Aku kemari karena mendapat kabar kau dan keluargamu pindah kemari. Tapi sampai sekarang aku belum menemukan mu, bahkan jejakmu pun tidak aku temukan! Mentari sedih.
"Nona Mentari, kenapa anda menangis?" tanya Angel yang baru saja memasuki ruangan untuk memeriksa Mentari.
"Dimana Bagas? apa dia pulang semalam?" tanya Angel lagi.
"Ah, tidak-tidak dokter Bagas tidak pulang. Dia tidur diruangannya, dan Daniar tidur disana." mengarahkan pandangan pada sofa disudut ruangan.
"Emmm, baiklah! lalu pertanyaanku yang pertama bagaimana?"
Mentari mengernyitkan dahinya mencoba mengingat pertanyaan itu.
"Nona Mentari, kenapa anda menangis?"
pertanyaan itu muncul dikepalanya.
"Ah itu, aku juga tidak tahu kenapa, hehehehe!" ucap Mentari tertawa.
Angel menaikkan satu alisnya bingung.
"Ah, sudahlah. Apa kau kemari untuk memeriksaku?" tanya Mentari mengalihkan pembicaraan.
"Astaga, aku sampai lupa! aku datang untuk memeriksa keadaanmu, tapi karena melihatmu menangis aku jadi lupa tujuanku, hahaha!"
"Ya, cepat lakukan kalau begitu. Aku ingin segera pulang!" ucap Mentari semangat.
Angel pun memeriksa kondisi fisik Mentari. Stetoskop mulai ditempelkan pada dada atas Mentari.
Daniar pun terbangun kemudian menghampiri Angel yang fokus memeriksa sahabatnya, sedangkan Bagas yang sudah bangun dan mencuci muka sudah terlihat tampan lagi, terlihat dari beberapa tetes Ari yang jatuh dari ujung rambut depan atasnya.
Kenapa dia bisa setampan ini, sih? padahal kan baru bangun tidur dan belum mandi? aaaa, aku bisa gila, apalagi membayangkan kejadian semalam.
Tok.....tok....tok.....
"Masuk!" ucap Angel sambil terus memeriksa.
Saat pintu terbuka, berdiri 3 orang, mereka adalah Darel, Harri dan Adi.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Darel memasuki ruangan.
Angel yang mengenali suara itu langsung berbalik menghadap Darel.
"Tuan, dia sudah lebih baik. Tapi lukanya masih belum sembuh total, mesti harus banyak istirahat lagi!" jelas Angel.
"Hemm!" jawab Darel datar.
"Adi, Harri letakkan itu disana, nanti kita sarapan bersama!" ucap Darel lagi menatap anak buahnya.
"Baik tuan!" jawab keduanya serempak.
Di tangan Adi dan Harri ada beberapa bungkus makanan, ditambah lagi beberapa anak buahnya masuk membawa makanan mulai dari sup, nasi goreng, ayam goreng, mie goreng, buah-buahan, dan makanan manis seperti beberapa kue, pudding, dan mochi.
Mereka meletakkannya dibawah beralaskan tikar. Karena ruangan yang cukup besar jadi bisa memuat makanan yang sangat banyak itu, beserta orang-orangnya.
Semua orang tercengang melihat banyak makanan yang dibawa Darel, termasuk Bagas dan Angel.
Apakah ini tuan Darel?
Apa dia Darel sahabatku si hati batu?
"Apa kalian tidak mau makan? jika tidak ada yang mau aku akan bawa lagi!" ucapnya sinis.
Hahahaha, ini baru sahabatku!
"Ya-ya kita akan sarapan sekarang! semuanya ayo kita sarapan dulu, jarang-jarang kan tuan muda Darel berbaik hati begini!" ejek Bagas.
"Hei kau, jangan makan kalau begitu!" dengus Darel.
"Hai, aku hanya bercanda. Jangan tegang begitu lah, tidak akan baik bagi kesehatanmu!" masih bernada mengejek.
Darel hanya menatap Bagas sinis, sedangkan Bagas dan yang lainnya mulai duduk dan menikmati sarapan mereka, kecuali Mentari.
"Tidak-tidak, kau tidak boleh makan itu! makan ini saja!" membuka kotak makan berisi bubur.
"Bubur? tapi aku ingin makan itu!" menunjuk sebuah kue rasa matcha.
