"Hei, kenapa melamun?" tanya Darel menaikkan satu alisnya.
"Ti...tidak tuan." jawab Mentari ragu.
"Hemm, apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Darel menyendok bubur dan menyuapi Mentari.
"Sa...saya...saya...." ragu.
Kenapa dia bersikap berbeda begitu? gumam semua orang kecuali Laila, Mentari dan Darel.
"Jangan takut, katakan saja apa yang ingin kau katakan. Aku tidak akan melarang mu." ucap Darel lembut.
Apa dia sungguh tuan Darel? kenapa lembut sekali dengan nona Mentari? batin Harri dan Adi.
"Saya...saya....emmm."
"Saya hanya ingin mengatakan kalau anda tidak perlu seperti ini hanya karena ingin balas budi. Anda bisa memindahkan saya ke ruangan biasa saja?" sedikit ragu.
Darel hanya tersenyum.
Dia semakin manis kalau gugup begini, hahahaha! batin Darel.
"Tidak!" menjauhkan wajahnya dari Mentari.
"Ap....apa? kenapa?" mendongakkan wajahnya. Mata mereka saling bertemu, bahkan seperti sedang berbicara namun dalam diam.
"Karena ini sudah tanggunganmu. Kau bertemu denganku jadi harus mengikuti mau ku." jawab Darel singkat namun terkesan angkuh.
Cih! dia pikir dia itu siapa? anak sultan? seenaknya saja mengaturku! batin Mentari kesal.
"Harri, kau jaga dia dulu, aku ada urusan! dan Adi, kau ikut aku!" meninggalkan ruangan diikuti Adi dibelakangnya.
Mentari membuka mulutnya lebar-lebar, tidak percaya kalau ada orang yang dingin dan angkuh seperti Darel.
Ya Tuhan, dulu kau pertemukan aku dengan buaya, sekarang kau mempertemukan ku dengan batu es besar? dingin sekali! tapi, dia tadi bicara lembut padaku? pikir Mentari bingung.
"Pria yang aneh!" gumam Mentari lirih.
"Bu, bagaimana keadaan ibu? apa ibu butuh sesuatu?" tanya Laila mendekati Mentari.
"Bu? bu mentari?!" melambaikan tangannya didepan wajah Mentari.
"Eh, i...iya? ada apa, La?" tanya Mentari tersadar dari lamunannya.
"Apa ibu butuh sesuatu?" tanya Laila lagi.
"Ah, tidak-tidak. Aku tidak butuh apa-apa sekarang." jawab Mentari cepat.
"Oh ya, La. Bagaimana dengan anak-anak, aku kan sudah berjanji akan mengajari mereka resep baru, dan sekarang aku malah disini!" Mentari sedikit sedih karena tidak bisa menepati janjinya.
"Ibu tenang saja, saya sudah bilang pada Indra tadi, jadi ibu jangan khawatir!" ucap Laila.
"Ehemmm, kalau boleh saja kasih saran, bagaimana kalau kalian video call saja, kan bisa?" ucap Harri yang sedari tadi diam mendengar pembicaraan Mentari dan Laila.
"Yaaa, ide yang bagus! La, kamu coba video call dengan Indra atau siapa yang aktif, biar aku bisa mengajari mereka. Belanjaannya dimana?" tanya Mentari.
"Emmm, belanjaannya saya bawa kesini,bu hehehehe. Saya sangat khawatir pada ibu makanya saya langsung kemari." jelas Laila tersadar dengan belanjaannya tadi.
Mentari dan Harri menepuk kening mereka bersamaan.
"Bagaimana kalau aku yang mengantarnya? lalu kita kembali ke sini?" saran Harri.
"Apa kau tidak waras? toko dengan rumah sakit ini jaraknya lumayan jauh loh, nanti kalau bu Mentari butuh sesuatu bagaimana?" sedikit berteriak.
"Kalau begitu biar saya saja yang menjaganya." ucap Angel mengagetkan mereka.
Angel sedari tadi diam di sofa, mendengar pertengkaran mereka, tidak ada yang menyadari kehadirannya diruangan itu.
"Dokter Angel, sejak kapan anda disini?" tanya Harri.
"Heh, aku sudah disini dari tadi. Kalian saja yang mengabaikanku dan kau malah melupakanku!" dengus Angel.
"Oh, maaf dokter, saya tidak tau kalau anda berada disini, hehehehe." Harri menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Siapa dokter ini? apa dia pacar tuan Harri? ah sudahlah kenapa aku harus memikirkannya! batin Laila.
"Ya sudah kalian pergi saja, nona Mentari biar aku yang jaga!" Kata Angel.
"Baiklah kalau begitu!" ucap Harri.
"Mari!" tambahnya lagi menatap Laila sambil membuka pintu untuknya.
Dasar laki-laki playboy! sudah punya dokter Angel masih mau cari yang lain! batin Laila.
********
"Tuan, kita mau kemana?" tanya Adi yang melajukan mobil tanpa arah.
"Kita ke markas, ada sesuatu yang ingin aku lakukan." ucap Darel singkat.
Berbeda sekali ketika bicara denganku dan dengan nona Mentari tadi.
"Hallo, kau segera ke markas, ada tugas untukmu!" ucapnya berbicara di telepon.
"Woke...!" ucap seseorang disebrang terpotong.
panggilan diakhiri sepihak. Darel melihat sebuah foto pria bertubuh tinggi hampir sama dengan tinggi Darel memakai jas hitam dan kemeja putih dengan 2 kancing atas terbuka.
