Nada suara Darel sudah normal, namun masih terdengar menakutkan. Wisnu meminta ijin untuk pergi dan kemudian kembali ke ruangannya.
Jangan-jangan mereka tidak menghiraukan peringatanku? mereka akan mendapatkan balasan yang tidak akan bisa mereka bayangkan sebelumnya! batin Wisnu.
Wisnubrata Winama, adalah salah satu anak dari tangan kanan ayahnya yang sudah mengabdikan seluruh hidupnya kepada keluarga Sanjaya. Hingga akhirnya Darel memutuskan untuk mengangkat Wisnu menjadi anak buahnya dan membiayai sekolahnya hingga ke luar negeri. Karena kepintaran Wisnu, dia lulus hanya dalam 1 tahun dengan gelar Summa Cumlaude.
Ngomong-ngomong apasih Summa Cumlaude itu? Summa Cumlaude berarti “With HIghest Praise” atau dengan kehormatan tertinggi ini mensyaratkan kita untuk lulus dengan IPK 3.9 hingga 4.0. Dengan kata lain lulus dengan nilai sempurna.
Wisnu mulai memilah beberapa karyawan yang sudah absen lebih dari 4 kali dalam kurun waktu 1 bulan.
Banyak banget sih yang absen. Hemm, aku saja tidak pernah memperhatikan ini, aku hanya fokus pada investor dan meeting saja. Tuan Darel memang luar biasa.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.24. Wisnu sudah menyelesaikan tugas pertamanya. Dia lalu menuju ruang HRD untuk meminta dibuatkan surat pemecatan.
Tidak butuh waktu lama bertumpuk-tumpuk surat pemecatan itu sudah ada ditangan Wisnu. Wisnu langsung menuju ruang Darel dan Darel meminta Adi dan Harri membantu Wisnu mengumpulkan seluruh Karyawan tanpa terkecuali.
Di aula kantor, seluruh karyawan sudah berkumpul. Mereka saling bertanya pada rekannya tentang perihal pengumpulan mereka disana. Aula itupun seketika bising oleh suara mereka.
Tap....tap....tap....
Suara langkah sepatu Darel terdengar menuju aula. Karyawan yang semula bising oleh suara mereka, kini berubah senyap.
Darel menaiki panggung yang berada di aula kantor.
"Selamat siang semuanya!" sapa Darel datar.
"Siang, Presdir!" jawab mereka serempak.
Suara kembali hening.
"Disini Wisnu akan membacakan nama-nama dari beberapa karyawan. Wisnu silahkan!" menjauh dari pengeras suara dan diganti dengan Wisnu.
"Baiklah, saya akan meneruskan perkataan tuan Presdir. Bagi nama-nama yang saya langhil silahkan maju ke depan dan berdiri disana!" menunjuk bagian kosong aula.
Wisnu mulai menyebutkan satu per satu nama-nama dari karyawan yang tidak sesuai kriteria perusahaan. Ada sekitar 540 orang karyawan dalam buku catatan yang dia bawa.
Karyawan baik yang dipanggil dan yang tidak merasa sangat bingung. Mereka tidak tahu maksud dan tujuan Presdir mereka sebenarnya.
"Baiklah, nama-nama yang saya sebutkan tadi silahkan mengambil satu surat disini!" ucap Wisnu menunjuk sebuah meja berisi tumpukan surat pemecatan.
"Kenapa ini tuan? kenapa kami semua disuruh mengambil surat itu? apa isi suratnya?" ucap salah seorang karyawan yang berada didaftar hitam.
"Kalian ambil saja dulu! kami akan beritahu setelah itu" ucap Wisnu.
Mereka pun mengambil surat itu masing-masing satu surat kemudian kembali ke posisi mereka.
"Semua sudah dapat?" tanya Darel menatap karyawannya yang membangkang.
"Sudah, tuan!" ucap mereka serempak.
Sementara karyawan yang tidak dipanggil masih diam seribu bahasa. Banyak pertanyaan dibenak mereka, namun mereka takut untuk menanyakannya.
Mungkin pertanyaan mereka semua sama, "Apa yang sebenarnya terjadi disini? kenapa tuan Presdir memisahkan kami semua menjadi 2 bagian? dan apa isi surat itu? "
"Sekarang kalian boleh membukanya!" ucap Darel.
Karyawan yang mendapat surat sudah mulai membuka surat dan membaca isinya.
"Apa-apaan ini, tuan? kenapa isinya surat pemecatan?!" teriak Rudi, salah satu karyawan dalam daftar hitam.
