Siapa yang menyuruhmu pergi?

Ardan menunggu Elif untuk mulai memberitahukan latar belakang hidupnya sebelum mulai melamar ke perusahaan ini. Meski kini jelas gadis itu mulai terlihat kesal, namun ia tetap berhasil menguasai emosinya dengan baik.

"Saya anak dari sebuah keluarga yang biasa saja, ayah saya belum lama ini terkena PHK, tapi kami memiliki usaha rumah makan kecil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan. Saya memiliki seorang adik lelaki yang masih duduk di kelas 9. Saya sempat kuliah dengan jurusan komunikasi yang saya dapat dari jalur beasiswa. Namun tidak lama beasiswa saya dicabut karena salah satu persyaratan dari universitas adalah mahasiswa tidak boleh ada cuti. Sementara saya sempat cuti dua semester. Saya melanjutkan kuliah saya dengan bekerja paruh waktu untuk biaya kuliah. Tapi karena ayah saya jatuh sakit dan kami butuh biaya cukup besar untuk melakukan sebuah tindakan operasi, maka saya memutuskan untuk berhenti kuliah dan fokus bekerja."

"Kau bilang, kau sempat cuti kuliah sampai kau jadinya harus kehilangan beasiswa mu. Kenapa?"

"Saat itu saya butuh laptop untuk keperluan kuliah, jadi saya terpaksa cuti untuk bisa bekerja dan mendapatkan sebuah laptop bekas dan juga sepeda bekas. Sepeda yang Anda buang." Elif sengaja menekankan dua kata terakhir dari ucapannya.

"Lalu aku harus apa? Menyimpannya di museum? Aku tidak tahu alamatmu, bagaimana aku bisa mengembalikannya."

"Anda meminta keamanan memberikan tasku, kenapa bukan Anda yang memberikannya dan menjelaskan semuanya?"

Ardan tertawa sarkas, "Untuk apa? Kau sudah meneriaki ku penculik, lalu pergi begitu saja, dan aku harus menghabiskan satu jam diinterogasi di pos keamanan rumah sakit, kau pikir aku masih perduli dimana kau tinggal?"

Elif hendak menjawab, membalas ucapan pria tampan dihadapannya itu, namun ia urungkan kembali begitu menyadari perkataan pria itu ada benarnya juga.

Seorang CEO muda yang sukses, pemimpin sebuah perusahaan raksasa yang menaungi begitu banyak perusahaan dari berbagai bidang, sudah sangat bertanggung jawab untuk tidak meninggalkan Elif yang tertabrak tapi malah di tuduh penculik dan diinterogasi oleh petugas keamanan rumah sakit, pasti bukan lah hal yang menyenangkan pria itu.

"Maaf." kata itu meluncur begitu saja dari mulut Elif.

Kemudian mereka sama-sama terdiam dalam beberapa saat. Tidak ada yang saling menyahut atau menjawab. Elif menundukkan kepalanya, sementara Ardan menatap lurus gadis di depannya itu. Aroma manis yang menguar dari gadis itu membuatnya tenang walaupun gadis itu membuatnya kesal dalam beberapa hal.

"Saya rasa wawancara ini bukan bermaksud untuk memberikan kesempatan pada saya. Benar?"

Ardan bergeming. Anehnya, ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Saya mohon maaf atas kesalahpahaman yang telah terjadi. Maaf telah membuat Anda tidak nyaman. Saya rasa Anda juga tidak ingin bertemu dengan saya lagi. Terima kasih sudah memberikan saya kesempatan untuk diwawancara di perusahaan besar ini. Kalau begitu saya mohon diri." Elif bangkit berdiri, membungkukkan tubuhnya sedikit kemudian bersiap bergerak menuju pintu keluar.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?"

Elif berbalik, menghadap kembali pada pria yang masih duduk dengan tenang disana, namun tatapan matanya menyorot tajam sampai membuat Elif sedikit merasakan takut.

"Duduk!" Ardan memberi perintah.

Elif menurut kembali duduk tanpa membantah.

"Kau pikir aku bersedia membuang waktuku hanya untuk hal seperti ini? Kau pikir aku rela membuang waktuku hanya untuk mendengarkan latar belakangmu dan permintaan maaf mu saja?"

Elif diam.

"Apa kau tahu berapa banyak meeting yang harus aku undur hanya untuk memberikanmu kesempatan aku wawancara di luar jadwal yang seharusnya? Jika bukan karena rekomendasi Herdi dan Gavin, aku tidak akan repot meluangkan waktu." Dan aroma mu! Sial, aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja aroma manis sialan! Batin Ardan mengumpat.

"Sekarang, berikan aku satu alasan yang membuatku bisa memberikanmu kesempatan untuk bekerja disini bukan karena rekomendasi Herdi dan Gavin."

Mata Elif membulat, ekspresi datar yang sedari tadi terpajang pada wajahnya perlahan berubah, sebuah harapan muncul dalam sorot mata gadis itu.

"Saya tidak akan mengecewakan orang tua saya." jawab Elif dengan mantap tanpa ragu.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Empat detik...

Lima detik...

Tidak ada respon pada Ardan, ia hanya diam menatap Elif.

