Didalam sebuah mobil hitam mewah, Harri dan Laila diam tanpa obrolan.
Selama hampir 30 menit mereka dalam mobil, tapi tetap tidak berbicara.
Gadis ini sungguh membuatku gila! apa yang harus aku lakukan agar dia melihatku? batin Harri dibelakanh kemudi.
"Apa kau sudah bekerja lama dengan tuan Darel?" tanya Laila membuka obrolan.
"Eh, apa?" tanya Harri tidak mendengar pertanyaan Laila.
"Aku bertanya, apakah kau sudah bekerja lama dengan tuan Darel?" tanya Laila lagi.
"Emm, sudah 13 tahun. Sejak umurku 12 tahun aku diangkat menjadi anak buah oleh tuan Darel. Awalnya aku didik oleh ayah Harri dan ayah tuan Darel. Sejak pengangkatan itu hidupku menjadi lebih teratur, aku punya makanan, bisa membeli pakaian yang layak dan aku punya banyak uang." jelas Harri.
"Sekarang kau punya segalanya, iya kan?" tersenyum ramah.
Jangan terseyum begitu padaku! jika kau tersenyum begitu, aku bisa meleleh karenanya!
"Tidak!" jawab Harri menatap lekat wajah Laila.
Jantungku! kenapa jantungku berdetak kencang begini? kenapa dia menatapku begitu? batin Laila yang salah tingkah ditatap Harri seperti itu.
"Ma...maksudnya? k...kau kan sudah punya tempat tinggal, punya uang, bajumu juga bagus, apalagi yang kurang?" tanya Laila mengalihkan wajahnya kearah jalanan.
"Aku belum punya istri dan anak saja yang kurang!" Harri serius.
Mereka diam beberapa saat. Harri fokus mengemudi dan Laila menatap ke luar jendela.
Kenapa aku salah tingkah begini sih? dia kan sudah punya calon. Ya bener lah dia belum punya istri, kan baru calon. Tapi kenapa aku kesal ya mendengar dia punya calon?
********
Hari itu Daniar datang untuk mengunjungi sahabatnya, Mentari.
"Selamat pagi!" sapa Daniar pada beberapa karyawan yang ada di toko.
"Pagi, bu Daniar!" Jawab para karyawan.
"Apa Mentari ada diruangannya? aku membawa makan siang untuk kami makan." bertanya pada Siska dan Siti.
Siska dan Siti saling menatap dan kemudian mengangkat bahu bersamaan, seperti sedang berbicara namun dengan mulut tertutup.
"Aku bertanya pada kalian, apa Mentari ada didalam?" tanya Daniar lagi.
Karena tidak ada respon dari Siti dan Siska, Daniar berinisiatif untuk melangkahkan kakinya menuju ruang Mentari.
Saat hendak melangkah, tiba-tiba Laila muncul.
"Siang semuanya!" sapa Laila.
Mata Laila menatap wajah yang tidak asing untuknya.
"Bu Daniar, anda kemari?" tanya Laila.
"Hei Laila, ini kan toko milik sahabatku, dan aku kemari untuk mengajaknya makan siang. Ini aku sudah bawa makanan." menunjukkan sebuah rantang ditangannya.
Gawat ini, bagaimana caranya mengatakan pada bu Daniar kalau bu Mentari dirawat dirumah sakit? batin Laila, Siska, dan Siti.
"Nona Mentari sedang dirawat dirumah sakit!" ucap Harri spontan karena melihat kebingungan dari ketiga wanita itu.
"Apa??? ba..bagaimana bisa? dia sakit? tadi pagi aku masih bicara dengannya dan dia terlihat baik-baik saja!" Daniar panik.
Siska dan Siti menatap kearah Laila. Laila hanya diam mematung.
"Dimana dia sekarang? bagaimana keadaannya?" tanya Daniar pada Laila.
"Dia baik-baik saja, kami kemari untuk urusan penting. Laila?" menatap Laila.
"Oh iya, ini berikan pada anak-anak nanti bu Mentari ingin video call dengan mereka untuk mengajari mereka membuat resep baru." memberikan 2 kantong plastik besar belanjaan.
"Emm baiklah, nanti aku akan beritahu pada mereka." mengambil belanjaan dari tangan Laila.
"Sebaiknya kita kembali ke rumah sakit, jika kita kembali sebelum tuan Darel aku bisa dipecat!" ucap Harri.
Bukan hanya dipecat, tapi aku akan dibunuh karena nya!
"Iya sebaiknya kita kembali!" ucap Laila.
"Aku mau ikut!" ucap Daniar menatap lada Laila dan Harri.
Laila menatap Harri dan Harri hanya menganggukkan kepala.
Mereka bertiga pergi dari toko kue menuju rumah sakit.
"Tunggu dulu, siapa pria yang bersama Laila tadi?" tanya Siska yang baru menyadari kehadiran Harri tadi.
"Oh iya, tapi kita sudah telat, mereka sudah pergi." jawab Siti.
"Nanti saja kita tanya pada Laila, sekarang kita berikan belanjaan ini pada Indra dan yang lain." ucap Siska.
Mereka menuju ruang produksi kue. Meletakkan belanjaannya dan menceritakan apa yang terjadi didepan tadi.
********
Daniar duduk di kursi belakang sendirian, sedangkan Laila duduk disebelah Harri.
Siapa pria ini? kenapa Laila terlihat sudah akrab dengannya? dan siapa itu tuan Darel?
"Emmm, boleh aku bertanya?" melihat wajah Harri dari kaca yang berada diatas Harri.
