Sementara itu, Laila yang sudah panik mendengar bosnya terluka langsung mencari taxi dan langsung menuju rumah sakit tempat bos nya dibawa.
"Pak tolong antarkan ke rumah sakit Sejahtera ya, agak cepat pak!" ucap Laila khawatir.
Sebaiknya aku beritahu Indra supaya memberitahu anak-anak bagian pembuatan roti kalau bos sedang terluka saat ini. batin Laila.
Laila segera mengambil ponselnya dari dalam tas dan kemudian mencari sebuah nama dan langsung menelponnya.
"Hallo, La! ada apa? kau kangen ya padaku? nanti kan juga ketemu, tahan dulu lah, hehehehe!" ucap Indra dari seberang telepon.
"Idihhh, siapa juga yang kangen sama kamu, orang saya telpon kamu itu buat kasih tau anak-anak bagian produksi kalau hari ini bu Mentari belum bisa mengajarkan mereka resep yang baru. Itu aja kok. ,jadi jangan geer,ya!" ucap Laila.
"Yeee ngambek nih ye? eh ngomong-ngomong kenapa bu Mentari nggak bisa ngajarin mereka hari ini? apa dia ada urusan? kan tadi katanya mau ngajarin mereka?" tanya Indra penasaran.
"Itu tadi tas bu Mentari dicopet, terus tadi ada yang telpon aku katanya bu Mentari lagi luka parah dan dibawa kerumah sakit, ini aku lagi dijalan mau kesana." jelas Laila.
"Apaaaa? kalian dicopet, tapi kamu nggak apa-apa kan? nggak ada yang luka kan?" tanya Indra khawatir.
"Enggak, tadi bu Mentari sendirian yang ngejar pencopetnya, dan aku disuruh nunggu di mini market, buat jagain motor sama belanjaannya." jelas Laila.
"Yaudah ya, ini udah mau sampek aku matiin dulu!" ucap Laila sambil mematikan telepon.
********
"Apaaaa? kalian dicopet, tapi kamu nggak apa-apa kan? nggak ada yang luka kan?" tanya Indra khawatir.
"Hah siapa yang dicopet?" gumam karyawan lain yang ada didekat Indra. Mereka pun berusaha menguping pembicaraan Indra dan seseorang ditelepon.
"Enggak, tadi bu Mentari sendirian yang ngejar pencopetnya, dan aku disuruh nunggu di mini market, buat jagain motor sama belanjaannya." jelas Laila.
"Yaudah ya, ini udah mau sampek aku matiin dulu!" ucap Laila sambil mematikan panggilan.
"Yah, main dimatiin aja, kan aku mau tanya rumah sakit mana." kesal Indra karena Laila mematikan panggilan secara sepihak.
"Itu siapa yang dicopet, Ndra?" tanya Siska penasaran.
"Itu bu Mentari dicopet saat belanja tadi." jawab Indra, masih mencoba menghubungi Laila.
"Astaghfirullahhal'adzim, terus gimana?" tanya Siska lagi. Karyawan yang lain menatap Indra penasaran.
Merasa ada yang melihat, Indra menatap rekan-rekannya satu persatu yang menunggu jawaban darinya.
"Emm, kata Laila, bu Mentari luka saat mengejar pencopet itu. Tapi entahlah, kita akan tahu kisahnya saat Laila dan bu Mentari datang nanti." jelas Indra.
TUKKKK....
"Aduhhh, kenapa kau memukulku? kan sakit!" kesal Indra sambil memegang kepalanya akibat dipukul Candra.
"Kau ini, jika bu Mentari sedang terluka bagaimana dia bisa bercerita? syukur-syukur kalau lukanya hanya sedikit, kalau lumayan parah bagaimana? lagipula kau tahu kan sifat bu Mentari, dia tidak mungkin mau dibawa kerumah sakit kalau kondisinya tidak parah!" ucap Candra kesal.
"Oh astaga, bagaimana kalau pencopet itu membunuh bu Mentari? hah bagaimana nasib kita dan...." ucap Siti terpotong.
"Sit, diamlah! jangan berasumsi yang tidak-tidak dong! kita semua panik nih, kau jangan menambah kepanikan kita!" dengus Jeni.
Karyawan toko kue Mentari menjadi sedikit tidak fokus. Mereka khawatir memikirkan keselamatan bos mereka. Ditambah Laila yang tidak bisa dihubungi membuat mereka berpikir yang tidak-tidak.
********
"Bagass?? Angel??" teriak Darel keluar dari mobil menggendong Mentari yang sudah tidak sadarkan diri.
Perut Mentari masih mengeluarkan darah dan pisau masih menancap diperutnya.
"Ya ampun, ada apa ini tuan? kenapa bisa begini?" tanya Angel yang mendengar teriakan Darel sambil membawa brankar dorong dibantu 2 orang suster.
Darel merebahkan tubuh lemah Mentari di brankar tersebut, kemudian dibawa ke ruang UGD.
Bagas yang baru keluar dari ruangannya pun menghampiri mereka.
"Siapa wanita ini? dan apa yang terjadi? kenapa dia bisa terluka? apa kau yang melakukannya?" tanya Bagas dengan pertanyaan bertubi-tubi.
Darel berhenti dan menatap tajam Bagas. Bagas yang sudah mengetahui ekspresi Darel itu pun berhenti bertanya.
"Emm okay, aku akan mengobatinya dulu, baru bertanya padamu, bagaimana?" tawar Bagas.
"Hemm!" berlalu ke ruang UGD.
Dasar pria ini, dari dulu tidak pernah berubah. Semoga saja akan ada seorang wanita yang bisa mencairkan hatimu yang sudah seperti batu itu!
"Apa kau membicarakan ku?" ucap Darel menatap tajam kearah Bagas.
