Undangan.

Dua minggu berlalu, Elif selalu berhasil membuat Ardan dan semua orang terkesan padanya. Dia bukan hanya cepat belajar dan menguasai pekerjaannya, tapi ternyata juga bisa berbagai bahasa. Kemampuan Elif yang tidak ia tuliskan pada resume yang pernah Elif berikan di perusahaan saat melamar.

Meski dua minggu berlalu dengan baik dan tidak ada masalah yang menjadi kendala dalam pekerjaan barunya, bukan berarti Elif hidup dan bekerja dengan tenang. Ia hanya pandai mengendalikan emosinya untuk tidak memaki bosnya atau mencakar wajah tampan tapi sifatnya menyebalkan seperti hewan pengerat.

Disetiap harinya Ardan selalu saja menugaskannya dengan tugas-tugas di luar nalar. Ia bahkan memberikan job desk baru untuk Elif, diberikannya kunci duplikat apartemen yang ditempatinya pada Elif dengan tugas setiap pagi selama hari kerja, Elif harus sudah menyiapkan sarapan hingga baju kerja. Ardan bahkan menyiapkan daftar menu untuk dimasak Elif sebagai sarapan. Bukan hanya itu, jika Ardan tidak ada jadwal makan di luar, maka Elif yang bertugas memasak makan malam untuknya, menyiapkan air hangat untuk bos muda itu mandi dan segala macamnya, sampai semua beres, barulah Teddy akan mengantarnya pulang.

Belum lagi di kantor ada waktu dimana Ardan ingin Elif menyiapkan kudapan dan kopi, lalu memijat pundak, dan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan posisinya sebagai seorang sekertaris pada umumnya.

"Jangan-jangan Pak Ardan naksir padamu." Bisik Sonya saat Elif baru saja mengantarkan jus buah segar.

"Jangan ngaco deh, Mbak!" Elif sampai melotot mendengarnya.

"Habisnya Pak Ardan jadi aneh gitu. Selama aku bekerja dengannya, dia orang yang sangat profesional, dia tidak suka diganggu saat bekerja dengan hal-hal di luar urusan perusahaan. Seperti robot yang tidak ada bosannya bekerja siang malam."

"Entah lah, mungkin dia habis terkena angin ****** beliung yang mengubah pola pikirnya sekarang menjadi aneh."

Mereka malah terkekeh geli.

Pintu lift diujung koridor terbuka, seorang wanita sangat cantik berjalan keluar dari dalam kotak besi itu. Ia melangkah dengan sangat anggun dan mempesona. Elif dan Sonya saling berpandangan. Mereka pun terpesona dengan kecantikan wanita itu.

"Siapa dia?" Bisik Elif pada Sonya.

"Mbak Marsha, mantannya Pak bos." jawab Sonya juga dengan suara pelan.

Mereka berdua segera berdiri saat Marsha tiba di meja mereka.

"Ardan ada?" tanya Marsha dengan suara merdunya.

"Ada Nona. Tapi apa sudah buat janji sebelumnya?" Sonya bertanya dengan sopan.

"Apa karena sekarang sudah jadi mantan jadi aku harus buat janji dulu untuk bertemu dengannya?" Marsha bertanya dengan nada tidak suka. "Aku tidak akan lama. Hanya ingin memberinya undangan saja."

Jika Nona Marsha datang untuk menemui Pak Ardan, panggil aku. Teddy berpesan pada Sonya dan juga Elif beberapa hari lalu.

Elif langsung memberitahukan Teddy kedatangan Marsha melalui telepon di meja. Tak lama kemudian Teddy keluar dari ruangannya dan mendekati ketiga wanita yang mempunyai perbedaan style yang sangat mencolok.

"Maaf Nona, Pak Ardan sama sekai tidak bisa diganggu." Ucap Teddy.

"Tidak ingin diganggu atau tidak ingin bertemu denganku?" Cibir Marsha.

Baik Teddy maupun Sonya dan Elif tidak ada yang menjawab.

"Huh, baiklah. Berikan saja ini padanya, pastikan dia datang bersama seseorang. Jangan sampai aku bisa membuktikan kata-kataku waktu di restoran saat itu." Seringai Marsha pada Teddy. Dan Teddy paham betul apa yang dimaksud Marsha. Tidak menunggu waktu lama, Marsha pun meninggalkan tempat dengan langkah yang selalu anggun.

"Elif!"

"Ya."

"Antar ini pada Pak Ardan, dan sampaikan juga pesan Nona Marsha tadi pada Pak Ardan."

Elif sebenarnya ingin menolak dan bertanya kenapa bukan Teddy saja yang memberikannya, tapi Elif mengurungkan niatnya, melihat tatapan Teddy mengisyaratkan untuk tidak ada penolakan.

Elif bangkit dari kursinya, membawa serta undangan yang diletakkan Marsha tadi di atas meja. Setelah mengetuk dua kali daun pintu ruangan Ardan, suara pria itu pun memerintahkan untuknya masuk.

Jika ada sesuatu hal yang akan membuatku kesal, suruh Elif yang menyampaikannya padaku. Pesan Ardan pada Teddy dihari kedua Elif bekerja.

Di dalam ruang kerja, Ardan langsung melihat Elif masuk membawa sesuatu pada tangannya.

"Ada apa? Apa yang kau bawa?"

"Ini undangan, Pak. Tadi Nona Marsha datang membawa ini, untuk Anda." Elif memberikannya pada Ardan, meletakkannya di atas meja kerja. Ardan melihatnya dengan malas. Tidak berniat untuk menyentuhnya apa lagi membacanya.

"Apa yang dia katakan?"

"Katanya, "Berikan saja ini padanya, pastikan dia datang bersama seseorang. Jangan sampai aku bisa membuktikan kata-kataku waktu di restoran saat itu."" Elif meniru cara Marsha bicara, alih-alih kesal, Ardan malah tertawa geli. "Kau sangat tidak cocok meniru Marsha."

"Saya hanya menyampaikan apa yang saya lihat dan dengar." Cetus Elif.

Terkadang Ardan tidak mengerti, kenapa Elif seperti tidak ada takut-takutnya pada Ardan. Sikap sinis dan malah terkadang menjawab Ardan dengan intonasi ketus dan galak pun ia lakukan. Dan herannya Ardan sama sekali tidak masalah. Malah sikap Elif yang seperti itu membuatnya semakin bersemangat untuk mengerjai gadis itu. Dan satu hal yang tidak lagi bisa dipungkiri Ardan, aroma tubuh gadis itu benar-benar sudah membuatnya candu. Sangat menenangkan.

Karena itu, Ardan meminta Teddy untuk menyuruh Elif yang masuk menyampaikan apa pun jika hal yang akan diterimanya akan membuatnya kesal, aroma Elif selalu bisa mengontrol emosinya dan selalu membuatnya tenang walaupun dia sedang sangat marah sekali pun.

Aneh kan? Tapi itu lah yang terjadi pada Ardan. Semua jajaran manajemen pun sampai terheran-heran dengan perubahan sikap CEO muda mereka yang biasanya tidak bisa mentorerir kesalahan sekecil apa pun, dia akan meledak, mengambil keputusan sepihak dan memberikan sanksi untuk siapa pun yang menentangnya.

"Bacakan isi undangan itu."

"Kenapa Anda tidak membacanya sendiri saja, Pak?"

"Lalu apa gunanya kau aku gaji? Bacakan!"

Sambil menggerutu dalam hati, Elif ambil lagi undangan yang sudah dia letakkan di atas meja.

Undangan itu berisi tanggal sebuah pernikahan dua nama manusia. Marsha dan Frans. Sebuah pesta pernikahan yang akan terlaksana dua hari lagi. Elif kembali meletakkan undangan tersebut di atas meja.

"Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?" Sebenarnya pertanyaan yang paling enggan Elif ucapkan, karena biasanya Ardan selalu ada saja tugas yang membuat Elif ingin mengeluarkan tanduk dan menyeruduk Ardan.

"Tidak ada."

Lah, tumben.

"Saya permisi, Pak." Elif berbalik, mengayunkan langkahnya menuju pintu.

"Elif," Panggil Ardan menahan Elif tepat sebelum Elif menarik pintu terbuka.

"Ya Pak?"

"Kau bisa pulang cepat hari ini." Ujar Ardan.

"Maaf Pak? Anda tidak sedang mengerjai saya, kan?"

"Kau tahu, kau adalah satu-satunya karyawan yang tidak ada takutnya bertanya seperti itu?"

"Maaf Pak."

"Kusuruh kau pulang cepat malah menuduhku."

