NovelToon NovelToon

Suamiku Mr. Mafia

EPISODE 1

Mentari Angeliska Tia, wanita berumur 23 tahun, cantik bertubuh standart dengan rambut bergelombang. Wanita ceria yang selalu tersenyum namun kehidupannya sangat pahit hingga dia harus meninggalkan desa kelahirannya dan menetap di kota J. Dia mendirikan sebuah toko kue yang sebagian modalnya berasal dari pinjaman sahabatnya Daniar. Awalnya Mentari menolak akan tetapi, karena terus dipaksa orang tua Daniar, Mentari pun setuju dengan dan akan mengembalikan modal yang sudah dia pinjam. Kini toko kue milik mentari sudah berkembang dan sukses. Mentari juga sudah memiliki beberapa karyawan yang membantunya, baik membuat kue ataupun menjual kue tersebut. Toko Mentari juga memiliki 2 buah karyawan untuk berkeliling menjajakan kue nya.

Darel Dwi Sanjaya adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Kakaknya seorang perempuan sudah bersuami dan memiliki seorang putra bernama Arya Wiguna, sedangkan adiknya berada di negara J untuk meneruskan perusahaan disana. Darel dari kecil memang didik sangat keras oleh ayahnya, tuan Ardi Sanjaya. Karena didikannya yang keras itu, dia tumbuh dan mewarisi sifat ayahnya yang tegas dan berhati batu. Dia juga diangkat menjadi bos mafia Dendley. Tidak seperti kelompok mafia pada umumnya, kelompok Dendley sangat menjauhi perdagangan manusia, organ dalam, dan perdagangan ilegal lainnya. Darel memiliki anak buah yang sangat dia percaya, Harri dan Adi. Harri lebih mudah bergaul apalagi dengan wanita, wajahnya yang terlihat friendly, membuat dia disukai kaum hawa. Berbeda dengan Harri, Adi lebih memiliki sifat tegas, namun dia juga bisa bersikap biasa. Bahkan jika Harri dan Adi dalam satu tempat, mereka bahkan bisa bersikap usil.

********

Pagi itu, seperti biasa Mentari datang ke toko kue nya dengan menaiki motor Scoopy merah hitam miliknya. Motor itu dia beli beberapa tahun yang lalu, saat keuntungan toko kue meningkat pesat.

"Selamat pagi!" sapa Mentari hangat.

"Selamat pagi,bu!" jawab karyawannya serempak.

"Kenapa toko masih belum buka?" tanya Mentari pada karyawannya.

"Maaf, bu. Hari ini kan hari Minggu, jadi toko buka lebih lambat dari biasanya." ucap Laila, asisten Mentari.

"Oh benarkah ini hari Minggu? emm, maaf ya saya lupa soalnya, hehehe. Ya sudah kalau begitu kalian bisa lanjut bekerja lagi. Jangan lupa semangat bekerja biar penghasilan kita bertambah, oke!" tersenyum ramah sambil mengacungkan jempol kanannya memberi semangat.

"Siap, bu!" ucap mereka serempak.

Mentari hendak berlalu menuju ruangannya. Kemudian dia berbalik dan menatap Laila.

"La, coba kamu bawa laporan keuangan selama saya nggak ditoko,ya. kamu bawa aja keruangan saya!" ucap Mentari.

"Iya bu, nanti saya akan siapkan." jawab Laila.

"Hem, terimakasih." ucapnya lalu pergi menuju ruangan nya.

Mentari memang memiliki ruangan sendiri, berada dekat dengan dapur, hanya berjarak beberapa meter saja. Itu sengaja dilakukannya, jika ada sesuatu didapur dia bisa mengetahuinya. Akhir-akhir ini dia tidak bisa mengunjungi toko kuenya karena harus pergi ke negara P bersama Daniar untuk menemui kakak Daniar, Galih. Disana Galih membuka toko kue sama seperti Mentari, dan sudah memiliki beberapa cabang dinegara tersebut. Mentari sengaja diajak untuk sekalian bisa belajar cara membuat resep roti yang baru.

