"Lapor komandan. Sampai sekarangpun kami masih berusaha, tapi sebanyak apapun kita berusaha, korban di pihak kita tidak bisa kita cegah lagi."
"Segera obati yang terluka, dan perintahkan pasukan kita untuk mundur dulu!"
"Baik komandan."
Setelah mendapatkan perintah dari komandan Ksatria. Ksatria tersebut langsung berlari meninggalkan Komandannya di tenda utama.
Saat ini di sebuah kota di timur ibukota Kerajaan Freedom, ada sebuah insiden yang sangat jarang terjadi yaitu naga yang mengamuk di pemukiman penduduk.
Naga adalah puncak revolusi dari hewan, mereka biasanya tinggal di pulau naga dan tidak berniat sama sekali untuk mengganggu manusia.
Tapi entah kenapa, sekarang naga itu malah mengamuk di kawasan manusia.
Setelah Komandan Ksatria itu memberi perintah ke bawahannya, dia juga langsung bersiap-siap kembali ke ibukota untuk melapor kepada Rajanya.
"Apa yang harus kita lakukan untuk bisa membunuh naga itu." Gumamnya dengan ekspresi kesal sambil berjalan ke arah kudanya.
➖➖➖➖➖
Saat ini Komandan Ordo Ksatria Kerajaan Freedom sedang menghadap kepada Rajanya untuk melaporkan situasi.
"Yang Mulia. Saya ingin melaporkan situasi."
"Silakan?"
"Berdasarkan situasi kita saat ini. Saya telah memutuskan untuk menarik mundur pasukan."
"Apa. Kenapa kamu melakukan itu?"
"Maafkan saya, Yang Mulia. Korban dari pihak kita sudah terlalu banyak. Maafkan saya, tapi saya tidak bisa membiarkan Ksatria saya menjadi korban lagi."
Setelah mendengar jawaban serius Komandan Ksatria nya, Raja sedikit menghela nafas dan menatap langit-langit ruangannya tersebut.
"Anda tidak apa-apa, Yang Mulia."
"Hmm. Y-ya, saya tidak apa-apa Perdana Menteri. Hanya saja, apa yang harus kita lakukan untuk membunuh naga itu?"
Raja menggumamkan itu dengan suara bernada pasrah. Gumamam nya juga sama dengan apa yang di gumamkan oleh Komandannya barusan.
Setelah ketenangannya kembali lagi kedalam dirinya, dia menatap Perdana Menteri yang berdiri di sampingnya.
"Apa kamu sudah mengirim surat permintaan bantuan ke Kerajaan tetangga?"
"Sudah, Yang Mulia. Bahkan balasannya sudah saya terima."
"Apa yang mereka katakan?"
"Mereka mengatakan kalau mereka akan mengirimkan bantuan ke sini, tetapi yang menjadi kendala adalah bantuan itu akan datang dalam beberapa hari lagi, Yang Mulia."
Perdana Menteri menjawab pertanyaan Raja dengan ragu-ragu. Dia tahu kalau Rajanya tidak akan menyalahkan dirinya akan masalah ini, tapi entah kenapa dia sangat cemas akan reaksi yang Rajanya berikan.
"Beberapa hari ya? Apa kita bisa bertahan beberapa hari? Kalau dibiarkan terlalu lama, naga itu bisa menyerang kota yang lainnya juga."
Raja tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran dirinya lagi akan serangan naga tersebut.
"Apa yang harus kita lakukan, Perdana Menteri?"
"Menurut pendapat saya, lebih baik kita mengungsi sampai naga itu pergi dari Kerajaan Yang Mul_ "
"Ditolak. Saya tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri dan membiarkan rakyatku mati ditangan naga itu."
Mendapat jawaban tidak berguna dari Perdana Menterinya membuat Raja tersebut menjadi sangat marah.
Kalau dia melarikan diri. Ia hanya akan terus dihantui rasa bersalah karena lari disaat rakyatnya dihabisi.
"Maafkan saya atas perkataan saya barusan, Yang Mulia."
Karena melihat Rajanya marah. Perdana Menteri itu langsung menundukkan kepala untuk meminta maaf atas perkataanya.
Selang beberapa saat, Perdana Menteri yang masih dalam posisi menunduk mencoba memberikan pilihan yang seharusnya.
"Kalau begitu. Kita tidak punya pilihan lain selain bertahan sambil menunggu bantuan tiba, Yang Mulia."
"Iya. Sepertinya kita tidak punya pilihan lain selain bertahan dan menunggu bantuan."
Diskusi antara Raja dengan Perdana Menterinya akhirnya selesai. Raja memasang wajah seriusnya kembali dan menatap Komandan yang berada didepannya.
