Alana menghela nafasnya, tatapannya fokus pada gedung yang menjulang tinggi di depannya. Gedung ini bagaikan saksi bagaimana Tuan muda itu merengut mahkotanya dengan cara kasar.
Ringisan keluar dari mulut Alana, jika saja pihak HRD tidak memintanya datang, rasanya Alana tidak ingin menginjakkan kakinya di sini.
Alana tidak bisa lari begitu saja dari tanggung jawabnya, dia berjalan memasuki area loby. Banyak orang yang menatapnya dengan padangan jijik.
Alana menundukan kepalanya semakin dalam, saat banyak wanita yang berbisik. Bukan sekedar bisikan karena Alana bisa mendengar ucapan mereka.
Kau lihat wanita yang tidak punya muka itu, berani sekali dia kembali.
Kau tahu itu wanita yang menjual tubuhnya pada Tuan muda kita.
Alana mempercepat langkahnya, dia sudah muak mendengar orang-orang yang berbisik tentangnya. Dia berjalan menuju ruangan HRD, setelah sampai di depan pintu Alana mengetuknya perlahan.
“Masuk.”
Setelah mendapat izin Alana masuk ke ruangan itu. Hal pertama yang dia lihat adalah tatapan tidak suka yang di tunjukan Bu Indri.
“Apa kamu tahu, seluruh penghuni gedung ini membicarakanmu.”
Alana menundukan kepalanya, percuma membela diri, tidak ada gunanya. Mereka semua tidak akan percaya dengan ucapannya, termasuk wanita di hadapannya.
“Jawab Alana! Apa benar kau menggoda tuan muda?” suara itu bertanya dengan nada membentak.
“Tidak,” jawab Alana singkat.
“Kau pikir saya tidak tahu, jelas-jelas kamu keluar dari ruangan tuan muda dengan sehelai kain?"
Alana berdecak kesal, dirinya merasa di sudutkan. Di tuduh menggoda tuan muda, jelas-jelas pria itu yang memaksanya.
Indri menampar Alana, dia tidak suka pada OG yang tidak sopan padanya.
Alana diam tanpa bergerak, meskipun tangannya ingin menyentuh pipinya yang terasa panas akibat tamparan HRD di depannya.
“Saya tunggu surat pengunduran dirimu, keluar!” titah Indri tegas.
Alana keluar dari ruangan itu dan kembali ke pantry, dia mencoba menenagkan dirinya.
Dua orang wanita menghampirinya, sebelumnya Alana tidak pernah melihat wanita itu. karena setiap OG mendapat bagian tugas di lantai yang berbeda.
“Buatkan saya kopi,” ujar salah satu wanita berambut panjang. Yang kini menatapnya dengan tatapan merendahkan.
Alana mengikuti perintah wanita itu, setelah dua gelas kopinya selesai Alana mendekati dua wanita yang tengah duduk di pantry.
“Kau tau ada seorang Office Girl yang berani menjajakan tubuhnya untuk tuan muda.” Keduanya terkekeh lebih kearah tawa yang menghina.
Alana memilih pura-pura tidak mendengar dan menyimpan gelas berisi kopi yang masih mengepul itu di hadapan mereka.
“Aku tahu, tidak tahu diri sekali wanita itu … sepertinya Office Girl itu kehausan belaian,” Mereka berdua tertawa cukup keras.
“Hina banget tuh Office Girl, gak ada harga dirinya.” Sindir wanita yang meminta Alana untuk membuatkannya kopi.
Alana mengepalkan tangannya, kesabarannya habis. Dia menarik tangan wanita yang terlihat menatap sinis padanya.
Wanita itu mendorong tubuh Alana hingga punggungnya membentur tembok. Dia mendekati Alana lalu mencengkaram rahang Alana.
“Berani sekali kau menarik tanganku.” Tangannya semakin keras mencengkram rahang Alana. “Wanita buruk rupa sepertimu tidak pantas menggoda tuan muda … aku rasa kau bosan hidup karena mencari masalah denganku.”
Alana berusaha melepaskan tangan wanita itu, dengan mendorong tubuh wanita itu dengan sangat kuat.
“Kau tidak pantas menghinaku,” geram Alana. Meskipun mahkotanya sudah hilang, dia tidak akan tinggal diam di perlakukan seperti itu, wanita itu tidak berhak mengiha dirinya.
Hari ini dia mendapat tamparan yang kedua, Alana hendak malangkah untuk menampar wanita itu kembali. Tetapi langkahnya terhenti saat teman wanita itu menumpahkan kopi yang di buatnya pada kepala Alana.
Alana menyeka wajahnya, kedua wanita itu tertawa puas melihat tubuh Alana yang kotor karena tumpahan kopi.
“Kau pantas menerimanya, Jal😏ng!” wanita itu menekan kata ‘Jal😏ng’ untuk menghina Alana.
Sepeninggalan kedua orang itu, tubuh Alana ambruk ke lantai. Dia menangis sesegukan mengeluarkan rasa sakit di hatinya.
Kenapa semua orang menyalahkanku, jelas-jelas lelaki itu yang salah!
Butiran bening terus meluncur dari kedua matanya, isakannya sangat menyayat siapapun yang mendengarkan tangis Alana. Seakan-akan ikut merasakan apa yang di alami Alana. Alana mengepalkan tangannya kuat-kuat, hingga urat tangan wanita itu menonjol.
Alana merasa lelah atas semua hinaan yang dia terima, apalagi perlakuan Kasar dari wanita yang terus menyalahkan dirinya.
Dia merasa malu, karena ini adalah pengalaman pertamanya mendapatkan pusat perhatian orang-orang karena mereka mengira Alana adalah wanita penjual tubuh.
Dia merasa kehilangan jati dirinya. Alana merasa berat jika harus berdamai dengan diri sendiri dan keadaan, dia tidak bisa memaafkan mereka yang telah membuat hidupnya terpuruk. Apalagi pria kasar itu, Bu Indri dan dua wanita barusan yang terang-terangan menyerangnya.
Alana mendongkakan wajahnya, dia melihat pisau di atas meja. Alana bangkit dan mengambil pisau itu, mengarahkannya pada pergelangan tangan Alana.
Tidak ada gunanya lagi aku hidup!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Rafanda 2018
mati aja lah ngapain bukanya pergi masih di situ goblok
2023-04-01
1
Pipit Sopiah
biasa orang miskin selalu tertindas
2022-12-11
0
🌼♥️Lusi
😭
2022-06-14
0