Tok...tok...tok...

"Masuk!" ucap Mentari dari dalam ruangannya.

"Permisi, bu ini laporan yang anda minta!" menyerahkan file laporan keuangan.

"Oh iya, terimakasih ya! emm Laila, setelah ini aku mau mengajarkan bagian pembuat kue untuk membuat kue baru, kamu ikut saya berbelanja ya, soalnya agak banyak yang harus saya belanjakan?" tawar Mentari.

"Tentu saja bu, saya akan dengan senang hati menemani anda." ucap Laila formal.

"Laila kau tidak usah terlalu formal begitu denganku, hahahaha. Anggap saja aku temanmu kau bisa bercerita apa saja dengan ku,oke?" ucap Mentari.

"T..tapi,bu?"

"Ah, sudahlah. Ayo kita pergi berbelanja saja, nanti kita kesiangan. Sebelum itu aku mau bertemu karyawan didapur." mengambil tas Selempangnya dan pergi dari ruangannya.

Laila mengikuti Mentari dari belakang seperti seorang pengawal.

Sesampainya didapur,

"Halo semua!" sapa Mentari.

"Eh, bu Mentari kenapa anda datang kemari?" tanya Yoga.

"Ehem, Yoga bukankah ini milik bu Mentari juga, terserah dia bukan mau dia pergi kemana saja?" jawab Arfan yang menggeleng-gelengkan kepalanya geram.

"Hahahaha, kalian ini. Aku kesini hanya untuk mengecek apakah semua bahannya sudah lengkap. Dan lagi, aku akan mengajari kalian membuat kue kreasi baru yang aku dapat dari kak Galih. Apa kalian senang?" Mentari antusias.

"Senang bu!" ucap mereka serempak sambil memberikan senyum antusias mereka.

"Baiklah kalau begitu, aku dan Laila akan berbelanja dulu kalian buat kue seperti sebelumnya sehabis jam makan siang aku akan mengajari kalian." ucap Mentari.

"Siap,bu!" jawab mereka sepempak.

Mereka kembali melakukan pekerjaan mereka. Mentari dan Laila sudah berangkat menuju mini market untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan.

"Terimakasih ya,bu!" Laila yang duduk dibelakang membuka percakapan.

"Terimakasih untuk apa, La? tanya Mentari tidak mengerti.

"Karena anda sudah memberi kami pekerjaan. Kalau bukan karena bekerja ditempat anda, mungkin saya tidak akan bisa mencicil utang ayah saya." ucap Laila yang sudah berkaca-kaca, terlihat dari kaca spion.

"Aku juga sangat berterimakasih kok pada kalian, kalau tidak karena kalian aku tidak akan bisa sampai ke titik ini, kalian juga sudah banyak membantuku mendirikan toko itu." Jelas Mentari.

"Kau tidak usah berterimakasih padaku, La. Mendapat karyawan seperti kalian saja sudah membuatku senang dan bersyukur. Kalian itu bukan hanya karyawan bagiku, tapi kalian juga sudah ku anggap seperti keluarga, setelah orang tuan Daniar." tambahnya.

Kau sungguh baik, bu. Semoga saja kau mendapatkan jodoh yang baik juga dan dia akan menjagamu dengan sangat baik. batin Laila.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba dimini market. Mereka langsung membeli apa saja yang dibutuhkan dalam secarik kertas. Mereka mengambil apa yang ada dalam kertas tersebut.

"Totalnya 968.000, mau bayar pakai uang tunai apa kartu kredit?" tanya mbak-mbak kasir.

"Pakai kartu kredit saja, mbak." ucap Mentari sambil mengeluarkan kartu kreditnya.

Transaksi pun berhasil. Mentari dan Laila keluar menuju motor Mentari.

Tiba-tiba seorang pencopet mengambil tas milik Mentari dan membawanya lari.

"hah, copetttt!!... copet!!......tolong ada copet!!....." teriak Mentari.

"La kau tunggu disini biar aku yang kejar dia!" langsung berlari mengejar copetnya.