"Sudah saatnya aku mencarimu!" gumamnya.
Beberapa saat kemudian, mobil Darel sudah sampai di markas besarnya.
Jauh dari kebisingan kota dan terpencil dari orang-orang.
"Selamat siang tuan!" sapa anak buah yang melihat kedatangan Darel.
"Hem!" jawabnya.
Darel langsung menuju ruangannya, diikuti Adi. Sesampainya disana, ada seseorang yang sudah menunggunya.
"Hallo tuan salju, hallo Adi!" sapa pria itu.
Tatapan mata Darel dan Adi mengarah tajam pada pria itu. Sedangkan yang ditatap hanya tertawa puas.
"Hei, kau jangan mengganggunya, Jack! kalau kau tidak mau mati muda!" ledek seseorang lagi memasuki ruangan.
Tatapan mereka sekarang mengarah pada pria yang baru saja memasuki ruangan dengan membawa secangkir kopi.
Markas Darel memang sengaja didesain seperti rumah jika dilihat dari luar, namun dibawahnya terdapat penjara khusus serta ruang penyiksaan bagi para penjahat.
"Kau membawanya bersamamu bocah tengik? bukannya sudah ku bilang datang sendiri!" menatap tajam pada pria yang ditelponnya tadi.
"He bos es, dia ini kan pak bos peot ku, mana mungkin aku pergi tidak ijin padanya. Kalau aku tidak mengajaknya dia akan membunuhku bukan?" ucap pria itu yang ternyata bernama Jack.
"Hei Jack, kalau kau tidak mati ditangan tuan Tomi, maka kau akan mati ditangan tuan Darel. Kau lihat saja matanya sudah seperti ingin membunuhmu, hahahaha!" ucap Adi.
Adi, Jack, dan Tomi tertawa lepas. Mata Darel kini beralih pada Adi dan seketika Adi pun berhenti tertawa karena takut kena hajar tuannya.
"Kau sudah mulai berani menertawaiku ya, Adi? kau sudah bosan hidup rupanya? katakan mau apamu dulu yang kupotong, hah?" menahan amarah.
Aduh, matilah aku! tuan sudah marah lagi, jangan sampai aku mati hari ini, huhuhuuu aku kan belum menikah, masa sudah mati duluan! gugup Adi.
Habislah kau hari ini, Adi! tuan sudah menatapmu seperti itu, hahahaha! Jack tersenyum puas.
"Ayo katakan!" bentak Darel.
"Hehehehe, tuan saya kan belum menikah, jadi tolong ampuni saya tuan." bujuk Adi.
"Oh kau mau menikah dulu?" tanya Darel menyelipkan kembali pisau kesayangannya.
"Tentu saja tuan!" ucap Adi semangat.
"Kalau begitu aku akan mencarikan seorang gadis untuk mu dan kau akan menikah hari ini juga. setelah kau menikah aku akan membunuhmu dihadapan istrimu, bagaimana?" goda Darel.
Adi yang semula bersemangat dan senang tiba-tiba menjadi ketakutan mendengar kata-kata Darel.
"Ya ampun tuan, saya juga ingin punya anak, ingin punya keluarga kecil yang bahagia, ingin melihat anda menikah, ingin melihat istri anda, ingin melihat anak-anak anda, ingin..." terpotong.
"Sudah diam! kau ini tidak bisa diam ya? untung saja Harri aku suruh menjaga Mentari tadi, kalau dia ada disini mungkin mulutmu itu tidak bisa direm!" ucap Darel ketus.
Mentari? siapa itu mentari? bukannya mantannya itu Pretty? kenapa jadi Mentari? batin Jack dan Tomi.
"Jack, kau gunakan komputer milikmu itu dan cari keberadaan Zanu. Aku ingin mengetahuinya secepatnya!" perintah Darel pada Jack.
Jack baru berumur 20 tahun, tapi bakatnya sebagai hacker sudah sangat mendunia. Dia bahkan dijuluki Dewa Hacker karena kejeniusannya. Sebelum bertemu Darel dan menjadi Dewa Hacker, Jack adalah anak yang ditemukan Tomi dan Darel ketika umurnya masih belasan tahun. Dia dirawat dan diasuh oleh Tomi sehingga menjadikannya sebagai Hacker terkenal seperti sekarang. Baik Tomi maupun Darel tidak menyangka bahwa anak yang mereka temukan dulu memiliki bakat terpendam.
"Zanu tuan? kenapa anda mencari keberadaan Zanu? bukankah anda yang menyuruhnya meninggalkan kota ini?" tanya Jack penasaran.
"Apa yang sedang kau rencanakan, kawan? terakhir kali kita bertemu dengannya adalah kali terakhir kita melihatnya, sekarang entah dia masih hidup atau sudah mati...." ucap Tomi terpotong.
"Tomi!!!!" teriak Darel. Suaranya seakan-akan memenuhi seluruh rumah itu.
Darel menatap tidak suka pada ucapan Tomi barusan. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya selama ini, apalagi mengenai Zanu.
Tuan mencari tuan Zen? apa yang akan tuan Darel lakukan padanya jika mereka bertemu lagi?" batin Adi.
"Kau cepat cari keberadaannya! tidak butuh waktu lama, aku ingin informasi itu secepatnya!" perintah Darel pada Jack.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 437 Episodes
Comments
neng aya
🤗
2022-12-13
1
Widia Aja
mulai njelimet nih...
2022-12-05
1
Yeyen Dhevan
wauuu
2021-07-09
2