elif berusaha membesarkan hatinya bahwa mungkin saja disini bukanlah rejekinya, mungkin belum saatnya, mungkin bukan tempatnya untuk mencari rejeki. Tapi ketika melihat lelaki yang berstatus sebagai HRD keluar dari ruangannya membuat hati kecil Elif menolak untuk menyerah dan pasrah. Ia butuh alasan yang dapat membuatnya menerima kenyataan yang terjadi.
Kakinya pun bergerak mendekati pria itu dengan sopan.
"Permisi, maaf Pak." kata Elif, berhenti di depan pria itu.
Pria berkaca mata itu melihatnya dan langsung mengingatnya. "Ah, Elif, kan?"
"Iya Pak. Saya Elif. Mohon maaf Pak, apa saya boleh atau alasan kenapa saya tidak lolos?"
Pria itu mengerutkan keningnya. Terlihat segan untuk menjawab pertanyaan salah satu kandidat yang tidak lolos itu.
"Saya tidak ada niat lain, Pak. Saya hanya ingin tahu dimana kesalahan saya, supaya saya tidak melakukan kesalahan yang sama ditempat lainnya. Saya mohon Pak." Elif mohon tetap dengan sikapnya yang sopan.
Pria itu pun mengerti, "Begini Elif, sebenarnya saya sangat menyukai dengan sikap mu, caramu menjawab, dan saya yakin kau orang yang cerdas. Cocok sekali dengan karakter CEO kami yang selalu ingin semuanya serba cepat. Tapi, hanya satu kekuranganmu, yaitu, mohon maaf, CEO kami menginginkan lulusan universitas dengan IPK minimum yang telah ditentukannya." Pria itu menjelaskan dengan penuh penyesalan dan berat hati.
"Tapi Pak, kalau memang begitu, kenapa waktu saya mengumpulkan persyaratan dokumen online tidak ada masalah? Kenapa saya lolos?"
"Ah ya itu, sepertinya itu adalah keteledoran dari admin kami, saya mohon maaf atas itu."
Rasanya Elif ingin menangis sejadi-jadinya. Memang apa yang salah dengan orang-orang yang hanya lulusan sekolah menengah? Apakah orang-orang yang hanya lulusan sekolah menengah tidak pantas untuk bekerja secara profesional? Apakah kecerdasan hanya dipandang dari nilai IPK saja?
***
Ardan terkejut dengan kabar media yang menuliskan berita tentang kedekatan hubungan antara model Marsha dengan seorang aktor sekaligus model yang sedang naik daun. Berakhirnya hubungan mereka bahkan belum genap satu minggu, tapi Marsha sudah dekat lagi dengan seorang pria. Sementara dirinya tetap sendiri. Apakah jadi terlihat menyedihkan? Apakah jadi terlihat seolah Ardan tidak bisa move on dari Marsha?
Ardan jadi merasa kesal, bukan karena cemburu, Ardan bahkan tidak ingat kalau ia memiliki perasaan pada Marsha walaupun hanya secuil. Tapi Ardan tetap merasa kesal saja. Mungkin kesal pada kebenaran tentang apa yang pernah diucapkan Marsha padanya dihari mereka putus. Tidak akan ada perempuan yang bisa bertahan menjalin hubungan dengan dirinya.
Ardan hendak keluar dari ruangannya saat Teddy masuk, "Pak, meeting siap sepuluh men-"
"Undur tiga puluh menit, aku mau cari udara dulu." potong Ardan seraya melewati Teddy dan keluar dari ruangannya begitu saja. Ardan memasuki lift dan langsung menekan tombol angka yang langsung menuju roof top. Ia benar-benar membutuhkan udara segar untuk bisa melaksanakan meeting sore ini.
Ting!
Pintu lift terbuka, lahan roof top yang luas menghampar langsung di depan matanya. Di atas sana terdapat beberapa tempat duduk, taman kecil bahkan gazebo yang nyaman untuk bersantai sejenak dari penatnya rutinitas pekerjaan yang tidak ada habisnya. Pagar pembatas pun dibuat dengan aman dan kuat dan tetap terlihat aestetik.
Angin di atas sana bertiup cukup kencang, tapi tidak terlalu kencang. Tiba-tiba aroma yang sudah sangat membuat Ardan penasaran kembali tercium di atas sana. Langkah kakinya berhenti, tubuhnya mematung, tapi tidak dengan penciumannya. Ia mengendus kesegala arah, kakinya mulai bergerak mengikuti arah datangnya aroma manis itu berasal. Sampai ia melihat seseorang, gadis, duduk membelakanginya. Pakaiannya putih hitam seperti para pelamar kerja yang ia lihat sebelumnya di depan ruang HRD. Rambutnya diikat dan dikepang, tapi angin sepertinya membuat ikatan rambut pada gadis itu sia-sia.
Ardan semakin mendekati gadis yang duduk pada salah satu kursi disana, dari belakang terlihat punggung gadis itu bergetar, seperti sedang menangis. Aroma itu semakin kuat, persis seperti aroma yang ia cari dan jika dirinya tidak salah ingat, aroma ini juga sama persis seperti yang dia cium saat menolong seorang gadis aneh yang malah menuduhnya sebagai penculik.
"Ehem!" Ardan berdeham saat jaraknya cukup dekat dengan gadis itu. Punggung yang bergetar itu pun mendadak menegang, tangannya bergerak mengusap sesuatu pada wajahnya. Kemudian gadis itu berdiri dan berbalik badan. Momen singkat itu menjadi seperti sebuah adegan drama dengan efek slow motion yang dibuat-buat, membuat jantung Ardan berdegup cepat, antara gugup dan rasa penasaran menjadi satu. Ia bahkan tidak segugup ini saat pertama kali menandatangani kontrak kerja sama antara perusahaannya dan perusahaan asing sebagai proyek pertamanya.
Detik berikutnya, gadis itu sudah menghadap Ardan seutuhnya. Mata mereka saling beradu, menatap, mengingat sampai beberapa detik berlalu sebuah ingatan pun menyadarkan keduanya.
"KAU?!"
"PENCULIK!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments