Bagaimana ini? Tuhan tolong aku...
Tidak jauh dari tempat itu, ada sebuah mobil yang melintas mencari jalan pintas. Dalam mobil itu ada 3 orang, 2 anak buah dan 1 majikannya.
"Tuan sepertinya nona itu sedang dalam masalah." ucap salah seorang anak buahnya yang berada di samping kemudi menatap tuannya dari kaca yang berada diatasnya.
"Lalu?" cuek
"Bagaimana kalau kita tolong dia tuan, jumlah mereka sangat banyak. Dan wanita itu sepertinya sendirian." bujuk anak buahnya yang di belakang kemudi.
Mobil itu ternyata milik Darel. Dia, Harri dan Adi kebetulan lewat jalan itu.
Darel melihat salah satu preman disana membawa sebuah tas yang diyakininya milik wanita itu.
"Hem, cepat selesaikan! jangan lama-lama!" ucapnya datar.
"Tentu saja, tuan! Harri ayo kita habisi mereka!"
"Hah, dengan senang hati."
Mereka berdua turun dari mobil. Mereka melihat Mentari sudah dipegang tanganya oleh salah satu preman disana.
"Tolongggg!!! tolongggg!!!!" Mentari sudah mulai ketakutan.
Sesekali dia melihat satu per satu dari preman disana, dan membuatnya semakin takut hingga akhirnya menangis.
Brukkkkk.....
Sebuah tendangan tepat mengenai wajah orang yang memegang tangan Mentari. Mereka semua melihat kearah yang sama dan mendapati 2 orang berdiri disana.
"Breng**k, cari mati kalian?" teriak salah satu preman itu.
"Kalau berani, ayo maju!" tantang Harri.
Perkelahian pun tidak dapat dihindari. Mentari yang sudah tidak ditahan menyingkir dan berlindung menjauh.
Brukkkkkk.... brukkkk..... bukkkkkk
Harri dan Adi melawan mereka semua tanpa tersentuh sedikitpun. Salah satu dari mereka melihat Mentari yang sedang melihat pertarungan Harri dan Adi, dia tidak tahu kalau ada seorang preman yang mendekatinya dengan membawa pisau.
"Berhenti semuaaa!!!!" teriak preman tersebut yang kini sudah menyandra Mentari dengan pisau dilehernya.
"Kalian menyerah kalah, atau gadis ini akan..." menekan pisaunya hingga sedikit menggores leher Mentari.
"Tolong lepaskan aku.... huhuhuuuuuuuu....huhuhuuuuu...." tangis Mentari.
"Bagaimana ini?" tanya Adi.
"Mana aku tahu!" jawab Harri sambil mengangkat kedua bahunya.
Dorrrrr......
"Akhhhhh!!!!!!" Mentari melihat kebelakang. Preman itu sudah mati tertembak dibagian kepala belakangnya. Kini matanya beralih pada seseorang yang berdiri dengan pistol ditangannya.
"Tuan Darel?!" ucap Harri dan Adi bersamaan.
"Bukankah sudah ku bilang jangan lama-lama! kenapa kalian malah asik bermain-main,ha??" sedikit berteriak dengan tatapan tajam.
"Emmm itu tuan, anu....itu....itu.....anu...." ucap keduanya gugup.
"Tuan!!" teriak Mentari yang mengetahui ada seorang preman mendekati Darel dengan balok kayu.
Dengan cepat Darel menghindari pukulan tersebut, dan meninju perut preman itu. kini pertarungan menjadi 6 lawan 1. Harri dan Adi hanya melihat saja.
"Tuan, kenapa anda tidak membantu manjikan anda? mereka sangat banyak loh. Kalau dia terluka bagaimana?" tanya Mentari khawatir.
"Tenang saja nona, tuan Darel pasti bisa melawan mereka sendiri." ucap Adi yakin.
Bagaimana bisa, jumlah mereka banyak sedangkan tuan itu hanya melawannya sendiri. batin Mentari.