"Ya ampun bagaimana ini, mana kunci motor ada ditas bu Mentari lagi. Terus kalau bu Mentari diapa-apain sama pencopetnya gimana? haduhhh bahaya ini!" Laila parno sendiri.

**********

Mentari mengejar pencopet itu dari gang masuk ke gang lagi. Hingga sampai pada jalanan yang tidak terlalu ramai, si pencopet itu berhenti.

"Hei, kembalikan tas ku!" teriak Mentari ngos-ngosan.

"Kalau tidak mau bagaimana, hah?" teriak pencopet tidak mau kalah.

Pencopet itu memanggil rekannya, kini sudah ada 7 orang melawan 1 orang. Mentari menjadi takut, nyalinya yang tadi sangat besar sekarang sudah menciut seperti kerupuk dalam air.

Bagaimana ini? Tuhan tolong aku...

EPISODE 2

Bagaimana ini? Tuhan tolong aku...

Tidak jauh dari tempat itu, ada sebuah mobil yang melintas mencari jalan pintas. Dalam mobil itu ada 3 orang, 2 anak buah dan 1 majikannya.

"Tuan sepertinya nona itu sedang dalam masalah." ucap salah seorang anak buahnya yang berada di samping kemudi menatap tuannya dari kaca yang berada diatasnya.

"Lalu?" cuek

"Bagaimana kalau kita tolong dia tuan, jumlah mereka sangat banyak. Dan wanita itu sepertinya sendirian." bujuk anak buahnya yang di belakang kemudi.

Mobil itu ternyata milik Darel. Dia, Harri dan Adi kebetulan lewat jalan itu.

Darel melihat salah satu preman disana membawa sebuah tas yang diyakininya milik wanita itu.

"Hem, cepat selesaikan! jangan lama-lama!" ucapnya datar.

"Tentu saja, tuan! Harri ayo kita habisi mereka!"

"Hah, dengan senang hati."

Mereka berdua turun dari mobil. Mereka melihat Mentari sudah dipegang tanganya oleh salah satu preman disana.

"Tolongggg!!! tolongggg!!!!" Mentari sudah mulai ketakutan.

Sesekali dia melihat satu per satu dari preman disana, dan membuatnya semakin takut hingga akhirnya menangis.

Brukkkkk.....

Sebuah tendangan tepat mengenai wajah orang yang memegang tangan Mentari. Mereka semua melihat kearah yang sama dan mendapati 2 orang berdiri disana.

"Breng**k, cari mati kalian?" teriak salah satu preman itu.

"Kalau berani, ayo maju!" tantang Harri.

Perkelahian pun tidak dapat dihindari. Mentari yang sudah tidak ditahan menyingkir dan berlindung menjauh.

Brukkkkkk.... brukkkk..... bukkkkkk

Harri dan Adi melawan mereka semua tanpa tersentuh sedikitpun. Salah satu dari mereka melihat Mentari yang sedang melihat pertarungan Harri dan Adi, dia tidak tahu kalau ada seorang preman yang mendekatinya dengan membawa pisau.

"Berhenti semuaaa!!!!" teriak preman tersebut yang kini sudah menyandra Mentari dengan pisau dilehernya.

"Kalian menyerah kalah, atau gadis ini akan..." menekan pisaunya hingga sedikit menggores leher Mentari.

"Tolong lepaskan aku.... huhuhuuuuuuuu....huhuhuuuuu...." tangis Mentari.

"Bagaimana ini?" tanya Adi.

"Mana aku tahu!" jawab Harri sambil mengangkat kedua bahunya.

Dorrrrr......

"Akhhhhh!!!!!!" Mentari melihat kebelakang. Preman itu sudah mati tertembak dibagian kepala belakangnya. Kini matanya beralih pada seseorang yang berdiri dengan pistol ditangannya.

"Tuan Darel?!" ucap Harri dan Adi bersamaan.

"Bukankah sudah ku bilang jangan lama-lama! kenapa kalian malah asik bermain-main,ha??" sedikit berteriak dengan tatapan tajam.