"Iya, tuan! apa salah kami hingga kami dipecat dengan cara seperti ini?!" timpal Roni, rekan Rudi.
Darel masih diam membiarkan mereka berbicara semaunya. Dia masih duduk di kursinya dan memainkan jari didepan wajahnya.
Hab**islah kalian kali ini! batin Adi.
Huhh, untung saja aku tidak dipecat! batin karyawan yang tidak mendapat surat pemecatan.
"Kenapa tuan diam saja? jawab pertanyaan kami!"
"Ya, ya ayo jawab tuan, ayo jawab!" mereka serempak mengatakan hal yang sama.
Suasana menjadi ricuh. Karyawan yang tidak terima karena dipecat tanpa alasan mencoba mendekati Dare namun dihalangi oleh bodyguard Darel yang sudah disiapkan Adi sebelumnya.
Sepertinya tuan sudah tahu kalau ini yang akan terjadi, makanya dia menyuruhku untuk memanggil anak buah kesini. batin Adi.
Tuan kau memang hebat, kau sudah seperti peramal super saja bisa mengetahui apa yang akan terjadi, hehehehe! batin Harri.
Gubrakkkkkkk........
Darel menggebrak meja dengan keras membuat mereka semua takut dan mengurungkan niatnya mendekati Darel.
Darel masih melihat mereka satu persatu. Karyawan yang membangkang itu tertunduk takut dengan tatapan tajam Darel.
********
"Tuan, aku mendapat sebuah rekaman CCTV dari hotel itu beberapa jam sebelum peristiwa itu terjadi!" ucap Jack menunjukkan pekerjaannya pada Tomi.
"Hem, coba aku lihat!" menatap layar laptop yang menampilkan gambar Pretty bersama resepsionis hotel.
Ini? apa Pretty menyogok resepsionis itu? untuk apa?
Tomi mengernyitkan dahinya bingung dengan apa yang dia lihat.
"Jack, telpon Arul dan Bagas. Suruh mereka cepat datang kesini!" perintah Tomi masih menatap layar laptop.
Apa yang sebenarnya direncanakan Pretty waktu itu? hanya Zen yang tahu apa yang sebenarnya terjadi!
Tidak lama kemudian Jack datang.
"Tuan, tuan Arul sedang menuju kemari, sedangkan tuan dokter tidak bisa kesini karena dia harus menjemput tuan Rohan di bandara." jelas Jack setelah menelepon Arul dan Bagas secara bergantian.
"Hem, aku lupa kalau Rohan kembali hari ini!" menepuk dahinya pelan.
"Baiklah, tidak apa-apa, suruh dia datang setelah menjemput Rohan. Biar nanti aku telpon Darel untuk kesini juga!" ucap Tomi.
"Wokee!" ucap Jack tersenyum penuh arti.
"Cari bukti yang lebih kuat lagi!" menunjuk ke arah Jack kemudian berlalu pergi.
"Cari bukti yang lebih kuat lagi!" cih, emangnya nyari itu mudah apa? seenaknya saja memerintah! umpat Jack dalam hati.
"Jack, aku bisa mendengar mu mengataiku ya! jangan coba-coba!" teriak Tomi dari ruangannya yang sedikit jauh dari ruangan Jack.
"Hahahaha, kau mendengarnya ya, tuan peot!" Jack salah tingkah sendiri.
Dia pun kembali fokus pada layar laptopnya mencari data yang diminta Tomi.
"Hallo, Darel, bisa kau datang kemari sekarang?" ucap Tomi di telepon.
********
"Hallo, Darel, bisa kau datang kemari sekarang?" ucap Tomi di telepon.
Darel yang masih mengurus karyawannya, menunda ucapannya karena mendengar teleponnya berdering.
"Aku tidak bisa kalau sekarang. Ada hal yang harus aku kerjakan! apa tidak bisa besok saja?" ucap Darel datar.
"Tidak bisa! ini sangat penting. Begini saja, setelah urusanmu selesai kau kemarilah!" saran Tomi.
"Hem, ya baiklah! aku akan kesana nanti!" menutup sambungan teleponnya.
Ada hal penting apa sampai dia memintaku segera datang kemarkasnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 400 Episodes
Comments
Boru Manik
sepemikiran deh.. 😄😄
2022-10-04
1
Resti Amel
penasaran
2021-07-25
2
Musyaffa
Adam = Darel
Aris = Adi
Hendra = Harri
William = Wisnu
bener ngga sih??
2021-06-02
14