"Bukan begitu Pak, maksud saya, apa saya tidak perlu menyiapkan makan malam untuk Anda?"

"Tidak. Keluarlah sekarang, jangan sampai aku berubah pikiran."

Buru-buru Elif membungkuk sedikit lalu langsung membuka pintu dan keluar, hilang dari pandangan Ardan.

Pria itu mendengus, tapi juga tersenyum. Entah kenapa mengerjai Elif membuatnya santai.

Wajah Elif terlihat bingung, ia duduk dengan tatapan kosong, sampai-sampai membuat Sonya takut Elif kesambet.

"Kau kenapa?" tanya Sonya.

"Aku rasa Pak Ardan salah makan, atau pikirannya sedang terganggu." jawab Elif datar.

"Ada apa memangnya? Dia menyuruhmu yang aneh-aneh lagi?"

"Dia menyuruhku untuk pulang cepat, tidak perlu ikut mengantar dia pulang dan menyiapkan makan malam untuknya."

"Lho bagus dong!"

"Tapi aku merasa ada udang dibalik batu. Orang itu pasti sedang merencanakan sesuatu. Dua minggu ini dia benar-benar menggembleng aku dengan tugas-tugas abnormal, kenapa sekarang tiba-tiba dia menyuruhku pulang cepat setelah terima undangan pernikahan dari mantannya?"

"Mungkin Pak Ardan hanya ingin menyendiri, kau tahu, semacam belum bisa move on, sementara Nona Marsha sudah mau menikah saja."

"Ah benar juga, ternyata Pak Ardan manusia juga." Elif terkekeh. "Omong-omong, aku seperti pernah melihat Nona Marsha deh. Tapi aku lupa dimana."

"Ih kau nih, Nona Marsha itu kan model terkenal, tentu saja kau pasti pernah melihatnya di tv, atau di majalah."

"Model? Hemmm, tapi aku yakin aku bukan melihatnya di tv atau majalah, karena aku jarang menonton tv apa lagi baca majalah. Ah ya sudah lah, aku mau hubungi teman-temanku, sudah lama tidak kumpul sama mereka, merayakan kebebasan ku!" Elif dengan suka cita mengeluarkan ponselnya untuk segera menghubungi Mona dan Yura untuk ketemuan setelah dua minggu mereka sama sekali tidak bisa bertemu.

Ardan mempunyai waktu dua hari untuk memikirkan siapa yang akan diajaknya untuk menemaninya ke acara pernikahan Marsha dan si Frans itu, si model juga aktor yang sedang naik daun. Atau kah Ardan tidak perlu datang saja? Acara itu sama sekali tidak penting untuknya bukan? Ia sama sekali tidak perduli Marsha menikah atau tidak, dengan aktor, model, pengusaha atau pengangguran sekalipun, Ardan benar-benar tidak perduli.

Tapi jika dirinya tidak datang, maka gengsinya sebagai pria tampan dan sukses yang digilai banyak wanita akan tercemar. Siapa yang tidak menginginkan menjadi pendamping seorang Ardan Mahesa Demir? Diusianya yang terbilang muda dia sudah sukses di dunia bisnis, kemampuannya sama sekali tidak diragukan. Materi yang berlimpah dan fisik yang mendukung, siapa pun yang dia pilih pasti tidak akan menolak. Masalahnya, Ardan sulit menemukan seseorang yang cocok dengan kriterianya. Selain banyaknya poin pada pasangan idealnya, Ardan juga sulit mengungkapkan perasaannya.

Lalu bagaimana bisa dia datang ke acara Marsha dengan pasangan? Sementara dirinya saja sama sekali tidak memiliki calon pasangannya? Tidak mungkin kan dia pergi bersama Teddy. Atau bersama Gavin? Ah, tidak! Marsha sudah mengenal sahabatnya itu. Atau mungkin Ardan harus meminta bantuan Gavin untuk mengenalkannya seorang wanita hanya untuk menemaninya ke acara pernikahan saja?

Jika dirinya datang sendiri, Marsha pasti akan merasa menang dan bangga karena berpikir hanya dirinya yang bisa bertahan dengan kekakuan Ardan.

"Huh, merepotkan sekali!" Gerutu Ardan melempar undangan itu ke tempat sampah.

