🐝🐝🐝
"An, kau bisa pulang dengan Mark. Aku akan pulang sendiri nanti bersama Clara dan Sesil. Dan Anna tolong jangan katakan pada Arse mama kandungku menemuiku," ucap Bianca pada sang asisten.
"Tapi Nona--"
"Tidak perlu khawatir nanti aku yang akan bicara pada Arse."
"Baiklah Nona."
Setelah bicara pada Anna, Bianca memandang Lyra yang tengah berbincang pada dua sahabatnya.
Dia akan berpura-pura tidak tahu masa lalu mamanya, dia ingin tahu sebenarnya apa tujuan dia datang menemuinya. Bukankah saat mendengar dirinya koma dia tidak peduli. Pertanyaan demi pertanyaan berputar di otak Bianca saat ini.
"Ma, kita perlu bicara berdua," ucap Bianca.
Lyra memandang Bianca, dipikirannya Bianca akan sangat senang saat bertemu dengannya. Tapi dugaannya salah, Bianca tampak biasa saja melihatnya. Apa Bianca sudah tahu kebenarannya? pertanyaan itu yang muncul dipikirannya saat ini.
Mereka pun menuju sebuah kafe yang terletak di dekat kampus.
"Mama, sejak kapan sampai?" tanya Bianca basa-basi.
"Sejak seminggu lalu, mama sekarang akan menetap di Jakarta lagi."
Bianca hanya terdiam bagaimana reaksi papanya jika tahu Lyra datang menemuinya dan sekarang malah menetap disini itu artinya mereka akan sering bertemu.
"Kenapa Bee? sepertinya kau tidak senang mama ada disini, kita sudah tidak bertemu selama sepuluh tahun. Apa kau tidak merindukan mamamu?"
"Bukan begitu Ma, aku hanya terkejut saja tiba-tiba Mama menemuiku."
"Mama dengar waktu itu kau koma, jadi mama berniat untuk menemuimu dan menetap disini untuk menjagamu. Jadi, tinggallah bersama mama, Bee."
Bianca terkesiap dia tambah bingung dibuat mamanya kini kenapa menyuruhnya tinggal bersama. Apa mamanya tidak membencinya lagi?
"Mama, bagaimana bisa tahu aku kuliah disini?" tanya Bianca mengalihkan pembicaraan.
Lyra tidak menjawab memang dia beberapa hari ini mengintai rumah Jaya, dia juga tahu jika Bianca diperlakukan seperti seorang putri oleh kekasihnya. Dia semakin tidak suka, Bianca harus menderita sepertinya dirinya. Dia akan menjauhkan Bianca dari keluarga Jaya dan berencana membuat hubungannya dengan Arse hancur. Memang Lyra sepertinya sudah kehilangan akal, ibu yang tega menghancurkan kehidupan putrinya sendiri.
"Mama pergi dulu ya Bee, mama harus bekerja. Nanti mama akan bicara pada papamu," ucap Lyra.
Lyra pergi meninggalkan Bianca yang masih dilanda kebingungan.
Sesaat kemudian ponsel Bianca berdering membuyarkan lamunannya saat ini.
Senyum mengembang saat tahu siapa yang menelponnya.
"Halo"
"Halo Bee, kenapa menyuruh Anna dan Mark pulang? kau tidak apa-apa bukan? jangan bilang kau selingkuh dengan laki-laki waktu itu."
Bianca sontak menjauhkan ponselnya dari telinga karena bentakan Arse yang begitu nyaring.
"Halo Bee, kenapa tidak menjawab! kau sekarang dimana? Aku akan menyusulmu! jika ada laki-laki lain yang berbicara padamu habislah dia!"
Bianca hanya bisa mendesah pelan, dia memang harus terbiasa dengan sikap Arse saat ini.
"Arse sayang tenanglah! aku sendirian sekarang masih di kafe dekat kampusku."
"Jangan membuatku khawatir Bee, aku akan menyusulmu. Tunggulah aku disana!"
Tut!
Panggilan berakhir, Bianca menatap nanar layar ponselnya tapi sejurus kemudian senyum terbit di wajah cantiknya. Walaupun sikap Arse yang kadang membuatnya sakit kepala tapi dia merasa begitu dicintai dengan tulus tidak penuh kepalsuan seperti mamanya Lyra.
Setengah jam menunggu akhirnya Arse datang dan langsung menarik tangan Bianca masuk ke mobilnya.
Di dalam mobil Arse diam saja dari raut wajahnya dia tampak begitu emosi.
Bianca yang melihat itu tidak berani untuk mengeluarkan sepatah kata pun.
Mobil berhenti di mansion Arse, lagi-lagi Arse menarik tangan Bianca dan membawanya masuk dalam kamarnya. Pemandangan itu tak luput dari mata para pelayan disitu.
Setelah masuk ke dalam kamar, dihempaskan tubuh Bianca di atas ranjangnya.
"Akhh," Bianca berteriak karena Arse langsung menindih tubuhnya.
Arse langsung saja menyambar bibir Bianca dengan kasar, tidak ada kelembutan seperti biasa dia lakukan.
"Hmmmpp!" Bianca menjerit dalam ciuman. Tapi seolah Arse tidak peduli dia terus saja mencumbu Bianca bahkan Bianca mengigit bibirnya agar berhenti tapi Arse tetap melanjutkan aksinya. Tangannya mengunci pergerakan Bianca saat ingin mendorong tubuhnya, kini tangan Bianca dia letakkan diatas kepala gadis itu. Bibirnya sibuk mengeksplor seluruh ruang di rongga mulut kekasihnya.
