Suamiku Mr. Mafia
Mentari Angeliska Tia, wanita berumur 23 tahun, cantik bertubuh standart dengan rambut bergelombang. Wanita ceria yang selalu tersenyum namun kehidupannya sangat pahit hingga dia harus meninggalkan desa kelahirannya dan menetap di kota J. Dia mendirikan sebuah toko kue yang sebagian modalnya berasal dari pinjaman sahabatnya Daniar. Awalnya Mentari menolak akan tetapi, karena terus dipaksa orang tua Daniar, Mentari pun setuju dengan dan akan mengembalikan modal yang sudah dia pinjam. Kini toko kue milik mentari sudah berkembang dan sukses. Mentari juga sudah memiliki beberapa karyawan yang membantunya, baik membuat kue ataupun menjual kue tersebut. Toko Mentari juga memiliki 2 buah karyawan untuk berkeliling menjajakan kue nya.
Darel Dwi Sanjaya adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Kakaknya seorang perempuan sudah bersuami dan memiliki seorang putra bernama Arya Wiguna, sedangkan adiknya berada di negara J untuk meneruskan perusahaan disana. Darel dari kecil memang didik sangat keras oleh ayahnya, tuan Ardi Sanjaya. Karena didikannya yang keras itu, dia tumbuh dan mewarisi sifat ayahnya yang tegas dan berhati batu. Dia juga diangkat menjadi bos mafia Dendley. Tidak seperti kelompok mafia pada umumnya, kelompok Dendley sangat menjauhi perdagangan manusia, organ dalam, dan perdagangan ilegal lainnya. Darel memiliki anak buah yang sangat dia percaya, Harri dan Adi. Harri lebih mudah bergaul apalagi dengan wanita, wajahnya yang terlihat friendly, membuat dia disukai kaum hawa. Berbeda dengan Harri, Adi lebih memiliki sifat tegas, namun dia juga bisa bersikap biasa. Bahkan jika Harri dan Adi dalam satu tempat, mereka bahkan bisa bersikap usil.
********
Pagi itu, seperti biasa Mentari datang ke toko kue nya dengan menaiki motor Scoopy merah hitam miliknya. Motor itu dia beli beberapa tahun yang lalu, saat keuntungan toko kue meningkat pesat.
"Selamat pagi!" sapa Mentari hangat.
"Selamat pagi,bu!" jawab karyawannya serempak.
"Kenapa toko masih belum buka?" tanya Mentari pada karyawannya.
"Maaf, bu. Hari ini kan hari Minggu, jadi toko buka lebih lambat dari biasanya." ucap Laila, asisten Mentari.
"Oh benarkah ini hari Minggu? emm, maaf ya saya lupa soalnya, hehehe. Ya sudah kalau begitu kalian bisa lanjut bekerja lagi. Jangan lupa semangat bekerja biar penghasilan kita bertambah, oke!" tersenyum ramah sambil mengacungkan jempol kanannya memberi semangat.
"Siap, bu!" ucap mereka serempak.
Mentari hendak berlalu menuju ruangannya. Kemudian dia berbalik dan menatap Laila.
"La, coba kamu bawa laporan keuangan selama saya nggak ditoko,ya. kamu bawa aja keruangan saya!" ucap Mentari.
"Iya bu, nanti saya akan siapkan." jawab Laila.
"Hem, terimakasih." ucapnya lalu pergi menuju ruangan nya.
Mentari memang memiliki ruangan sendiri, berada dekat dengan dapur, hanya berjarak beberapa meter saja. Itu sengaja dilakukannya, jika ada sesuatu didapur dia bisa mengetahuinya. Akhir-akhir ini dia tidak bisa mengunjungi toko kuenya karena harus pergi ke negara P bersama Daniar untuk menemui kakak Daniar, Galih. Disana Galih membuka toko kue sama seperti Mentari, dan sudah memiliki beberapa cabang dinegara tersebut. Mentari sengaja diajak untuk sekalian bisa belajar cara membuat resep roti yang baru.
Tok...tok...tok...
"Masuk!" ucap Mentari dari dalam ruangannya.
"Permisi, bu ini laporan yang anda minta!" menyerahkan file laporan keuangan.
"Oh iya, terimakasih ya! emm Laila, setelah ini aku mau mengajarkan bagian pembuat kue untuk membuat kue baru, kamu ikut saya berbelanja ya, soalnya agak banyak yang harus saya belanjakan?" tawar Mentari.
"Tentu saja bu, saya akan dengan senang hati menemani anda." ucap Laila formal.