"Ted, ke ruangan sekarang." Ardan menutup gagang teleponnya. Tak lama Teddy masuk, membungkukkan tubuhnya sebentar lalu kembali menegak.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Marsha menikah dua hari lagi. Dan kau pasti tahu apa tujuannya mengundangku."

Teddy mengangguk.

"Apa kau punya kenalan teman wanita yang bisa bekerja satu hari saja untukku, sebagai teman kondangan ke acara pernikahannya Marsha?"

Aku saja tidak pernah menghadiri undangan pernikahan teman-temanku. Apa lagi teman wanita. Huh!

"Maaf Pak, saya tidak ada kenalan teman wanita."

"Ah kau ini, kau harus sering-sering bersosialisasi."

Untung bos yang ngomong! Huh!

"Baik Pak."

"Lalu bagaimana, aku tidak mungkin menghadiri pernikahan Marsha bersamamu, kan?"

"Mungkin Pak Gavin mempunyai teman, Pak."

"Ah, jika aku tanya dia, dia pasti akan mengolok-olok aku habis-habisan."

Teddy tidak berkomentar.

"Aku harus menemukan seseorang yang tidak menyukaiku, tapi membutuhkan uang. Jadi dia bisa bekerja untukku satu hari itu hanya untuk menemaniku kondangan saja. Dan aku akan membayar jasanya. Setelah acara selesai, dia tidak akan mengharapkan lebih padaku karena dia tidak menyukaiku." Ardan menjentikkan jarinya menemukan ide yang dia anggap sangat brilian.

Katakan, Anda tidak menyuruhku untuk mencari wanita seperti itu. Teddy berharap dalam hati.

"Kuberi kau dua hari untuk menemukannya, Ted."

GUBRAK!

"Baik Pak."

Terpopuler

Comments

Ira Hasmira

Ira Hasmira

malang sekali nasibmu teddy🤣

2022-11-09

0

Gladys_ angver95

Gladys_ angver95

🤣palingan nanti sama Elif ya thor

2021-10-09

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kesan Pertama.
2 Mengalah.
3 Aroma Manis yang Lembut dan Segar.
4 Penculik!
5 Tegar!
6 Pertemuan Tak Terduga.
7 Langkah Awal.
8 Asal Aroma Manis Itu.
9 Kesempatan Langka.
10 Wawancara Dengan CEO.
11 Siapa yang menyuruhmu pergi?
12 24/7
13 Kebencian Dimulai!
14 Undangan.
15 Selalu Salah.
16 Kau Bukan Tipeku.
17 Kesalahpahaman Ayah.
18 Sekertaris ku.
19 Terpesona!
20 Calon Istri.
21 Sekertaris berani mengancam!
22 Kesepakatan Simbiosis Mutualisme.
23 Kejadian Pagi Hari.
24 Kata-kata yang meyakinkan.
25 Pelukan tiba-tiba.
26 Kebawa Perasaan.
27 Kecanggungan Yura dan Mona.
28 Sesi tanya jawab Ardan-Elif-Mona-Yura.
29 Isi hati yang penuh emosi.
30 Bergosip di kamar mandi.
31 Menyatakan perasaan!
32 Sebuah dilema yang perih.
33 Terlintas ingin mati saja.
34 Cerita Adit tentang Elif.
35 Ardan jatuh cinta.
36 Bukan lagi bergosip di kamar mandi.
37 Pencarian dan penyelamatan.
38 Seorang Ardan frustasi.
39 Pengaruh Hormon.
40 Kamar Mandi.
41 Pria kesepian yang tak terbalas perasaannya.
42 Kebimbangan Elif yang datang dan pergi.
43 Permintaan Random.
44 From hate to be friend.
45 Obrolan santai menghabiskan malam.
46 Perasaan tidak rela.
47 Dilema ditengah suka cita.
48 Kesombongan dibalas kesombongan.
49 Pengajuan Permohonan.
50 Tidak ada yang bisa menahan Nyonya Hanna.
51 Kenapa jadi begini?
52 Keputusan Elif.
53 Harus memilih.
54 Dua orang yang galau dan merindu.
55 Kedatangan Zehra dan cerita masa lalu.
56 Rencana Zehra dan The Three Musketeers.
57 Ardan Naik Pitam.
58 Sikap Adit Menghadapi Kenyataan.
59 Kau Dimana?
60 Menemukanmu.
61 Nyonya Hanna oh Nyonya Hanna.
62 Kesedihan Elif.
63 Calon Mantu.
64 Ada apa dengan Elif....
65 Kepulangan Elif
66 Keresahan Elif dan Ucapan Ibu!
67 Penantian yang berbuah manis.
68 Terpesona.
69 Ekspektasi vs Realita.
70 Memori yang hilang.
71 Run To You.
72 Pengintai.
73 Sepuluh Ribu Persen!
74 Persidangan.
75 Cemburu yang menggemaskan.
76 Satu sama!
77 Menjelang Pernikahan
78 Pernikahan.
79 Daniel dan Kinan.
80 The Rescue Team!
81 "Susahnya mau belah duren."
82 "Gagal lagi... gagal lagi..."
83 Malu tapi Mau. (21+)
84 Bucinnya suami istri.
85 Makan Malam
86 Obrolan santai sahabat.
87 Tempat Pertemuan Pertama.
88 Ucapan Terima Kasih, dan pengumuman.
Episodes