"Komandan. Obati Ksatria yang terluka, dan perintahkan Ksatria secara bergantian untuk mengawasi pergerakan naga itu."
"Baik, Yang Mulia." Jawab lantang Komandannya.
➖➖➖➖➖
Aku saat ini sedang beristirahat di taman setelah tadi kami berdua sarapan pagi.
Sudah dua hari berlalu semenjak kami berdua meninggalkan istana.
Saat ini Kami berada di sebuah kota pelabuhan di Kerajaan Allent.
Rencananya kami ingin beristirahat di kota ini, dan melanjutkan perjalanan ke Kerajaan selanjutnya pada hari berikutnya
Makanan di dunia ini lumayan enak, walaupun hanya kurang lengkap saja.
"Akhirnya kita akan memulai perjalanan kita ya, Tuan Putri."
"Iya. Akhirnya aku bisa melihat dunia luar setelah sekian lam_"
Mendengar sebuah kata yang menurutnya sedikit aneh membuat kerutan mulai memenuhi dahi Tuan Putri.
Apakah ada sesuatu yang salah.
"A-apakah ada yang salah denganku, Tuan Putri?"
Miku hanya menghela nafas saat pertanyaan polos ku keluar.
"Apa aku boleh bertanya kepadamu?"
"Hmm. Ya. Silakan?"
Apa yang ingin dia tanyakan. Aku tidak bisa menebaknya sama sekali.
Aku juga merasakan firasat buruk di balik pertanyaannya itu.
Mendapat persetujuan dariku membuat Miku mulai membuka mulutnya.
"Apakah Shin menerimaku?"
"Hahh."
Aku yang saat itu sedang duduk bersamanya mendadak saja terhentak dari kursi saat mendengar pertanyaannya itu.
Apa maksud pertanyaannya tadi.
Awalnya Raja berniat untuk mengumumkan pertunangan kami sebelum kami pergi, tapi aku mencegahnya untuk melakukan itu.
Raja sedikit terkejut saat aku mencegahnya, tapi dia akhirnya menyetujuinya juga setelah aku mengatakan kalau pengumuman itu akan menghambat perjalanan kami.
"Yah. Tentu saja aku menerimamu."
Setelah mendengar jawabanku. Dia tersenyum dan melontarkan pertanyaan keduanya.
"Apakah kamu benar-benar mencintaiku?"
Aku awalnya terdiam saat dia bertanya tentang itu, bukan karena aku tidak mencintainya. Tapi karena aku sendiri masih belum mengerti tentang jalan hidupku di dunia ini.
Tapi pada akhirnya aku menjawabnya dengan percaya diri.
"Tentu saja aku mencintaimu." Jawabku.
Tuan Putri mulai tersenyum saat mendengar jawaban percaya diriku.
"Kalau begitu kenapa kamu masih memanggilku Tuan Putri, Bukannya aku tidak mau dipanggil seperti itu, tapi aku adalah calon tunangan mu. Sebaiknya mulai sekarang kamu harus memanggilku dengan namaku ya, Suamiku."
"Hehh."
Untuk yang kedua kalinya aku melompat dari kursi. Tapi saat ini alasan melompat ku bukan karena keinginannya yang ingin dipanggil menggunakan namanya.
Melainkan karena kata terakhir yang keluar dari mulutnya itulah yang membuatku syok.
Warna merah dengan cepat menyebar ke seluruh wajahku setelah mendengar dia mengatakan itu.
Aku juga melihatnya sudah menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena malu juga akan perkataannya sendiri.
"Jangan memanggilku dulu dengan sebutan itu, kita bahkan belum menikah."
Bukannya aku tidak mau dia memanggilku dengan sebutan itu, Tetapi itu masih terlalu dini untukku.
Wajah merahnya langsung menghilang saat pertanyaan lain dia lontarkan padaku.
"Panggil aku Miku mulai dari sekarang!"
"Baiklah, Miku."
Sekarang yang terpampang di wajahnya itu bukanlah wajah cemberutnya lagi, melainkan senyuman tulus yang menyejukkan hati.
➖➖➖➖➖
Setelah kami saling memerah tadi pagi. Siangnya kami memutuskan untuk pergi ke hutan karena Miku ingin mengajari lebih banyak sihir kepadaku.
Tetapi sebelum itu, Miku mengatakan kepadaku untuk melihat bakat sihir apa saja yang aku miliki.
Biasanya untuk melihat bakat sihir, diperlukan sebuah batu mantra. Tetapi karena Kerajaan Allent adalah Kerajaan otonom. Mereka biasanya lebih memilih menggunakan apa yang mereka namakan sebagai kertas mantra.
