"Mut, kamu tetap nggak mau pulang?" tanya Jimmy. Dia terpaksa mendekat karena sekian lama menunggu tapi Mutia tak kunjung masuk ke dalam mobil.
Dia membujuknya pelan-pelan layaknya membujuk anak kecil yang sedang ngambek minta jajan. "Kamu mau nunggu siapa?"
"Mut, sudah mau maghrib, masuk ke mobil..."
"Mut, maaf kalau aku telat menjemput. Aku sibuk, banyak pekerjaan."
"Mutia!"
"Mutiara!"
Mutia tetap tak mau menjawab apalagi menatapnya.
"Ya sudah, kalau kamu masih mau disini" ucap Jimmy lembut kemudian memasuki mobilnya. Dia tak ingin memperdebatkan apapun, kepada seorang Mutia yang pada dasarnya memang kekanak-kanakan.
Banyak pekerjaan yang menurutnya lebih penting daripada mengurusi hal-hal seperti ini. Dia sudah meninggalkan pekerjaannya, buru-buru pergi berusaha menjemputnya secepat mungkin. Tapi malah yang dijemput seperti itu. Oke, kalau begitu jangan salahkan Jimmy.
Dia menyalakan mobil kemudian menginjak pedal, sesekali ia menengok Mutia dari kaca spion. Dia masih saja duduk disitu tanpa mencegat kepergiannya. Oh, Jimmy baru ingat, pasti dia menunggu pacarnya sendiri.
Beberapa menit kemudian setelah Jimmy pergi, datanglah Frans menjemputnya. Mutia tadi sempat menghubunginya selang beberapa menit sebelum Jimmy datang.
"Kenapa kamu nggak bilang mobil kamu lagi di bengkel sayang? Kamu nggak takut, ini sudah hampir malam" ucap Frans. "Tadi pagi berangkat sama siapa?"
"Taxi online" Mutia memasang sabuk pengaman "sudahlah, jangan banyak tanya ayo jalan,"
"Oh iya-iya, okay!" jawab Frans. "Kamu mau kemana dulu sayang, biar aku anterin."
"Mau pulang saja."
"Kenapa kok kamu kelihatannya bete banget, mau belanja lagi?"
"Nggak usah Frans, aku mau langsung pulang saja. Papa pasti nyariin kalau aku pulang terlalu malam."
"Oke,"
Setelah beberapa puluh menit perjalanan, mereka telah sampai di dekat komplek rumah. Mutia memekik dalam hati saat Frans menepikan mobilnya ditempat gelap.
Kenapa, dan mau apa dia?
Frans membuka seatbeltnya dan mendekatkan wajahnya kepada Mutia. Namun Mutia berusaha menahan saat wajahnya hampir menyentuh dirinya.
"Apa maksudmu Frans?"
"Kamu jangan munafik Mut, kamu juga membutuhkan hal ini."
"Nggak Frans! Kita belum menikah" tolak Mutia tegas.
"Hanya sekedar mencium saja, masa sudah pacaran setahun menyentuh saja nggak boleh."
Mutia memang membatasi dirinya melakukan hal lebih ketika berpacaran.
"Aku memegang komitmen itu, aku harap kamu menghargai kemauanku." Mutia mencoba memberinya pengertian. "Aku nggak akan menyerahkan hal yang paling berharga dalam hidupku sebelum aku menikah. Karena menurutku, nggak ada lagi yang bisa di banggakan dari perempuan yang sudah hilang harga dirinya. Aku harap kamu mengerti Frans.."
"Kebanyakan orang berzina karena orang tuanya sendiri yang tak kunjung merestui hubungan anak-anaknya. Terkadang, kita nggak bisa salahkan mereka juga. Dan mungkin, Papa kamu adalah salah satu dari orang tua itu." Ucap Frans menatap Mutia dan tersenyum miris. "Kita sudah sama-sama dewasa Mut, aku juga bukan laki-laki yang nggak punya hasrat" sambung Frans.
"Terserah kalau kamu nggak mau mengakuinya." ucap Frans lagi.
"Aku mau kita melakukannya ketika sudah sah!"
