Heavenly Magician
Perkenalkan namaku Tatsuya Shin. Seorang siswa biasa berumur enam belas tahun yang bersekolah di SMA Hidoshi.
Rambut hitam, perawakan sedang, wajah biasa, bakat tidak banyak, dan juga aku tidak populer di kalangan para gadis adalah ciri-ciri yang mendasariku. Temanku juga sedikit karena aku berpikir terlalu banyak teman itu sedikit menyusahkan.
Keluargaku juga bukan keluarga kaya, ayahku pengusaha properti sementara ibuku hanya ibu rumah tangga biasa, aku juga hanya anak pertama dari keluarga biasa yang mencoba menjalani kehidupan biasa.
Namun tragisnya aku malah meninggal secara tragis disaat keluargaku masih berada di dalam kesulitan. Kematianku membuat mereka semua trauma berat, bahkan ibuku sampai masuk rumah sakit akibat syok.
➖➖➖➖➖
Aku terbangun, berbaring telentang sambil melihat langit yang berawan. Hembusan angin yang diiringi kicauan burung juga menambah ketenangan hatiku.
Aku mencoba mengumpulkan tenagaku untuk duduk, dan setelah berhasil, aku menatap sekeliling hanya untuk menyadari kalau aku sekarang sedang berada di atas awan.
Sejauh mataku memandang, yang aku lihat hanya lautan awan putih. Aku tidak bisa mengutarakan kebingunganku saat menatap lautan awan tersebut, jadi aku memilih untuk diam.
Dan disaat mataku masih tertuju ke awan tersebut, ternyata aku melewatkan sesuatu.
Tepat di depanku, tiba-tiba saja ada seorang kakek tua yang tengah duduk dengan santainya sambil menyeruput teh.
"Apa kamu sudah puas kagetnya?"
Hanya itu yang dia katakan saat menatapku yang baru menyadari keberadaannya.
"Ini dimana?"
Kakek tersebut meletakkan kembali cangkir yang dia pegang, dan menatapku.
"Menurutmu ini dimana?"
"Ehh."
Tunggu-tunggu. Kenapa pertanyaan ku malah dilontarkan kembali.
Melihat kebingunganku membuat kakek itu tertawa. Aku yang melihatnya tertawa hanya dapat diam tanpa merespon.
"Akan aku jelaskan. Tempat kita berada saat ini disebut alam Dewa."
"Alam Dewa?"
Alam Dewa. Jawaban konyol macam apa itu.
"Ini bukan jawaban konyol. Itu memang benar, ini adalah alam para Dewa."
Seakan dia berhasil membaca pikiranku, dengan mudahnya dia membantah dan memperbaiki apa yang sedang aku pikirkan.
"Tunggu. Kalau benar ini alam Dewa, apa artinya aku sudah mati?"
"Hmm. Itu benar."
Aku mencoba untuk membantah perkataan kakek tua tersebut, tapi langkahku dihentikan saat aku melihat tubuhku yang sedikit transparan.
Setelah mendapatkan kebenaran yang tak terduga, aku hanya dapat mempercayai kalau aku saat ini benar-benar sudah meninggal.
"Jadi, siapa kakek dan kenapa aku berada disini?"
"Maaf, sepertinya aku belum memperkenalkan diriku. Perkenalkan aku adalah Dewa Semesta. Dewa yang mengatur sebuah semesta."
"Dewa Semesta ya."
Merasa kalau aku masih belum bisa menerima apapun yang dia katakan, jadi untuk sekarang aku hanya memilih untuk mendengarkannya.
Kakek itu sepertinya juga sudah tahu ekspresi apa yang akan aku keluarkan, jadi dia hanya dapat tersenyum.
"Dan, mengenai alasan kenapa kamu bisa berada disini, itu karena aku. Aku yang membunuhmu, jadi aku merasa bersalah."
"Membunuhku. Apa maksudmu?"
"Kamu mati karena petir dari Dewa yang berada di bawah perintahku saat itu."
"Petir? Tung_"
"Apakah dia manusia yang tidak mati itu?"
Ketika aku akan bertanya kembali. Mendadak saja aku mendengar suara dari kejauhan.
Saat berusaha untuk mencarinya, aku menemukan kalau suara tersebut berasal dari seorang wanita berusia dua puluhan. Dia memakai jubah berwarna ungu dan topi kerucut di kepalanya.
"Iya Dewi Sihir, namanya Tatsuya Shin."