Bagaimana dia tahu kalau aku membicarakannya?
"Hahaha, sepertinya kau bisa membaca pikiranku, ya." Bagas tertawa.
"Apa kau mau dipecat dari sini, Bagas? kalau tidak mau cepat bantu Angel merawat wanita itu!" dengan tatapan tidak teralihkan dari Bagas.
"Ya, ya baiklah, tuan pemarah!" ucap Bagas berlalu pergi menuju ruangan UGD.
"Tidak Harri, Adi, ataupun Bagas mereka semua membuatku pusing." gumam Darel.
********
"Bagaimana ini, Di, kita harus menulis nama siapa?" tanya Harri pada Adi yang sekarang berada didepan resepsionis mendaftarkan nama Mentari.
"Ini hari Minggu bukan? kita namai Minggu saja, dari pada pusing." ucap Adi santai.
" Hey, apa kau lupa kalau anak nya menuju kemari, kalau dia bertanya dan tidak ada nama ibunya bagaimana?" ucap Harri.
Si cengeng ini ada benarnya juga.
"Ya sudah kita beri nama Minggu saja, terus bilang ke resepsionis kalau ada yang mencarinya suruh menemui kita." saran Adi.
"Ide mu tidak buruk juga, boleh lah." Harri setuju.
"Em, mbak nanti kalau ada yang mencari pasien yang sedang terluka akibat dicopet bilang saja untuk langsung ke ruang UGD, ya." ucap Harri pada resepsionis saat sudah menyelesaikan pendaftaran dan biaya administrasi Mentari.
"Oh, iya pak, nanti akan saya sampaikan." ucap resepsionis ramah.
"Terimakasih." ucap Adi.
Mereka pun berlalu meninggalkan meja resepsionis menuju ruang UGD.
********
Cittttt.....
Mobil yang ditumpangi Laila mengerem mendadak karena mengendarai dengan kecepatan tinggi.
"Ini pak, terimakasih ya!" ucap Laila langsung berlalu masuk rumah sakit.
Laila langsung menuju ruang resepsionis, bertanya ruangan bosnya, Mentari.
"Permisi mbak, bisa numpang tanya ruangan atas nama Mentari dimana ya?" tanya Laila pada mbak resepsionis.
Apa mbak ini ya yang dimaksud pak Harri dan pak Adi tadi? batin mbak resepsionis.
"Hallo, mbak? mbak...!" ucap Laila sambil mengayunkan tangannya didepan wajah mbak resepsionis.
"Eh, maaf mbak. Emm, apa yang mbak maksud itu yang terluka karena dicopet?" tanya mbak resepsionis.
"Iya mbak, bener, itu bos saya, Mentari." ucap Laila semangat.
"Oh pasien atas nama Minggu ada diruang UGD, mbak, sedang ditangani oleh dokter. Mbak lurus saja nanti ada pertigaan mbak belok ke kiri, ruangannya ada dipaling ujung." jelas resepsionis.
"Oh, makasih mbak." ucap Laila sambil berlalu mencari ruang UGD seperti yang dijelaskan mbak resepsionis tadi.
Setelah berbelok, Laila melihat beberapa pria sedang menunggu didepan pintu yang bertuliskan UGD.
Mereka itu siapa? kok berdiri diruang UGD? bukannya kalau di UGD itu pasiennya satu aja ya? apa jangan-jangan dia yang membawa bu Mentari kesini? batin Laila yang merasa tidak mengenal pria itu.
"Emm, permisi apa benar ini ruang UGD?" tanya Laila memastikan.
Wah.. cantik juga dia, mungkin jodoh! batin Harri.
"Nona canti, lagi cari siapa? boleh dong kenalan. Kapan-kapan kita ngedate yuk, ada Haari deh yang traktir." goda Harri.
Darel dan Adi hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah Harri
"Maaf ya saya cuma mau tanya ini benar ruang UGD atau bukan?" ucap Laila risih.
"Iya ini benar ruang UGD, kamu cari siapa?" tanya Adi.
" Saya mencari bu Mentari, apa kalian yang menelpon saya tadi?" tanya Laila pada Adi.
Jangan-jangan dia anaknya wanita itu lagi? nggak heran sih kalau anaknya cantik begini, orang ibuknya aja cantik banget kok. bati Harri.
Mereka masih mengira kalau Mentari itu sudah punya anak yaitu Laila. Mereka tidak tahu kalau Laila itu sebenarnya karyawan Mentari bukan anaknya.
"Emm, apa kamu an..." ucapan Harri terpotong.
Bagas dan Angel datang. Darel langsung berdiri dan mereka semua langsung mengerumuni Bagas dan Angel.
"Bagaimana keadaannya? dia baik-baik saja bukan?" tanya Darel.
Hei, harusnya kan aku yang bertanya begitu. Mereka ini siapa sih? batin Laila.
"Dia baik-baik aja kok, pendarahan diperutnya juga sudah berhenti. Sekarang kondisinya masih lemah dan dia butuh istirahat total, jadi kalian belum boleh menjenguknya. Ini mau aku pindahkan ke ruangan rawat inap." jelas Bagas.
"Hemm, ya, pindahkan saja keruangan VVIP. Biaya semuanya aku yang tanggung." jawab Darel.
Ya iyalah, orang kamu yang punya rumah sakit.
"Kenapa diem?" tanya Darel pada Bagas yabg sedang melamun.
"Ah, itu, nggak apa-apa kok. Ini juga mau dipindah." ucap Bagas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 437 Episodes
Comments
Gauri Utama
Laah.. kan ada tas nya Mentari.. Gimana sih???
2022-12-30
0
Dewi Kijang
keren banget nih cerita nya
2022-12-08
0
kak pii
lanjut
2022-05-08
1