Hallo, buat yang butuh terjemahan untuk kata - kata bahasa Inggrisnya, boleh digulir layar paling bawah ya.
Enjoy!
***
***
LAKE VIEW CEMETERY, SEATTLE.
"We gather here today to celebrate the life of Clark Lane Rogers, who has now returned to his home with Our God, The Father."
"Let us go in peace to live out the Word of God."
"Amen."
Pastor mengakhiri pidatonya di depan gundukan tanah yang masih basah itu. Seorang wanita berpakaian serba hitam masih bersimpuh di sana.
Kirana memperhatikan sesaat wanita yang sepertinya adalah isteri baru Ayahnya itu. Sebelum akhirnya Sang Ibu menggandeng lengannya untuk meninggalkan area pemakaman. Diikuti oleh Sandra yang sejak tadi berada di sampingnya.
"Kira!"
Kirana menoleh ke sampingnya. Di mana asal suara itu berasal. Dia membulatkan matanya. Tak percaya dengan siapa yang kini ada di hadapannya.
"Matt? Matthew?"
"Hai." Senyum Matthew mengembang. "Hi, Mrs. Rogers." Dia menyapa Sang Ibu. "Hi, nice to meet you." Matthew menjabat tangan Sandra.
Sang Ibu mengerenyitkan keningnya. Mencoba mengingat siapa pria tampan dengan rambut cepak yang ada di hadapannya ini.
"Apa kau teman Kira di SMA? Wajahmu sangat familiar."
"Exactly, Mrs. Rogers."
"O wow .. terima kasih sudah datang."
"My condolences, Mrs. Rogers." Matthew menjabat tangan Sang Ibu dengan erat. "Kira, may I have a word with you?" Dia memandang ke arah Kirana.
Gadis itu menoleh pada Sandra dan Sang Ibu. Dia menepuk lengan anak gadisnya lembut. "Aku akan pulang terlebih dahulu. Aku merasa sedikit tidak enak badan. Ayo, Sandra," ujarnya seraya mengangguk kecil pada Matthew, dan menggandeng lengan Sandra lalu melangkah meninggalkan keduanya.
"Wow, how are you, Matt?" Kirana tak bisa menyembunyikan keterkejutannya dengan kehadiran teman lama yang dahulu sempat dekat.
"I'm good." Matthew menjawab. "You look .. good."
Kirana terkekeh. "Liat aku, aku terlihat sangat buruk."
"Tidak, kau selalu terlihat cantik di mataku."
Kirana mendecak. "Bagaimana bisa kau tiba - tiba muncul di pemakaman Ayahku, Matt?" Kirana mengalihkan pembicaraan.
"Ya, itu yang ingin kubicarakan denganmu. Sambil minum kopi, mungkin?"
"Emmm .. okay."
"Sebelah sini," ujar Matthew menunjukkan di mana mobilnya terparkir.
Kirana mengikutinya meninggalkan area pemakaman yang lengang.
.
.
"I work for S. P. D."
Matthew menunjukkan ID cardnya pada Kirana. Gadis itu memeriksanya sekilas.
...MATTHEW RENE GARCIA...
...Detective Sergeant...
...Warrant No : L 168xxxx...
"Kira, aku sedang menyelidiki kasus kematian Ayahmu. Kau bisa membantuku?"
"Apa yang bisa kulakukan untukmu, Matt?" tanya Kirana. Dia menyeruput kopinya yang mulai dingin.
"Just few questions," jawab Matthew sembari menyimpan kembali ID card di balik jaketnya.
Kirana berdehem sekali. Berusaha melicinkan tenggorokannya yang tiba - tiba terasa kering.
"Apa Ayahmu punya musuh? Atau pernah punya konflik dengan seseorang? Atau dia pernah menceritakan sesuatu yang aneh padamu?"
Kirana terbatuk. "Sorry," ucapnya. "Hubunganku dengan Ayahku tidak baik. Aku jarang berkomunikasi dengannya. Dia tinggal dengan isteri barunya."
"Penembakan terjadi di area Roxhill, tempat tinggal Ibumu. Apa dia sedang mengunjunginya?"