Cara melihat bakat elemen dengan menggunakan batu mantra biasanya hanya di pegang dan otomatis batu itu akan menjelaskan bakat apa saja yang kita miliki.
Tetapi tidak untuk kertas mantra. Cara melihat bakat menggunakan kertas mantra agak sedikit berbeda. Respon kertas terhadap sihirlah yang menjadi penentu bakat sihir kita.
Respon kertas juga bermacam-macam tergantung dari bakatnya. Tapi secara keseluruhan, responnya akan dibagi menjadi.
Elemen api : Kertasnya Terbakar
Elemen angin : Kertasnya Terpotong
Elemen petir : Kertasnya Menyusut
Elemen air : Kertasnya Basah
Elemen tanah : Kertasnya Membatu
Elemen gelap : Kertasnya menghitam
Elemen cahaya : Kertasnya berkedip
Elemen spesial : Kertasnya bercahaya
Tapi khusus untuk bakat spesial, biasanya cahaya pada kertas juga akan diiringi dengan tulisan tentang sihir spesial apa yang kita miliki.
"Salurkan sedikit sihirmu ke kertas, dan kita akan tahu apakah kamu memiliki bakat elemen itu atau tidak. Sekarang coba kamu ambil salah satu dari kertas ini!"
Aku mengambil salah satu kertas yang ada di tangannya sesuai dengan apa yang dia perintahkan.
Pada dasarnya semua warna kertas itu sama, yang menjadi pembeda nantinya hanyalah respon kertas terhadap sihir kita.
"Baiklah. Coba kamu salurkan sedikit sihir ke kertas itu."
Saat aku menyalurkan sihir ku ke kertas yang aku pegang, kertasnya mendadak basah dan meledak seketika.
"Hahh. Apa yang barusan terjadi!?"
Kertas yang meledak itu tidak hanya mengagetkanku, melainkan Miku juga.
Dengan wajah yang menandakan kalau dia masih tidak bisa mempercayainya, dia mengatakan sesuatu padaku.
"Biasanya kertas itu hanya akan sedikit berair kalau orang itu memiliki sihir air, tetapi akan menjadi lumayan berair kalau sihirnya lumayan besar. Tatapi aku belum pernah melihat kertas itu meledak setelah seseorang menyalurkan sihirnya."
Apa-apaan kekuatan pemberian ini. Ini bukan kekuatan pemberian lagi namanya tahu.
"Apa aku boleh meminta kertas lain?"
"Ya, tentu."
Dengan otak yang masih berusaha mencernanya, dia menyerahkan kertas lain kepadaku.
"Ini kertasnya."
Saat aku mencoba menyalurkan sihir ke kertas baru, kertas itu seketika mengeluarkan api, namun pada akhirnya meledak juga.
Saat aku mencoba kertas baru lagi, kertas itu menjadi batu dan meledak.
Saat aku mencoba kertas baru lagi, kertas itu terpotong-potong sampai tidak tersisa.
Saat aku mencoba kertas baru lagi, kertasnya mengeluarkan aura putih yang sangat padat.
Saat aku mencoba kertas baru lagi, kertasnya mengeluarkan aura hitam yang sangat kental.
Dan saat aku mencoba kertas elemen terakhir, kertasnya tiba-tiba mengeluarkan petir yang sangat kuat.
"Gharghh."
Tubuhku langsung terkapar oleh serangan petir yang tiba-tiba itu. Dan disaat tubuhku masih terkapar lemas di tanah. Mendadak pikiran kalau aku akan segera bertemu lagi dengan para Dewa terlintas begitu saja.
Dan dengan begitu, mataku akhirnya tertutup karena lemas yang melanda tubuhku.
➖➖➖➖➖
Saat aku bangun, aku mendapati diriku sudah tertidur di pangkuan Miku.
Saat aku melihat sekelilingku, aku melihat bahwa wilayah latihan ku sudah hangus tak tersisa.
"Kenapa tiba-tiba bisa ada petir yang menyambar mu, Shin?"
Saat petir itu menyambar, Miku secara refleks menghindar. Tapi tidak denganku, dengan kecepatan kilat, petir itu langsung menghantam tubuhku.
"Apa kamu baik-baik saja Shin. Aku tadi sangat panik dengan keadaanmu."
Miku mengatakan itu untuk menyembunyikan kalau dia tadi melihat sihir penyembuhan ku yang sangat luar biasa saat aku disambar petir.
"Yah. Aku baik-baik saja."
Saat aku melihat Miku untuk menjawab pertanyaannya, aku melihat ekspresinya yang terlihat cemas.
"Sekarang aku sudah lumayan membaik, apakah masih ada kertas mantra yang belum aku coba?"