"Emmm itu tuan, anu....itu....itu.....anu...." ucap keduanya gugup.

"Tuan!!" teriak Mentari yang mengetahui ada seorang preman mendekati Darel dengan balok kayu.

Dengan cepat Darel menghindari pukulan tersebut, dan meninju perut preman itu. kini pertarungan menjadi 6 lawan 1. Harri dan Adi hanya melihat saja.

"Tuan, kenapa anda tidak membantu manjikan anda? mereka sangat banyak loh. Kalau dia terluka bagaimana?" tanya Mentari khawatir.

"Tenang saja nona, tuan Darel pasti bisa melawan mereka sendiri." ucap Adi yakin.

Bagaimana bisa, jumlah mereka banyak sedangkan tuan itu hanya melawannya sendiri. batin Mentari.

Kau tidak tahu saja nona, tuan kami bahkan bisa melawan ratusan bahkan ribuan orang sendiri. Dia kan bos mafia. batin Adi.

Mentari melihat seorang preman mengarah kepada Darel sambil membawa pisau. Dia langsung berlari dan pisau itu mengenai perutnya.

"Akhhhh....." teriaknya.

Darel langsung berbalik dan melihat Mentari berlumuran darah. Dia langsung menatap tajam orang yang menusuk Mentari dan dengan bringas dia mematahkan lengannya.

"Akhhhhh!!!!" teriak preman itu.

Kini dalam sekejap preman tadi sudah kalah. Ada 1 yang meninggal dan 6 lainnya mengalami luka-luka baik ringan maupun parah.

"Apa yang kalian lihat, cepat bawa wanita ini ke mobil!" teriak Darel pada anak buahnya.

"I...iya tuan!" mereka langsung membawa Mentari masuk ke mobil Darel. Kepalanya berapa di paha Darel, tidak lupa mereka membawa tas Mentari.

"Adi, cepat periksa tasnya, hubungi siapa saja yang bisa dihubungi!" perintah Darel.

"Harri kau bisa membawa mobil lebih cepat tidak? dia sudah mengeluarkan banyak darah! apa kau mau dia mati dulu baru kau ngebut?!" bentak Darel marah.

Tatapan Darel mengarah pada Harri. Harri pun merasa ketakutan, dengan segera dia melajukan mobil menuju rumah sakit milik Darel.

"Tuan, aku menemukan beberapa panggilan dari Laila, mungkin dia adalah teman atau keluarga wanita ini." ucap Adi.

"Lalu apalagi yang kau tunggu, cepat telepon dia, kau ini!" bentak Darel pada Adi.

"Hahahaha kau sama saja sepertiku!" tawa Harri.

Harri berhenti tertawa saat melihat 2 pasang mata melotot ke arahnya.

"Bisa-bisanya kau disaat begini tertawa ya, Harri? lakukan saja tugasmu baru tertawa!" menatap Harri tajam.

"Baik tuan!" Harri tidak berani membantah.

Tut...Tut......Tut....

"Hallo, bu anda dimana sekarang? saya sudah sangat khawatir pada ibu?" ucap Laila dari seberang telepon.

Ibu? apa dia sudah memiliki anak? tapi dia terlihat seperti masih perawan? batin ketiganya yang mendengar kata ibu dari Laila.

Mereka bisa mendengar suara Laila karena teleponnya mode speaker.

"Emm, maaf, tapi nona pemilik ponsel ini sedang terluka parah, sekarang dia akan dibawa ke rumah sakit Sejahtera." jelas Adi.

"Apaaa????? ba...bagaimana bisa? aku kesana sekarang." ucap Laila terkejut dan langsung mematikan panggilan.

Mereka bertiga menutupi telinga mereka, bahkan Harri yang mengemudi juga menutup telinga kirinya dengan satu tangan. Teriakan Laila membuat telepon terdengar sangat nyaring apalagi speaker dan volumenya difull kan, membuat suara Laila terdengar sangat keras.