Kirana menghela nafas dalam - dalam. Bayangan wajah Sang Ayah yang meregang nyawa malam itu kembali terlintas. Berganti dengan bayangan Hayden, yang memeluk dan mendengarkan tangisannya semalaman di sebuah kamar motel, sembari menahan sakit karena luka di pinggangnya.
"Kira?" Panggilan Matthew membuat Kirana terkesiap.
"Owh, sorry, where were we?"
"Apa Ayahmu sedang berkunjung ke tempat tinggal Ibumu pada saat penembakan terjadi?"
"Emm, yeah."
"Kapan terakhir kau bertemu dengan Ayahmu, Kira?"
Kirana menelan ludahnya. "Di apartemen Ibuku. Emm .. dia mengatakan .. dia sedang bersembunyi dari kejaran .. emm .. kelompok mafia, karena dia punya banyak hutang pada mereka," ujar Kirana. "Hanya itu yang kutahu."
"Informasimu sudah sangat membantu, Kira." Matthew menggenggam jemari Kirana. "I'm so sorry for your loss."
"Thanks."
Keduanya terdiam sejenak. Hingga Matthew tersadar dia masih menggenggam jemari Kirana. Buru - buru dia menarik tangannya.
"Emm .. ceritakan tentang dirimu, Kira, kau tinggal di mana sekarang dan bekerja di mana?" tanya Matthew dengan canggungnya.
"Aku tinggal di Georgetown, dan bekerja di sebuah toko kelontong Vietnam. Yeah, bukan sebuah pencapaian yang menggembirakan." Kirana terkekeh.
"Hidupku cukup mengecewakan, orang tuaku berpisah, Ibuku menjadi alkoholik, dan aku .. harus bertahan hidup."
"You're still amazing, Kira. Kau menjadi wanita yang tangguh sekarang."
Kirana terbahak. "I try."
"Mungkin aku bisa mengajakmu makan siang, atau makan malam, sometimes." Matthew mengelus rambutnya demi menghilangkan rasa gugupnya.
Kirana mencebik. "Aren't you too busy for that, Officer?"
"Aku sangat sibuk," gurau Matthew. "Tapi aku punya waktu untuk teman lama."
Kirana terbahak. Diperhatikannya pria tampan di hadapannya itu. Tidak banyak berubah. Hanya saja, dia terlihat lebih maskulin sekarang.
***
TACOMA INTERNATIONAL AIRPORT, SEATTLE.
Kania menyeret kopernya mengikuti langkah panjang Alex keluar dari domestic arrival terminal. Senyum manisnya terus tersungging menandakan kalau suasana hatinya sedang bahagia.
Sebuah mobil limo berukuran sedang telah menunggu mereka. Lengkap dengan supir yang berdiri di samping pintu penumpang.
Sang supir membantu memasukan koper Kania ke dalam bagasi, lalu membuka pintu dan mempersilahkan keduanya masuk ke dalam mobil.
"Aku akan menyukai Seattle sepertinya," ujar Kania seraya melepas kacamata hitamnya.
"Yeah, tentu saja." Alex menggeleng pelan. "Tentu saja kau akan menyukainya," sindirnya dengan senyum jahilnya.
Kania tersipu. "Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya."
Alex mendecak. "Well, good luck, Kania."
.
.
Hayden mengetuk pelan pintu flat Kirana. Lama dia menunggu namun pintu tak segera dibuka. Dia kembali mengetuk beberapa kali. Kali ini dengan sedikit lebih keras.
Wajah kusut dan sembab Kirana muncul dari balik pintu. Sepertinya dia baru saja bangun tidur.
"Hey, sorry to interrupt your nap time, I just wanna check on you," ujarnya.
"Emm .. I'm okay," sahut Kirana dengan suaranya yang serak. "Wanna come in?"
"If you don't mind."
Kirana membuka pintunya lebar dan mempersilahkan Hayden masuk.
Hayden menarik sebuah kursi dan mendudukinya. Sementara Kirana duduk di atas sofa. Gadis itu berdehem sebentar untuk melicinkan tenggorokannya, lalu merapatkan sweater rajutnya ke dadanya.
"Kau baik - baik saja?" tanya Hayden seraya menatapnya dengan sayu.