"Angel, apa dia bisa memakan itu?" menatap kearah Angel.
Angel hampir saja tersedak karena tatapan Darel yang tiba-tiba itu.
"I...iya tuan, asalkan jangan banyak-banyak dulu. Ini kan kue nya lembut jadi masih bisa dimakan" jelas Angel.
"Adi, tolong potongkan kue itu dan bawa kesini!" menatap kue matcha.
Adi mengerti isyarat mata Darel, dia mengambil sebuah piring kemudian memotong kue dalam ukuran kecil.
"Agak besar dong, tuan Adi! itu kan masih banyak!" ucap Mentari spontan ketika melihat potongan kue Adi untuknya.
Adi melihat Darel, dan Darel menatap Mentari.
"Em, aku suka makan kue apalagi rasa matcha. Jadi bisakah agak banyak sedikit? hehehe!" bujuk Mentari yang masih ditatap Darel.
Tatapan Darel kini beralih pada Angel lagi. Angel mengerti tatapan itu, dia pun mengangguk setuju.
"Baiklah! Adi bawa setengah kue itu kesini!" perintah Darel.
Adi pun menuruti perintah tuannya itu. Kemudian memberikan kue itu kepada Mentari.
"Yeeeee, kue matc...." terpotong.
"Jangan berani-berani makan itu ya!" bentaknya karena melihat Mentari hendak memakan kue itu.
"Loh kenapa? kan tadi katanya boleh, kok sekarang nggak boleh?" gerutu Mentari.
"Kau harus makan ini dulu, baru makan kuenya! jika ini belum habis kau tidak boleh makan itu!" ucap Darel terdengar memaksa.
"Tapi...tapi..."
"Ya sudah kalau tidak mau, aku akan ambil kue ini lagi!" pura-pura merebut kue dari delapan Mentari.
"Tidak-tidak aku akan makan bubur dulu!" menjauhkan kuenya dari cangkupan tangan Darel.
Hahaha, dia seperti anak kecil yang mau diambil mainannya! sungguh menggemaskan! tunggu dulu, apa yang kau pikirkan Darel? sadar!
"Ini kau makanlah sendiri! jangan coba-coba menipuku ya, Harri awasi dia, kalau dia mencoba memakan kue sebelum buburnya habis, ambil saja kue itu!" memberikan bubur pada Harri.
"Ap....apa? itu tidak adil!" Mentari tidak terima.
Mata Darel menatap Mentari dengan tatapan tajam. Mentari pun merasa ketakutan dengan tatapan itu.
"Adi kau ikut aku, dan kau Harri, kau tinggal disini!" ucap Darel berlalu pergi.
Mau kemana dia pergi tergesa-gesa begitu? tanya Bagas yang sedari tadi melihat tingkah aneh Darel.
"Nona, tuanku itu sebenarnya baik kok, cuma dia tidak suka kalau ucapannya dibantah!" jelas Harri menghibur Mentari.
"Segera habiskan bubur ini, agar kau bisa cepat makan kue itu!" memberikan kotak bekal pada Mentari.
********
Adi membukakan pintu belakang untuk Darel, kemudian berputar memasuki mobil.
"Kita mau kemana tuan?" tanya Adi dibelakang kemudi.
"Kota ke markas sekarang!" jawab Darel singkat.
Ke markas? untuk apa? apa ada informasi tentang tuan Zen?
"Adi, suruh Harri datang kemarkas setelah menyelesaikan tugasnya!" perintahnya sesaat setelah meninggalkan rumah sakit.
"Baik tuan!" ucap Adi.
Adi pun menghubungi Harri melalui earphone. Tidak beberapa lama panggilan pun terputus.
"Saya sudah memberitahu Harri tuan! sebentar lagi dia akan menyusul!" ucap Adi masih fokus menyetir.
Darel hanya menganggukkan kepalanya pelan, kemudian kembali fokus pada luar jendela mobil.
********
"Akhirnya aku akan kembali!" ucap seseorang sambil menatap bingkai foto kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 400 Episodes
Comments
Widhia Ganot
Ku padamu....
2022-12-05
2
Yeyen Dhevan
hmmm lucu jg
2021-07-10
3
Mien Mey
kelamaan d rawatnya thor😀
2021-06-14
4