"Mendengar suaranya saja, sudah bisa diduga kalau dia bukan anak-anak. Lalu kenapa dia memanggil nona ini ibu? jika dia ibunya, dan anaknya sudah dewasa lalu menikahnya umur berapa ya?" Ucap Harri bingung.

Harri dan Adi pun mulai berpikir dan kemudian tertawa bersama.

"Hahahaha aku rasa dia sudah menikah dari umur 5 tahun." ucap Harri geli.

"Aku rasa juga begitu, hahahaha."

Darel hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak buahnya. Dia kemudian fokus pada wajah Mentari.

Dasar gadis bodoh, sudah tau kalau mereka membawa pisau malah didekati. Lalu untuk apa dia menolongku? pisau....pisau ini seharusnya mengenaiku bukan kamu.

EPISODE 3

Sementara itu, Laila yang sudah panik mendengar bosnya terluka langsung mencari taxi dan langsung menuju rumah sakit tempat bos nya dibawa.

"Pak tolong antarkan ke rumah sakit Sejahtera ya, agak cepat pak!" ucap Laila khawatir.

Sebaiknya aku beritahu Indra supaya memberitahu anak-anak bagian pembuatan roti kalau bos sedang terluka saat ini. batin Laila.

Laila segera mengambil ponselnya dari dalam tas dan kemudian mencari sebuah nama dan langsung menelponnya.

"Hallo, La! ada apa? kau kangen ya padaku? nanti kan juga ketemu, tahan dulu lah, hehehehe!" ucap Indra dari seberang telepon.

"Idihhh, siapa juga yang kangen sama kamu, orang saya telpon kamu itu buat kasih tau anak-anak bagian produksi kalau hari ini bu Mentari belum bisa mengajarkan mereka resep yang baru. Itu aja kok. ,jadi jangan geer,ya!" ucap Laila.

"Yeee ngambek nih ye? eh ngomong-ngomong kenapa bu Mentari nggak bisa ngajarin mereka hari ini? apa dia ada urusan? kan tadi katanya mau ngajarin mereka?" tanya Indra penasaran.

"Itu tadi tas bu Mentari dicopet, terus tadi ada yang telpon aku katanya bu Mentari lagi luka parah dan dibawa kerumah sakit, ini aku lagi dijalan mau kesana." jelas Laila.

"Apaaaa? kalian dicopet, tapi kamu nggak apa-apa kan? nggak ada yang luka kan?" tanya Indra khawatir.

"Enggak, tadi bu Mentari sendirian yang ngejar pencopetnya, dan aku disuruh nunggu di mini market, buat jagain motor sama belanjaannya." jelas Laila.

"Yaudah ya, ini udah mau sampek aku matiin dulu!" ucap Laila sambil mematikan telepon.

********

"Apaaaa? kalian dicopet, tapi kamu nggak apa-apa kan? nggak ada yang luka kan?" tanya Indra khawatir.

"Hah siapa yang dicopet?" gumam karyawan lain yang ada didekat Indra. Mereka pun berusaha menguping pembicaraan Indra dan seseorang ditelepon.

"Enggak, tadi bu Mentari sendirian yang ngejar pencopetnya, dan aku disuruh nunggu di mini market, buat jagain motor sama belanjaannya." jelas Laila.

"Yaudah ya, ini udah mau sampek aku matiin dulu!" ucap Laila sambil mematikan panggilan.

"Yah, main dimatiin aja, kan aku mau tanya rumah sakit mana." kesal Indra karena Laila mematikan panggilan secara sepihak.

"Itu siapa yang dicopet, Ndra?" tanya Siska penasaran.

"Itu bu Mentari dicopet saat belanja tadi." jawab Indra, masih mencoba menghubungi Laila.

"Astaghfirullahhal'adzim, terus gimana?" tanya Siska lagi. Karyawan yang lain menatap Indra penasaran.

Merasa ada yang melihat, Indra menatap rekan-rekannya satu persatu yang menunggu jawaban darinya.