Updated 88 Episodes

1
1. Kesan Pertama.
2
Mengalah.
3
Aroma Manis yang Lembut dan Segar.
4
Penculik!
5
Tegar!
6
Pertemuan Tak Terduga.
7
Langkah Awal.
8
Asal Aroma Manis Itu.
9
Kesempatan Langka.
10
Wawancara Dengan CEO.
11
Siapa yang menyuruhmu pergi?
12
24/7
13
Kebencian Dimulai!
14
Undangan.
15
Selalu Salah.
16
Kau Bukan Tipeku.
17
Kesalahpahaman Ayah.
18
Sekertaris ku.
19
Terpesona!
20
Calon Istri.
21
Sekertaris berani mengancam!
22
Kesepakatan Simbiosis Mutualisme.
23
Kejadian Pagi Hari.
24
Kata-kata yang meyakinkan.
25
Pelukan tiba-tiba.
26
Kebawa Perasaan.
27
Kecanggungan Yura dan Mona.
28
Sesi tanya jawab Ardan-Elif-Mona-Yura.
29
Isi hati yang penuh emosi.
30
Bergosip di kamar mandi.
31
Menyatakan perasaan!
32
Sebuah dilema yang perih.
33
Terlintas ingin mati saja.
34
Cerita Adit tentang Elif.
35
Ardan jatuh cinta.
36
Bukan lagi bergosip di kamar mandi.
37
Pencarian dan penyelamatan.
38
Seorang Ardan frustasi.
39
Pengaruh Hormon.
40
Kamar Mandi.
41
Pria kesepian yang tak terbalas perasaannya.
42
Kebimbangan Elif yang datang dan pergi.
43
Permintaan Random.
44
From hate to be friend.
45
Obrolan santai menghabiskan malam.
46
Perasaan tidak rela.
47
Dilema ditengah suka cita.
48
Kesombongan dibalas kesombongan.
49
Pengajuan Permohonan.
50
Tidak ada yang bisa menahan Nyonya Hanna.
51
Kenapa jadi begini?
52
Keputusan Elif.
53
Harus memilih.
54
Dua orang yang galau dan merindu.
55
Kedatangan Zehra dan cerita masa lalu.
56
Rencana Zehra dan The Three Musketeers.
57
Ardan Naik Pitam.
58
Sikap Adit Menghadapi Kenyataan.
59
Kau Dimana?
60
Menemukanmu.
61
Nyonya Hanna oh Nyonya Hanna.
62
Kesedihan Elif.
63
Calon Mantu.
64
Ada apa dengan Elif....
65
Kepulangan Elif
66
Keresahan Elif dan Ucapan Ibu!
67
Penantian yang berbuah manis.
68
Terpesona.
69
Ekspektasi vs Realita.
70
Memori yang hilang.
71
Run To You.
72
Pengintai.
73
Sepuluh Ribu Persen!
74
Persidangan.
75
Cemburu yang menggemaskan.
76
Satu sama!
77
Menjelang Pernikahan
78
Pernikahan.
79
Daniel dan Kinan.
80
The Rescue Team!
81
"Susahnya mau belah duren."
82
"Gagal lagi... gagal lagi..."
83
Malu tapi Mau. (21+)
84
Bucinnya suami istri.
85
Makan Malam
86
Obrolan santai sahabat.
87
Tempat Pertemuan Pertama.
88
Ucapan Terima Kasih, dan pengumuman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!