Sudah lah, Elif sudah pasrah. Ia tahu tidak mungkin ia bisa diterima. Pertama karena pertemuan mereka diawali kesalahpahaman yang membuat CEO dihadapannya itu kesal. Dan kemudian dilengkapi Elif yang juga menendang tulang kering kaki Ardan, dan latar belakang pendidikannya sama sekali tidak memenuhi syarat yang ada. Dan kini, pria itu hanya diam menatap Elif tanpa merespon apa pun jawaban yang diberikan Elif.

Bodoh Elif! Jawaban macam apa yang kau berikan?! Harusnya kau bilang kalau kau orang yang gigih, cepat belajar, bisa bekerja dibawah tekanan, jujur, bisa bekerja bersama tim dan lain-lainnya yang mempromosikan kemampuanmu! Elif mengutuki dirinya sendiri. Menyesal dengan jawaban yang menjadi penentu keputusan pria berkuasa di hadapannya itu.

Tiba-tiba Ardan bergerak, ia menekan salah satu tombol pada pesawat telepon di atas meja kerjanya.

[[Ya Pak?]] Suara seorang perempuan menyahut dari loudspeaker pesawat telepon itu.

"Sonya, kemari sekarang!" Ardan memberi perintah, kemudian langsung memutuskan sambungan teleponnya. Tak lama kemudian seseorang masuk ke dalam ruangan itu.

Seorang wanita berpenampilan modis dan tapi tetap terkesan formal, ia wanita yang ditegur Gavin sebelum Elif masuk ke dalam ruangan ini.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya wanita itu.

"Sebelum kau melepaskan jabatan mu, pastikan penggantimu ini sudah menguasai semuanya!"

"Baik Pak."

Mendengar ucapan Ardan membuat Elif seperti melihat pelangi pada langit yang kelabu. Rasa kesal yang sempat hadir pada pria di hadapannya itu kini sirna begitu saja. Senyum mengembang pada wajahnya dibawah sepasang mata bulat yang menunjukkan binar kebahagiaan.

Apa-apaan! Kenapa senyumnya menggemaskan seperti itu!

"Terima kasih Pak!" Ucap Elif begitu tulus.

"Tepati janjimu kau tidak akan mengecewakan orang tuamu, jangan sampai aku memecatmu bahkan sebelum Sonya melepaskan jabatannya."

"Baik Pak."

"Keluarlah sekarang!" Ardan mengibaskan tangannya memberikan isyarat agar kedua perempuan di hadapannya itu secepatnya meninggalkan ruangannya.

Elif dan Sonya pun segera beranjak dan keluar dari ruang kerja Ardan yang besar dan dingin. Tinggallah Ardan seorang, ia menyadarkan punggungnya pada bantalan sandaran kursi besar kerjanya.

"Minyak wangi apa pun yang dipakai gadis itu pasti sudah membuat otakku oleng. Bisa-bisa aku berpikir senyumnya menggemaskan!"

Ardan bangkit berdiri, kesal, ia memandangi keluar jendela.

"Kita lihat, seberapa lama kau bisa bertahan bekerja denganku, gadis aneh. Hari-hari mu tidak akan berjalan mudah begitu saja. Dan minyak wangimu, sial! Aku tidak akan terpengaruh oleh aroma itu lagi. Tidak akan!"

Terpopuler

Comments

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

blm apa2 sdh mikir aneh..