"Emm, kata Laila, bu Mentari luka saat mengejar pencopet itu. Tapi entahlah, kita akan tahu kisahnya saat Laila dan bu Mentari datang nanti." jelas Indra.

TUKKKK....

"Aduhhh, kenapa kau memukulku? kan sakit!" kesal Indra sambil memegang kepalanya akibat dipukul Candra.

"Kau ini, jika bu Mentari sedang terluka bagaimana dia bisa bercerita? syukur-syukur kalau lukanya hanya sedikit, kalau lumayan parah bagaimana? lagipula kau tahu kan sifat bu Mentari, dia tidak mungkin mau dibawa kerumah sakit kalau kondisinya tidak parah!" ucap Candra kesal.

"Oh astaga, bagaimana kalau pencopet itu membunuh bu Mentari? hah bagaimana nasib kita dan...." ucap Siti terpotong.

"Sit, diamlah! jangan berasumsi yang tidak-tidak dong! kita semua panik nih, kau jangan menambah kepanikan kita!" dengus Jeni.

Karyawan toko kue Mentari menjadi sedikit tidak fokus. Mereka khawatir memikirkan keselamatan bos mereka. Ditambah Laila yang tidak bisa dihubungi membuat mereka berpikir yang tidak-tidak.

********

"Bagass?? Angel??" teriak Darel keluar dari mobil menggendong Mentari yang sudah tidak sadarkan diri.

Perut Mentari masih mengeluarkan darah dan pisau masih menancap diperutnya.

"Ya ampun, ada apa ini tuan? kenapa bisa begini?" tanya Angel yang mendengar teriakan Darel sambil membawa brankar dorong dibantu 2 orang suster.

Darel merebahkan tubuh lemah Mentari di brankar tersebut, kemudian dibawa ke ruang UGD.

Bagas yang baru keluar dari ruangannya pun menghampiri mereka.

"Siapa wanita ini? dan apa yang terjadi? kenapa dia bisa terluka? apa kau yang melakukannya?" tanya Bagas dengan pertanyaan bertubi-tubi.

Darel berhenti dan menatap tajam Bagas. Bagas yang sudah mengetahui ekspresi Darel itu pun berhenti bertanya.

"Emm okay, aku akan mengobatinya dulu, baru bertanya padamu, bagaimana?" tawar Bagas.

"Hemm!" berlalu ke ruang UGD.

Dasar pria ini, dari dulu tidak pernah berubah. Semoga saja akan ada seorang wanita yang bisa mencairkan hatimu yang sudah seperti batu itu!

"Apa kau membicarakan ku?" ucap Darel menatap tajam kearah Bagas.

Bagaimana dia tahu kalau aku membicarakannya?

"Hahaha, sepertinya kau bisa membaca pikiranku, ya." Bagas tertawa.

"Apa kau mau dipecat dari sini, Bagas? kalau tidak mau cepat bantu Angel merawat wanita itu!" dengan tatapan tidak teralihkan dari Bagas.

"Ya, ya baiklah, tuan pemarah!" ucap Bagas berlalu pergi menuju ruangan UGD.

"Tidak Harri, Adi, ataupun Bagas mereka semua membuatku pusing." gumam Darel.

********

"Bagaimana ini, Di, kita harus menulis nama siapa?" tanya Harri pada Adi yang sekarang berada didepan resepsionis mendaftarkan nama Mentari.

"Ini hari Minggu bukan? kita namai Minggu saja, dari pada pusing." ucap Adi santai.

" Hey, apa kau lupa kalau anak nya menuju kemari, kalau dia bertanya dan tidak ada nama ibunya bagaimana?" ucap Harri.

Si cengeng ini ada benarnya juga.

"Ya sudah kita beri nama Minggu saja, terus bilang ke resepsionis kalau ada yang mencarinya suruh menemui kita." saran Adi.

"Ide mu tidak buruk juga, boleh lah." Harri setuju.

"Em, mbak nanti kalau ada yang mencari pasien yang sedang terluka akibat dicopet bilang saja untuk langsung ke ruang UGD, ya." ucap Harri pada resepsionis saat sudah menyelesaikan pendaftaran dan biaya administrasi Mentari.