"Laila kau tidak usah terlalu formal begitu denganku, hahahaha. Anggap saja aku temanmu kau bisa bercerita apa saja dengan ku,oke?" ucap Mentari.
"T..tapi,bu?"
"Ah, sudahlah. Ayo kita pergi berbelanja saja, nanti kita kesiangan. Sebelum itu aku mau bertemu karyawan didapur." mengambil tas Selempangnya dan pergi dari ruangannya.
Laila mengikuti Mentari dari belakang seperti seorang pengawal.
Sesampainya didapur,
"Halo semua!" sapa Mentari.
"Eh, bu Mentari kenapa anda datang kemari?" tanya Yoga.
"Ehem, Yoga bukankah ini milik bu Mentari juga, terserah dia bukan mau dia pergi kemana saja?" jawab Arfan yang menggeleng-gelengkan kepalanya geram.
"Hahahaha, kalian ini. Aku kesini hanya untuk mengecek apakah semua bahannya sudah lengkap. Dan lagi, aku akan mengajari kalian membuat kue kreasi baru yang aku dapat dari kak Galih. Apa kalian senang?" Mentari antusias.
"Senang bu!" ucap mereka serempak sambil memberikan senyum antusias mereka.
"Baiklah kalau begitu, aku dan Laila akan berbelanja dulu kalian buat kue seperti sebelumnya sehabis jam makan siang aku akan mengajari kalian." ucap Mentari.
"Siap,bu!" jawab mereka sepempak.
Mereka kembali melakukan pekerjaan mereka. Mentari dan Laila sudah berangkat menuju mini market untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan.
"Terimakasih ya,bu!" Laila yang duduk dibelakang membuka percakapan.
"Terimakasih untuk apa, La? tanya Mentari tidak mengerti.
"Karena anda sudah memberi kami pekerjaan. Kalau bukan karena bekerja ditempat anda, mungkin saya tidak akan bisa mencicil utang ayah saya." ucap Laila yang sudah berkaca-kaca, terlihat dari kaca spion.
"Aku juga sangat berterimakasih kok pada kalian, kalau tidak karena kalian aku tidak akan bisa sampai ke titik ini, kalian juga sudah banyak membantuku mendirikan toko itu." Jelas Mentari.
"Kau tidak usah berterimakasih padaku, La. Mendapat karyawan seperti kalian saja sudah membuatku senang dan bersyukur. Kalian itu bukan hanya karyawan bagiku, tapi kalian juga sudah ku anggap seperti keluarga, setelah orang tuan Daniar." tambahnya.
Kau sungguh baik, bu. Semoga saja kau mendapatkan jodoh yang baik juga dan dia akan menjagamu dengan sangat baik. batin Laila.
Beberapa saat kemudian, mereka tiba dimini market. Mereka langsung membeli apa saja yang dibutuhkan dalam secarik kertas. Mereka mengambil apa yang ada dalam kertas tersebut.
"Totalnya 968.000, mau bayar pakai uang tunai apa kartu kredit?" tanya mbak-mbak kasir.
"Pakai kartu kredit saja, mbak." ucap Mentari sambil mengeluarkan kartu kreditnya.
Transaksi pun berhasil. Mentari dan Laila keluar menuju motor Mentari.
Tiba-tiba seorang pencopet mengambil tas milik Mentari dan membawanya lari.
"hah, copetttt!!... copet!!......tolong ada copet!!....." teriak Mentari.
"La kau tunggu disini biar aku yang kejar dia!" langsung berlari mengejar copetnya.
"Ya ampun bagaimana ini, mana kunci motor ada ditas bu Mentari lagi. Terus kalau bu Mentari diapa-apain sama pencopetnya gimana? haduhhh bahaya ini!" Laila parno sendiri.
**********
Mentari mengejar pencopet itu dari gang masuk ke gang lagi. Hingga sampai pada jalanan yang tidak terlalu ramai, si pencopet itu berhenti.
"Hei, kembalikan tas ku!" teriak Mentari ngos-ngosan.
"Kalau tidak mau bagaimana, hah?" teriak pencopet tidak mau kalah.
Pencopet itu memanggil rekannya, kini sudah ada 7 orang melawan 1 orang. Mentari menjadi takut, nyalinya yang tadi sangat besar sekarang sudah menciut seperti kerupuk dalam air.
Bagaimana ini? Tuhan tolong aku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 437 Episodes
Comments
neng aya
🤗
2022-12-05
1
neng aya
🤗
2022-12-03
1
Nf@. Conan 😎
knapa d panggil ibu, knapa nggak mba aja
2022-11-29
2