"Boleh, tanyakan saja."
"Siapa kau ini? apa hubunganmu dengan Laila? kenapa kalian terlihat sangat dekat? sebelumnya aku tidak pernah melihatmu? apa kau pacarnya Laila? dan siapa itu tuan Darel?"
Ciiitttttttt......
Mobil berhenti mendadak, alhasil mereka terbentur kedepan.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Harri pada Laila.
"Hei jangan hanya Laila saja dong yang ditanyain, aku kan juga terbentur!" Daniar tidak terima.
Harri hanya menatap Daniar, kemudian pandangannya beralih pada Laila.
"Aku tidak apa-apa kok. Terimakasih sudah bertanya." tersenyum ramah.
Cih, anak muda lagi kasmaran ya gini!"
"Ehem...ehem... aku juga ada disini loh, kalau mau mesra-mesraan nanti dulu lah, hargai yang jomblo ini!" ucap Daniar kesal.
"Oh ya pertanyaanku yang tadi belum dijawab!"
"Haih, nanti saja kau tanyakan pada nona Mentari, jangan menggangguku, aku sedang mengemudi nanti bisa-bisa kita menabrak lagi!" dengus Harri.
Mobil pun melaju lagi menuju rumah sakit. Tidak ada pembicaraan lagi, namun masih tersisa banyak pertanyaan dibenak Daniar.
Siapa sih dia? apa benar dia pacarnya Laila? kalau benar kalah dong aku! masa Laila aja udah punya pacar, lah aku?
********
Mobil Harri sudah terparkir dihalaman rumah sakit. Mereka bertiga menuju kamar VVIP tempat Mentari dirawat.
Tok....tok....tok....
"Masuk!" jawab Angel.
Harri yang berada didepan membuka pintu untuk Laila dan Daniar. Saat mereka bertiga sudah memasuki kamar, mata Harri langsung mengarah pada seseorang yang duduk disofa.
Tuan Darel? aduh gawat ini! batin Harri kemudian menatap Adi seperti memohon.
maaf sob, aku tidak bisa menolongmu untuk kali ini! membalas tatapan Harri.
"Tu...tuan, anda sudah disini?" tanya Harri memberanikan diri.
"Hem, kenapa memangnya? kau berharap aku datang setelah kau sampai kesini? darimana saja kau? bukannya sudah kubilang jaga dia, kenapa kau malah pergi?" menatap lekat mata Harri.
Harri hanya menundukkan kepala, tidak berani menatap mata Darel kembali.
"T...tu...tuan, jangan marahi tuan Harri, saya memintanya untuk mengantarkan Laila ke toko kue saya memberikan belanjaan saya yang kebawa Laila kesini. Jadi ini semua salah sa..." terpotong.
Darel mengangkat tangannya memberi isyarat diam pada Mentari.
"Tuan, saya tidak bisa membiarkan Laila pergi sendiri, apalagi setelah kejadian nona Mentari tadi. Jadi saya mengajukan diri untuk mengantar Laila dengan mobil dokter Bagas." jelas Harri.
Harri merasa gugup, raut wajah Darel tidak berubah sedikit pun.
"Hahahahahahahahaha!!!" Darel tertawa geli melihat ekspresi ketakutan Harri, apalagi matanya kini sudah berkaca-kaca ingin menangis.
Mereka semua hanya diam membisu, bingung dengan apa yang terjadi.
"Bagas, kau sudah merekamnya?" tanya Darel pada Bagas.
*Flashback on*
"Adi, kau tolong belikan aku kopi capuccino. Gulanya sedikit saja ya!" ucap Darel ketika turun dari mobil.
"Baik tuan, saya akan belikan." jawab Adi kemudian melajukan mobilnya ke caffe yang tidak jauh dari rumah sakit.
Darel memasuki rumah sakit menuju ruangan Mentari. Sesampainya diruangan Mentari.
"Dimana Harri?" tanyanya langsung memasuki kamar.
"T..tuan, anda?" tanya Angel takut.
Harri dimana kamu, tuan sudah datang dan kau belum datang. Aku menjadi takut. batin dokter Angel.
"Dimana Harri?" tanya Darel mengulangi pertanyaannya.
"Dia...dia sedang keluar tuan. Saya menyuruhnya untuk mengantarkan Laila ke toko saya. Tolong anda jangan marah, tuan." ucap Mentari melihat wajah tidak suka Darel.
Bagas datang dan melihat kehadiran Darel.
"Apa Harri membawa mobilmu? mobilmu tidak ada diparkiran tadi?" tanya Darel menatap Bagas.
"Iya, tadi dia meminjamnya untuk mengantar Laila. Jadi aku meminjamkannya. Kenapa?" balik bertanya.
"Tidak, hanya saja aku punya rencana yang bagus. Kau sembunyikan dibalik sini, dan aku akan pura-pura marah pada Harri, dan kalian berdua, berektinglah seperti ketakutan dan membela Harri, oke?" menyunggingkan bibirnya.
Apa yang akan kau lakukan sebenarnya?" batin Bagas.
*Flashback off*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 400 Episodes
Comments
Widhia Ganot
Dimana kesan galak dan dingin nya Darel...
2022-12-05
1
Ekin Quen Linzyu Pioh
itu nnti bagas ada jodohnya daniar,,mulutnya sama tidak bisa di rem kalau lagi bertanya tidak ada titik komanya🤣
2022-06-13
1
ancelia
Gakakkkk mafia bisaa usil jg ternyataa🤣🤣🤣🤦🏼♀️🤦🏼♀️😅😅
2021-10-13
1