2023-02-19

0

Nani Agustiani

Nani Agustiani

keren thor

2021-10-09

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kesan Pertama.
2 Mengalah.
3 Aroma Manis yang Lembut dan Segar.
4 Penculik!
5 Tegar!
6 Pertemuan Tak Terduga.
7 Langkah Awal.
8 Asal Aroma Manis Itu.
9 Kesempatan Langka.
10 Wawancara Dengan CEO.
11 Siapa yang menyuruhmu pergi?
12 24/7
13 Kebencian Dimulai!
14 Undangan.
15 Selalu Salah.
16 Kau Bukan Tipeku.
17 Kesalahpahaman Ayah.
18 Sekertaris ku.
19 Terpesona!
20 Calon Istri.
21 Sekertaris berani mengancam!
22 Kesepakatan Simbiosis Mutualisme.
23 Kejadian Pagi Hari.
24 Kata-kata yang meyakinkan.
25 Pelukan tiba-tiba.
26 Kebawa Perasaan.
27 Kecanggungan Yura dan Mona.
28 Sesi tanya jawab Ardan-Elif-Mona-Yura.
29 Isi hati yang penuh emosi.
30 Bergosip di kamar mandi.
31 Menyatakan perasaan!
32 Sebuah dilema yang perih.
33 Terlintas ingin mati saja.
34 Cerita Adit tentang Elif.
35 Ardan jatuh cinta.
36 Bukan lagi bergosip di kamar mandi.
37 Pencarian dan penyelamatan.
38 Seorang Ardan frustasi.
39 Pengaruh Hormon.
40 Kamar Mandi.
41 Pria kesepian yang tak terbalas perasaannya.
42 Kebimbangan Elif yang datang dan pergi.
43 Permintaan Random.
44 From hate to be friend.
45 Obrolan santai menghabiskan malam.
46 Perasaan tidak rela.
47 Dilema ditengah suka cita.
48 Kesombongan dibalas kesombongan.
49 Pengajuan Permohonan.
50 Tidak ada yang bisa menahan Nyonya Hanna.
51 Kenapa jadi begini?
52 Keputusan Elif.
53 Harus memilih.
54 Dua orang yang galau dan merindu.
55 Kedatangan Zehra dan cerita masa lalu.
56 Rencana Zehra dan The Three Musketeers.
57 Ardan Naik Pitam.
58 Sikap Adit Menghadapi Kenyataan.
59 Kau Dimana?
60 Menemukanmu.
61 Nyonya Hanna oh Nyonya Hanna.
62 Kesedihan Elif.
63 Calon Mantu.
64 Ada apa dengan Elif....
65 Kepulangan Elif
66 Keresahan Elif dan Ucapan Ibu!
67 Penantian yang berbuah manis.
68 Terpesona.
69 Ekspektasi vs Realita.
70 Memori yang hilang.
71 Run To You.
72 Pengintai.
73 Sepuluh Ribu Persen!
74 Persidangan.
75 Cemburu yang menggemaskan.
76 Satu sama!
77 Menjelang Pernikahan
78 Pernikahan.
79 Daniel dan Kinan.
80 The Rescue Team!
81 "Susahnya mau belah duren."
82 "Gagal lagi... gagal lagi..."
83 Malu tapi Mau. (21+)
84 Bucinnya suami istri.
85 Makan Malam
86 Obrolan santai sahabat.
87 Tempat Pertemuan Pertama.
88 Ucapan Terima Kasih, dan pengumuman.
Episodes

Updated 88 Episodes

1
1. Kesan Pertama.
2
Mengalah.
3
Aroma Manis yang Lembut dan Segar.
4
Penculik!
5
Tegar!
6
Pertemuan Tak Terduga.
7
Langkah Awal.
8
Asal Aroma Manis Itu.
9
Kesempatan Langka.
10
Wawancara Dengan CEO.
11
Siapa yang menyuruhmu pergi?
12
24/7
13
Kebencian Dimulai!
14
Undangan.
15
Selalu Salah.
16
Kau Bukan Tipeku.
17
Kesalahpahaman Ayah.
18
Sekertaris ku.
19
Terpesona!
20
Calon Istri.
21
Sekertaris berani mengancam!
22
Kesepakatan Simbiosis Mutualisme.
23
Kejadian Pagi Hari.
24
Kata-kata yang meyakinkan.
25
Pelukan tiba-tiba.
26
Kebawa Perasaan.
27
Kecanggungan Yura dan Mona.
28
Sesi tanya jawab Ardan-Elif-Mona-Yura.
29
Isi hati yang penuh emosi.
30
Bergosip di kamar mandi.
31
Menyatakan perasaan!
32
Sebuah dilema yang perih.
33
Terlintas ingin mati saja.
34
Cerita Adit tentang Elif.
35
Ardan jatuh cinta.
36
Bukan lagi bergosip di kamar mandi.
37
Pencarian dan penyelamatan.
38
Seorang Ardan frustasi.
39
Pengaruh Hormon.
40
Kamar Mandi.
41
Pria kesepian yang tak terbalas perasaannya.
42
Kebimbangan Elif yang datang dan pergi.
43
Permintaan Random.
44
From hate to be friend.
45
Obrolan santai menghabiskan malam.
46
Perasaan tidak rela.
47
Dilema ditengah suka cita.
48
Kesombongan dibalas kesombongan.
49
Pengajuan Permohonan.
50
Tidak ada yang bisa menahan Nyonya Hanna.
51
Kenapa jadi begini?
52
Keputusan Elif.
53
Harus memilih.
54
Dua orang yang galau dan merindu.
55
Kedatangan Zehra dan cerita masa lalu.
56
Rencana Zehra dan The Three Musketeers.
57
Ardan Naik Pitam.
58
Sikap Adit Menghadapi Kenyataan.
59
Kau Dimana?
60
Menemukanmu.
61
Nyonya Hanna oh Nyonya Hanna.
62
Kesedihan Elif.
63
Calon Mantu.
64
Ada apa dengan Elif....
65
Kepulangan Elif
66
Keresahan Elif dan Ucapan Ibu!
67
Penantian yang berbuah manis.
68
Terpesona.
69
Ekspektasi vs Realita.
70
Memori yang hilang.
71
Run To You.
72
Pengintai.
73
Sepuluh Ribu Persen!
74
Persidangan.
75
Cemburu yang menggemaskan.
76
Satu sama!
77
Menjelang Pernikahan
78
Pernikahan.
79
Daniel dan Kinan.
80
The Rescue Team!
81
"Susahnya mau belah duren."
82
"Gagal lagi... gagal lagi..."
83
Malu tapi Mau. (21+)
84
Bucinnya suami istri.
85
Makan Malam
86
Obrolan santai sahabat.
87
Tempat Pertemuan Pertama.
88
Ucapan Terima Kasih, dan pengumuman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!