Aku mengatakan itu kepadanya untuk menenangkan Miku, karena keliatannya dia masih terlihat cemas terhadapku.
"Ohh. Y-ya, ada satu kertas lagi."
"Baiklah. akan aku coba."
Aku mengambil kertas itu dengan ragu-ragu karena tidak ingin lagi terjadi ledakan yang tidak perlu.
Tapi syukurlah. Kali ini kertasnya tidak meledak, melainkan hanya mengeluarkan cahaya saja.
"Ahhh. Ini terlalu menyilaukan." Gumamku sambil melepaskan kertas itu dari genggamamku.
"Apa itu tadi Miku?"
"Ohh, Y-ya. Biasanya tingkat cahaya yang kertas itu keluarkan akan tergantung dari seberapa banyak sihir spesial yang bisa kita lakukan. Tetapi setahuku belum pernah ada orang yang bisa membuat kertas itu menjadi sangat terang." Dia menjelaskan itu dengan nada kagum.
Terserahlah, aku tidak akan kaget lagi.
Tapi apa yang tidak diketahui olehku disembunyikan oleh Miku sendiri, mungkin dia merasa kalau aku sebenarnya sudah mengetahui hal tersebut.
Apa yang dia sembunyikan adalah fakta bahwa tulisan yang ada pada kertas cahaya itu adalah tulisan " Tidak berbatas."
Itu saja sudah cukup untuk membuatnya kaget.
➖➖➖➖➖
Saat ini kami berada di sebuah restoran di kota pelabuhan, kami sebenarnya berencana untuk makan siang di restoran tersebut.
"Ini adalah buku tentang sihir spesial. Aku tidak bisa menggunakannya, jadi buku ini tidak terlalu berguna untukku. Kalau kamu mau, ambillah."
Dia memberiku sebuah buku yang di dalamnya terdapat daftar sihir spesial yang diketahui.
Buku itu biasanya hanya di jual belikan oleh orang yang mau mengoleksinya saja, karena fakta kalau satu orang satu sihir spesial saja sudah membuat mereka paham akan kegunaan buku tersebut.
Saat aku mengambil buku itu dan membacanya, aku melihat beberapa mantra yang menurutku berguna kalau kita bijak menggunakannya, seperti [Slip] dan [Gate]
Dari sekian banyak sihir, hanya beberapa yang menurutku berguna.
Setelah menutup bukunya. Aku melihat Miku yang masih menatapku dengan tatapan campur aduk antara bingung dan kagum.
"Kamu luar biasa Shin. Tidak hanya bisa menggunakan semua elemen sihir yang bahkan belum ada orang di dunia ini yang bisa melakukannya, tetapi kamu juga menguasai sihir spesial." Ujarnya untuk memuji.
Aku memiliki firasat buruk dari tatapannya, aku yakin dia pasti akan menanyakan sesuatu yang aneh lagi.
"Shin, Siapa kamu sebenarnya?"
"Mhughh."
Aku tersedak makananku sendiri saat mendengar pertanyaan yang dia lontarkan.
Setelah aku meminum air, aku menatap Miku untuk mengkonfirmasikan sesuatu.
"Kalau tidak keberatan, bisa kamu ulangi lagi pertanyaannya?"
"A-aku tadi bertanya tentang siapa kamu sebenarnya, Shin?"
"Hmm. Okelah."
Aku pura-pura mengerti dengan pertanyaannya, tapi sebenarnya yang aku pikirkan itu adalah cara untuk menjelaskan kepadanya.
"Apa ada yang salah dengan pertanyaan ku?" Tanya Miku dengan gugup.
Bagaimana caraku untuk memberitahunya kalau aku berasal dari dunia lain.
Tunggu-tunggu, apa aku oleh memberitahunya tentang identitas asliku. Dewa juga tidak memberitahukan aku tentang itu.
"Ahh. Tidak-tidak. Tidak ada yang salah dari pertanyaan mu. Aku yang sebenarnya ya. Hmmm. Aku sebenarnya adalah."
Layaknya sebuah layar drama, Miku mendekatkan wajahnya ke arahku sambil menunggu jawaban dariku.
"Aku hanyalah seorang pengembara."
"Hehhh."
Wajah kecewa Miku membuatku sedikit tertawa, itu mungkin akan menjadi hiburan tersendiri untukku.
"Baiklah." Balasnya dengan lemah.
Akan aku beritahu suatu hari nanti
Percakapan kami hari itupun berakhir dan kami berdua kembali lagi ke penginapan untuk bersiap-siap karena besok kami akan mulai berangkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
kenta jaya
ok/Sleep/
2024-06-14
0
Fuji Fuji
bru juga brtemu beberapa kali udah jatu cinta aja hadeh
2023-03-21
0