"Aku baik - baik saja." Kirana melirik ke arah pinggang Hayden yang terbalut kaos hitam lengan pendek. Tanpa sengaja matanya tertumpu pada tattoo bergambar makhluk sejenis srigala dengan bulu hitam dan ekor panjang, memenuhi lengan kokohnya. "Bagaimana lukamu?"
"Ini bukan apa - apa." Hayden menyahut. Lalu terdiam sejenak.
"Kira .. kalau kau butuh apa pun, beritahu aku."
Kirana menoleh ke arah Hayden. "Kenapa? Sebagai konpensasi karena kau telah membunuh Ayahku?"
"Karena aku mau." Hayden menarik nafasnya berat. Ingin rasanya dia memeluk tubuh kurus itu. Memberinya kekuatan dan dukungan yang sudah seharusnya dia dapatkan.
Kirana terbahak ironis. "Aku tahu, kau ingin menyuapku ya? Agar aku tidak melaporkanmu pada polisi."
"Kau bisa melaporkanku kapan pun kau mau. Kenapa kau belum melakukannya?"
Kirana melempar pandangannya ke arah lain. Kedua lengannya dia lipat di depan dadanya.
"If there's something I can do, is to turn back time .. I wouldn't have taken that job."
Kirana tak bergeming. Entah apakah dia harus membenci si mata biru ini, ataukah sebaliknya.
Hayden mendekatkan kursinya ke arah Kirana.
"Kira .. I'm a bad guy, I did a lot of bad things .. but I don't know why, I don't know how, there's something good in me I wanna share it with you."
Kirana mengerenyitkan dahinya. Entah apa maksud kata - kata Hayden barusan.
"Kira .. I ...."
Hayden tak melanjutkan kata - katanya ketika ponsel di saku jaketnya berbunyi.
"Alex?" ucapnya begitu dia tersambung dengan seseorang di seberang telpon.
"Kau di mana? Aku lihat mobilmu ada di bawah, tapi kenapa kau tidak membukakan pintu? Kami ada di depan flatmu." Alex, yang berbicara di seberang.
"Kami?" tanya Hayden heran.
"Yeah, me and Kania .. surprise!"
"Kania?"
***
***
-CEMETERY ( Tempat Pemakaman/Kuburan).
-We gather here today to celebrate the life of Clark Lane Rogers, who has now returned to his home with Our God, The Father (Kita berkumpul hari ini untuk merayakan hidup Clark Lane Rogers, yang telah kembali ke rumah dengan Tuhan kita, Bapa).
-Let us go in peace to live out the Word of God (Mari kita pergi dalam damai untuk menjalankan firman Tuhan).
-Exactly (Tepat sekali).
-My condolences (Turut berduka cita).
-May I have a word with you? (Bisa aku bicara denganmu? ).
-S. P. D (Seattle Police Department).
-Just few questions (Hanya beberapa pertanyaan).
-Where were we? (Sampai di mana kita tadi?).
-I'm sorry for your loss (Turut berduka cita).
- Hey, sorry to interrupt your nap time, I just wanna check on you (Maaf mengganggu tidur siangmu, aku hanya ingin memastikan kau baik - baik saja).
-If you don't mind (Kalau kamu tidak keberatan).
-If there's something I can do, is to turn back time .. I wouldn't have taken that job (Jika ada sesuatu yang bisa kulakukan, adalah mengulang kembali waktu .. aku pasti tidak akan mengambil pekerjaan itu).
-I'm a bad guy, I did a lot of bad things .. but I don't know why, I don't know how, there's something good in me I wanna share it with you (Aku orang jahat, aku telah melakukan banyak hal buruk .. tapi aku tidak tahu kenapa, aku tidak tahu bagaimana, ada sesuatu yang baik dalam diriku yang ingin aku bagi denganmu).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Byuthi
lanjuttttt
2021-07-21
0
Sulnaning tri Rahayu
aku mulai suka dengan novel campuran bahasa asing😊 jadi bisa belajar .. sedikit" mulai bisa memahami bhasa asing 😊
2021-06-07
0
atmaranii
kira2 Hayden mau blg aph Yaa td...kburu ada TLP sih..
2021-05-27
0