Kau tidak tahu saja nona, tuan kami bahkan bisa melawan ratusan bahkan ribuan orang sendiri. Dia kan bos mafia. batin Adi.
Mentari melihat seorang preman mengarah kepada Darel sambil membawa pisau. Dia langsung berlari dan pisau itu mengenai perutnya.
"Akhhhh....." teriaknya.
Darel langsung berbalik dan melihat Mentari berlumuran darah. Dia langsung menatap tajam orang yang menusuk Mentari dan dengan bringas dia mematahkan lengannya.
"Akhhhhh!!!!" teriak preman itu.
Kini dalam sekejap preman tadi sudah kalah. Ada 1 yang meninggal dan 6 lainnya mengalami luka-luka baik ringan maupun parah.
"Apa yang kalian lihat, cepat bawa wanita ini ke mobil!" teriak Darel pada anak buahnya.
"I...iya tuan!" mereka langsung membawa Mentari masuk ke mobil Darel. Kepalanya berapa di paha Darel, tidak lupa mereka membawa tas Mentari.
"Adi, cepat periksa tasnya, hubungi siapa saja yang bisa dihubungi!" perintah Darel.
"Harri kau bisa membawa mobil lebih cepat tidak? dia sudah mengeluarkan banyak darah! apa kau mau dia mati dulu baru kau ngebut?!" bentak Darel marah.
Tatapan Darel mengarah pada Harri. Harri pun merasa ketakutan, dengan segera dia melajukan mobil menuju rumah sakit milik Darel.
"Tuan, aku menemukan beberapa panggilan dari Laila, mungkin dia adalah teman atau keluarga wanita ini." ucap Adi.
"Lalu apalagi yang kau tunggu, cepat telepon dia, kau ini!" bentak Darel pada Adi.
"Hahahaha kau sama saja sepertiku!" tawa Harri.
Harri berhenti tertawa saat melihat 2 pasang mata melotot ke arahnya.
"Bisa-bisanya kau disaat begini tertawa ya, Harri? lakukan saja tugasmu baru tertawa!" menatap Harri tajam.
"Baik tuan!" Harri tidak berani membantah.
Tut...Tut......Tut....
"Hallo, bu anda dimana sekarang? saya sudah sangat khawatir pada ibu?" ucap Laila dari seberang telepon.
Ibu? apa dia sudah memiliki anak? tapi dia terlihat seperti masih perawan? batin ketiganya yang mendengar kata ibu dari Laila.
Mereka bisa mendengar suara Laila karena teleponnya mode speaker.
"Emm, maaf, tapi nona pemilik ponsel ini sedang terluka parah, sekarang dia akan dibawa ke rumah sakit Sejahtera." jelas Adi.
"Apaaa????? ba...bagaimana bisa? aku kesana sekarang." ucap Laila terkejut dan langsung mematikan panggilan.
Mereka bertiga menutupi telinga mereka, bahkan Harri yang mengemudi juga menutup telinga kirinya dengan satu tangan. Teriakan Laila membuat telepon terdengar sangat nyaring apalagi speaker dan volumenya difull kan, membuat suara Laila terdengar sangat keras.
"Mendengar suaranya saja, sudah bisa diduga kalau dia bukan anak-anak. Lalu kenapa dia memanggil nona ini ibu? jika dia ibunya, dan anaknya sudah dewasa lalu menikahnya umur berapa ya?" Ucap Harri bingung.
Harri dan Adi pun mulai berpikir dan kemudian tertawa bersama.
"Hahahaha aku rasa dia sudah menikah dari umur 5 tahun." ucap Harri geli.
"Aku rasa juga begitu, hahahaha."
Darel hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak buahnya. Dia kemudian fokus pada wajah Mentari.
Dasar gadis bodoh, sudah tau kalau mereka membawa pisau malah didekati. Lalu untuk apa dia menolongku? pisau....pisau ini seharusnya mengenaiku bukan kamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 437 Episodes
Comments
kak pii
suka suka
2022-05-08
1
Andayani Ahmat
💪💪💪
2021-12-14
1
runma
mulai menarik nieh
2021-12-10
0