Tangan yang semula mengalung itu mengendur kemudian lama-lama terlepas. Lagi-lagi badan Mutia terhuyung hingga ke belakang. Jika Jimmy tak sigap menangkapnya, detik itu juga Mutia sudah pasti terjerembab di lantai dan merasakan sakit yang luar biasa.
"Mas Jimmy, tolong anterin aku ke dalam, please... aku ingin tiduran." Mutia terus meracau, padahal kini tubuh itu sudah terangkat sempurna dan mendekati ranjang.
"Selain menyakitiku kamu juga membebaniku dengan pikulan dosa yang teramat berat dek..."
Mutia tak bisa mendengarkannya, matanya telah terpejam dengan sempurna. Tersisa Jimmy yang masih menatap istrinya dengan pedih. Berandai-andai, seandainya dulu tak jatuh kepada wanita berbisa seperti ini.
***
"Pusing banget kepalaku...uhh" keluh Mutia pada saat terbangun. Tak peduli seberapa pusingnya saat ini. Mutia mencoba berdiri dan entah kenapa malah justru nama Jimmy yang pertama kali ia sebut. Dia akui kini telah bergantung kepadanya.
"Mas Jim!"
"Mas Jim!"
"Jimmy!"
"Jimmy!"
"Help me, Jim! Please!"
Mutia mencoba mencari ke seluruh ruangan. Namun sayang, lagi-lagi Jimmy meninggalkan Mutia sepagi ini dengan meninggalkan satu piring sarapan dan secarik kertas di atas meja.
Kalau masih pusing jangan berangkat kerja dulu. Lain kali jangan mabuk-mabukkan, nggak baik apalagi kamu perempuan. Beruntung kamu sampai dirumah, seandainya keadaan lemah kamu dimanfaatkan oleh orang yang nggak bertanggung jawab, kamu nggak bisa berbuat apa-apa. Jangan ulangi lagi!
Oiya, ini sarapannya... Hati-hati dirumah.
"Kenapa kamu sering berangkat sepagi ini? Apa sih kerjaan sampingan kamu Mas? Perasaan cafe nggak buka sepagi ini." gumam Mutia.
Mutia menarik kursi dan duduk merenung mengingat kejadian semalam. Mutia tak berniat minum, tapi ada salah satu dari mereka yang menuangkan minum itu ke dalam gelasnya. Merasa tidak enak, Mutia terpaksa meminumnya hingga tandas.
Lalu siapa mereka itu? Mereka adalah teman-teman yang berkumpul bersama Frans yang membawa pacar masing-masing.
"Kenapa jadi begini?" rutuk Mutia kepada dirinya sambil memukul-mukul kepalanya sendiri. "Jangan sampai Papa tau..."
Oh iya ampun, Mutia memekik saat melihat dressnya yang sudah tembus palang merah. Dia segera memasuki kamar mandi membersihkan dirinya dan mencuci semua yang terkena.
***
"Berakit-rakit dahulu berenang-renang ketepian. Kalian berduaan melulu, aku masih sendirian." Gerutu Ryan pada saat Edo sedang diapeli oleh pacar barunya. "Nasib jomblooo!"
"Berisik amat! Sana jangan gangguin orang lagi kasmaran." jawab Edo. "Hehe... iya nggak yank!"
Pacar Edo hanya mengangguk dengan malu-malu.
"Mbak, harusnya itu Edo yang ngapelin ke rumah. Ini mah kebalik." ucap Ryan.
"Nggak pa-pa wong Putrinya mau kok," jawab Edo.
Jimmy mendekat dan menggeser kursi di sebelahnya, kebetulan suasana sedang sepi.
"Ini jomblo juga ngapain kesini, ganggu orang lagi pacaran aja." Ucap Edo lagi.
"Nggak ganggu, aku juga pengen duduk sama Ryan." jawab Jimmy. "Kalau mau pacaran ya pacaran aja, nggak ngaruh sama kita."
"Makanya, cari cewek biar nggak jomblo terus!"
"Sombong amat!" celetuk Jimmy. Aku bahkan sudah mendahului kalian, ucapnya dalam hati.
Ryan ikut mencebik. "Emangnya kenapa kalau jomblo? Entar juga kalau mati yang ditanyain 'siapa Tuhanmu, bukan siapa pacarmu!."
"Good job Ryan!!" Seru Jimmy.
"Eh sayang, tau nggak ikan itu bau apa?" Gombalan dari Edo kepada pacarnya.
"Bau amis" jawab Putri.
"Amis you to."
Ryan dan Jimmy geli sendiri mendengarnya.
"Sambil minum aja Jim," ajak Ryan. "Kamu mau minum apa?"
"Minum jus alpukat aja Yan,"
"Oke, tunggu lima menit."
Lima menit kemudian jus sudah berada didepan mereka.
"Ehm!!"
Seseorang berdehem memasuki cafe. Badannya tinggi, pakaiannya formal, wajahnya begitu dingin membuat siapa saja orang yang melihatnya merasa segan. Kedatangan orang tersebut membuat keempat orang itu menoleh bersamaan.
"Eh Bang! Akhirnya nyempetin juga datang kesini..." ucap Jimmy kemudian mempersilahkan duduk.
"Iya, butuh bantuan kamu." ucapnya, lalu mereka duduk berhadapan.
"Ada apa Bang?"
"Butuh dekorasi, buat acara anniversary."
"Oh iya bisa, dimana acaranya?"
"Di rumah saya, tepatnya di kolam renang belakang. Kamu dah pernah lihat tempatnya?"
"Belum, tapi nanti bisa langsung survei aja sih..."
"Ada katalog ngga? atau contoh gambar yang bisa saya lihat?"
"Ada, sebentar..." Jimmy menuju ke belakang, lalu kembali dengan membawa beberapa buku yang bergambar dekorasi-dekorasi mewah.
"Ini Bang..." Jimmy menyerahkannya kepada Vano, kemudian laki-laki itu membuka lembar demi lembar kertas yang ada di beberapa buku itu.
Setelah selesai memilih, keduanya keluar menuju rumah Vano untuk mensurvei lokasi. Jimmy sempat kelabakan karena bookingan ini menurutnya terlalu mendadak. Tapi beruntungnya agenda pekan ini sedang kosong sehingga bisa langsung mereka sepakati, baik biaya, masalah perancangan maupun hal lainnya.
***
Ana harap kalian yang baru selesai baca judul "Talak Satu" abis itu baca sequelnya dulu "My beloved wife" trus baru kesini, soalnya masih banyak yang bingung.
Urut bacanya ya!
Ok, segini dulu. Nanti kalau sempat, siangnya Ana tambahin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
DewiSee
aku udah baca sesuai urutan nya Thor, aku syukaaaaaa semuanya
2021-05-20
1
Fitri Lin
iya tor...aku jg dah baca mulai dari Fitri - Rey...Farida - vano...cusss sekarang ke Jimmy - Mutia...
2021-04-23
1
Khansa RH
baru nyadar ...ini berarti Jimmy yang nyelamatin jajan waktu kabur dari papi Rocky ...
syemangat thoorrr...
aku rindu celotehan Kayla .... seruuuuuu
2021-03-30
0