"Lalu sampai kapan?" tanya Frans meninggi. "Papa kamu nggak ada kepastian kapan merestui hubungan kita. Apa kita kawin lari saja?"
"Frans!!" bentak Mutia. "Secara tidak langsung kamu sama saja kamu mau membunuh Papaku, beliau sakit jantung. Kamu ngertiin aku dong!"
"Aku sudah mengerti kamu selama satu tahun ini" jawab Frans tak kalah kerasnya.
"Kamu sabar dong Frans... cinta memang harus berjuang."
Frans menghela nafas berat, dia akui baru saja khilaf.
"Baiklah, aku akan setia menunggu kamu, Mut. Maaf sikap aku yang barusan." Ucap Frans setelah terdiam beberapa saat.
"Yaudah nggak apa-apa, kalau begitu aku pulang dulu" ucap Mutia.
"Serius, diantar sampai sini saja sayang?"
"Iya, nanti kalau ketahuan bisa di omelin Papa."
Frans mengangguk.
"Met malam sayang, i love you."
"I love you to!" Balas Mutia.
Mutia sedikit berjalan kaki sampai ke rumahnya. Sesampainya di ruang tamu, dia sedikit terperanjat karena kepulangannya ternyata telah ditunggu oleh dua orang laki-laki. Papa menatapnya dirinya tajam seolah ingin menghakimi.
"Kamu itu gimana sih Mut? Dijemput malah milih pulang sendiri!" nada bicara Papa terdengar meninggi. "Jangan kekanak-kanakan kamu sudah dewasa!"
Mengesalkan sekali, Mutia menduga Jimmy telah mengadukan kepada Papa perihal masalahnya tadi saat berada dikantor. Tapi untungnya Papa tidak tahu dengan siapa dia pulang.
"Papa, apaan sih... pulang-pulang langsung dimarahi."
"Cepat, ambil dokumennya sudah ditunggu dari tadi. Urusan Jimmy itu banyak, bukan hanya mengurusmu saja!"
"Iya, sebentar Pa, baru juga sampai" jawab Mutia malas. Kemudian dia pergi ke kamarnya untuk mencari dokumen-dokumen yang dibutuhkan.
"Maafkan putri Papa Jim, mudah-mudahan kamu sabar menghadapinya. Papa tahu persis putri Papa. Hanya tampilannya saja yang ketus, tapi sebenarnya hatinya baik seperti almarhum Mamanya" Papa merasa tidak enak melihat putrinya bersikap seperti itu.
"Nggak apa-apa Pa,"
"Nih! cek lagi, apa saja yang kurang!" ucap Mutia seraya menyodorkan beberapa berkas miliknya.
Jimmy menerimanya dan menelitinya satu persatu.
"Sepertinya sudah" ucapnya, lalu beranjak berdiri. "Kalau begitu Jimmy pamit dulu Pa,"
"Baik Jim, hati-hati dijalan. Salam untuk Pak Wirawan ya?"
"Iya Pa..." Jimmy menatap Mutia tanpa berkata, kemudian pergi. "Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam..." jawab Papa kemudian beralih menatap putrinya. "Sana, anterin ke depan kamu ini gimana sih Mut!" greget Papa.
"Iya-iya!" jawab Mutia tidak ikhlas. Dengan terpaksa ia keluar membuntuti Jimmy.
"Ati-ati" ucap Mutia singkat.
Jimmy hanya menanggapi dengan senyuman tipis yang terlihat sedikit lesung pipitnya.
"Kamu melupakan sesuatu Mut,"
Mutia mengangkat alisnya.
"Kamu masih mau menyimpan jaketku?"
"Jangan Ge-er! Belum dicuci."
"Yaudah, asaalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Blam!
Mobil langsung melesat cepat.
***
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
zeze_12
Mutia keren
2022-02-16
0
Anik Supriyanto
kekanakan sama manja si mutia
secara dia juga berasal dr keluarga sederhana
kok ga menghargai banget
2021-07-15
0
itin
disini tokoh ceweknya yang bermain api. menerima pernikahan perjodohan pinangan jimmy dan tetap berhubungan dengan frans kekasihnya. cewek yang juga punya prinsip se*x after marriage
2021-03-06
0