Bianca hanya bisa menjerit dalam hati. Apa Arse akan memperkosanya?
Tapi pikiran itu hilang saat Arse berhenti melakukan aksinya. Tanpa sepatah kata pun dia langsung berlalu pergi meninggalkan Bianca.
Brak!
Arse menutup pintu kamar mandi dengan sangat kencang.
Bianca langsung saja menangis dia tidak percaya Arse bisa begitu kasar padanya, sebenarnya apa yang terjadi. Dia ingin keluar dari kamar Arse tapi saat akan membuka pintu, pintu itu sudah terkunci.
Saat menjadi arwah dulu dia begitu leluasa keluar masuk kamar Arse karena bisa menembusnya tapi sekarang dia tidak punya kemampuan itu lagi. Dan password pintu pasti hanya Arse dan pelayan yang membersihkan kamarnya yang tahu.
Bianca yang tak tahu harus apa hanya bisa kembali ke atas ranjang dan meringkuk ketakutan disana. Karena kelelahan melawan Arse tadi akhirnya dia pun tertidur.
Sementara di dalam kamar mandi,
Arse memukul tangannya ke dinding berulang kali, bahkan darah yang mengalir di buku-buku jarinya tak dia hiraukan. Dia begitu kacau saat ini, memikirkan kehamilan Bellena dan memikirkan kekasihnya.
Sesaat lalu, dia memang ingin memperkosa Bianca. Dia takut menerima kenyataan bahwa Bellena hamil anaknya dan Bianca akan meninggalkannya. Dia ingin memiliki Bianca seutuhnya apalagi melihat video yang dikirim Anna dia putar berulang kali membuat darahnya begitu mendidih Bianca yang terus saja di kejar oleh Rey. Tapi sejurus kemudian akal sehatnya mulai kembali, dia teringat janjinya pada Jaya.
"Apa yang sudah kulakukan. Maafkan aku Bee, maafkan aku. Aku memang lelaki brengsek!"
Setelah menguasai hatinya Arse keluar dari kamar mandi dilihatnya Bianca tertidur, di dekatinya Bianca terlihat sisa-sisa air mata masih membekas di pelupuk matanya.
Arse dengan lembut mencium kening kekasih hatinya cukup lama, tampak air mata mengalir di pipinya dan jatuh mengenai wajah Bianca.
Bianca yang merasa ada sesuatu yang menyentuhnya mulai membuka matanya. Kini matanya beradu dengan mata Arse yang dari tadi menatapnya.
"Aku mau pulang," ucap Bianca dengan mata berkaca-kaca.
Arse yang merasa bersalah segera mencium kelopak mata Bianca dengan penuh kelembutan.
"Bunuh saja aku, Bee. Aku pantas mati!"
Bianca tidak merespon yang diinginkannya hanya pulang ke rumah.
"Arse, buka pintunya! Aku mau pulang sekarang!" Bianca berkata setengah berteriak.
Tapi Arse masih tak bergeming dari tempatnya. Entah apa yang ada dipikiran pria itu saat ini, Bianca tidak peduli dia masih syok atas perlakuan kasarnya. Padahal tadinya dia begitu senang Arse menjemputnya dia pikir bisa bercerita tentang kedatangan mamanya tapi justru malah jadi begini.
Sejurus kemudian mata Bianca melihat tangan Arse yang berdarah, walaupun masih kesal tapi tidak dapat dipungkiri dia juga khawatir. Dicarinya kotak P3K setelah ketemu Bianca segera mengobati luka ditangan Arse tanpa sepatah kata pun.
Arse hanya bisa menatap Bianca yang serius mengobati lukanya. Betapa bodohnya dirinya membuat wanitanya menangis, seharusnya saat ini dia marah padanya tapi apa ini dia masih peduli padanya.
"Bee, maafkan aku," ucap Arse dengan lirih disusul air matanya yang jatuh.
Bianca yang melihat itu hanya mendengus pelan sepertinya disini memang dia yang harus bisa mengalah dan menahan egonya. Diusapnya air mata yang jatuh dipipi pria itu.
"Kenapa jadi cengeng, nanti ketampananmu luntur," ucap Bianca mencairkan suasana.
"Lukamu sudah ku obati, sekarang buka pintunya. Aku mau pulang temanku akan menginap malam ini di rumahku."
Arse tersenyum kikuk.
"Maafkan aku Bee jika kau ingin minta putus saat ini juga aku akan melepasmu. Aku merasa begitu buruk!"
"Aku memang marah padamu, sangat marah! Tapi apakah putus masalah akan selesai? tidak bukan. Jadi, tenangkan pikiranmu dulu jika sudah tenang baru kita bicara."
Arse pun menurut dan membuka pintu kamarnya, dia ingin mengantar Bianca pulang tapi dia menolak. Sepertinya kekasihnya itu butuh waktu sendiri dulu dengan berat hati Arse mengijinkan Bianca pulang sendiri.
🐝🐝🐝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Ernadina 86
makanya jujur napa ..udah tau Arse sedikit gila
2023-04-09
0
Rapa Rasha
duh ada konflik
2023-03-20
0
Ayuna
Cilok itu Cinta Lokasi Bang Cris😂
2022-08-12
0