"Oh, iya pak, nanti akan saya sampaikan." ucap resepsionis ramah.

"Terimakasih." ucap Adi.

Mereka pun berlalu meninggalkan meja resepsionis menuju ruang UGD.

********

Cittttt.....

Mobil yang ditumpangi Laila mengerem mendadak karena mengendarai dengan kecepatan tinggi.

"Ini pak, terimakasih ya!" ucap Laila langsung berlalu masuk rumah sakit.

Laila langsung menuju ruang resepsionis, bertanya ruangan bosnya, Mentari.

"Permisi mbak, bisa numpang tanya ruangan atas nama Mentari dimana ya?" tanya Laila pada mbak resepsionis.

Apa mbak ini ya yang dimaksud pak Harri dan pak Adi tadi? batin mbak resepsionis.

"Hallo, mbak? mbak...!" ucap Laila sambil mengayunkan tangannya didepan wajah mbak resepsionis.

"Eh, maaf mbak. Emm, apa yang mbak maksud itu yang terluka karena dicopet?" tanya mbak resepsionis.

"Iya mbak, bener, itu bos saya, Mentari." ucap Laila semangat.

"Oh pasien atas nama Minggu ada diruang UGD, mbak, sedang ditangani oleh dokter. Mbak lurus saja nanti ada pertigaan mbak belok ke kiri, ruangannya ada dipaling ujung." jelas resepsionis.

"Oh, makasih mbak." ucap Laila sambil berlalu mencari ruang UGD seperti yang dijelaskan mbak resepsionis tadi.

Setelah berbelok, Laila melihat beberapa pria sedang menunggu didepan pintu yang bertuliskan UGD.

Mereka itu siapa? kok berdiri diruang UGD? bukannya kalau di UGD itu pasiennya satu aja ya? apa jangan-jangan dia yang membawa bu Mentari kesini? batin Laila yang merasa tidak mengenal pria itu.

"Emm, permisi apa benar ini ruang UGD?" tanya Laila memastikan.

Wah.. cantik juga dia, mungkin jodoh! batin Harri.

"Nona canti, lagi cari siapa? boleh dong kenalan. Kapan-kapan kita ngedate yuk, ada Haari deh yang traktir." goda Harri.

Darel dan Adi hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah Harri

"Maaf ya saya cuma mau tanya ini benar ruang UGD atau bukan?" ucap Laila risih.

"Iya ini benar ruang UGD, kamu cari siapa?" tanya Adi.

" Saya mencari bu Mentari, apa kalian yang menelpon saya tadi?" tanya Laila pada Adi.

Jangan-jangan dia anaknya wanita itu lagi? nggak heran sih kalau anaknya cantik begini, orang ibuknya aja cantik banget kok. bati Harri.

Mereka masih mengira kalau Mentari itu sudah punya anak yaitu Laila. Mereka tidak tahu kalau Laila itu sebenarnya karyawan Mentari bukan anaknya.

"Emm, apa kamu an..." ucapan Harri terpotong.

Bagas dan Angel datang. Darel langsung berdiri dan mereka semua langsung mengerumuni Bagas dan Angel.

"Bagaimana keadaannya? dia baik-baik saja bukan?" tanya Darel.

Hei, harusnya kan aku yang bertanya begitu. Mereka ini siapa sih? batin Laila.

"Dia baik-baik aja kok, pendarahan diperutnya juga sudah berhenti. Sekarang kondisinya masih lemah dan dia butuh istirahat total, jadi kalian belum boleh menjenguknya. Ini mau aku pindahkan ke ruangan rawat inap." jelas Bagas.

"Hemm, ya, pindahkan saja keruangan VVIP. Biaya semuanya aku yang tanggung." jawab Darel.

Ya iyalah, orang kamu yang punya rumah sakit.

"Kenapa diem?" tanya Darel pada Bagas yabg sedang melamun.

"Ah, itu, nggak apa-apa kok. Ini juga mau dipindah." ucap Bagas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!