Aku yang masih memikirkan tentang identitas wanita yang baru saja berjalan ke arahku ini langsung kaget setelah mendengar perkataan si kakek.
"Kenapa kamu bisa tahu namaku?"
"Aku sudah mengatakannya bukan, aku adalah Dewa Semesta, Tentu saja aku
tahu semua tentangmu."
Mengetahui kalau aku sudah mati saja sudah membuatku takut, dan sekarang, dia mengetahui semuanya.
Hahh. Selamat tinggal privasi ku.
Dan untuk yang kedua kalinya, kakek tersebut tersenyum lembut. Tapi sekarang aku tahu apa maksud dari senyumannya itu. Dia pasti mengetahui apa yang aku pikirkan atau itulah yang dapat aku asumsikan.
"Perkenalkan, aku adalah Dewi Sihir." Ujarnya dengan anggun.
"Aku Tatsuya Shin. Apa anda ben_"
"Apakah kamu yang bernama Shin. Saat aku mengetahui kalau kamu terbunuh, aku tidak bisa menahan tawa."
"Hah!?"
Suara lain tiba-tiba saja terdengar oleh telingaku. Tapi sekarang suaranya bukan berasal dari kejauhan, melainkan berasal tepat dari sampingku.
"Kamu siapa?"
"Kaget mu berlebihan. Aku ini bukan hantu. Perkenalkan, Aku adalah Dewi Cinta. Senang bertemu denganmu, Shin."
Umurnya terlihat sama dengan wanita yang menyebut dirinya Dewi Sihir, tapi perbedaan yang mencolok disini adalah warna rambut.
Warna rambut wanita yang muncul tiba-tiba ini agak condong ke merah muda, tetapi Dewi sihir lebih ke ungu.
"Apa maksudmu tertawa setelah mendengar kematian ku. Apa kamu kira lucu saat aku terbunuh oleh petir nyasar."
"Aku tertawa bukan karena kamu terbunuh oleh petir, tapi karena kejadian setelah itu."
Apa maksudmu.
"Saat kamu melamun karena seorang gadis. Sebuah petir tiba-tiba saja menyambar di depanmu. Secara reflek kamu akan menghindar kan?"
"Hmm."
"Ya, memang benar kalau kamu menghindar sih. Tapi setelah menghindar itu yang membuatku tertawa."
"Apa yg terjadi setelah itu?"
Aku semakin tak sabar dengan apa yang dia katakan. Tapi setelah melihat ekspresi kedua Dewa lainnya, itu membuatku sedikit mengetahuinya.
"Kamu tersandung batu dan kepalamu terbentur tembok pagar rumah."
"Tersandung dan terbentur."
Itu sedikit mencurigakan, masa karena terbentur tembok sampai membuatku meninggal.
"Terbentur sesuatu itu memang biasa. Masalahnya adalah setelah terbentur itu, kamu langsung tidak sadarkan diri."
"Apa yang terjadi setelah itu?"
"Orang-orang membawamu ke rumah sakit, tapi nyawamu tidak bisa diselamatkan."
"Tidak mungkin." Ujar ku dengan wajah tegang.
Entah karena akunya yang kaget, atau akunya yang terlalu banyak nonton drama sampai-sampai bisa bereaksi seperti itu.
"Ya. Walaupun itu hanya terbentur. Tapi pada akhirnya malah membuat pendarahan di otakmu."
"Apa-apaan itu."
Aku mundur sedikit setelah mendengar perkataan gadis itu.
Pendarahan karena terbentur tembok. Seberapa keras kepalaku terbentur sih.
Ahhh. Rasanya aku mau mati aja sekali lagi.
Di saat aku masih sedikit kesal setelah mendengar penyebab kematian ku. Kakek yang ada di depanku sepertinya menyadari perasaanku.
"Karena alasan itulah aku berniat memberimu kehidupan yang kedua."
"Aku paham. Terima kasih."
Hmm. Kehidupan kedua ya. Rasanya kayak di dongeng.
Ya, berbicara dengan orang yang menyebut dirinya Dewa semesta saja sudah seperti dongeng buatku.
"Baiklah, karena kamu tidak keberatan. Aku akan menghidupkan mu kembali, dan sebagai bonus. Aku akan mengabulkan sebuah permintaanmu."
"Permintaan. Hmmm. Aku hanya ingin katana yang ada di rumah ku."
Memang benar kalau permintaan yang aku berikan terbilang sangat sederhana. Aku bisa saja meminta kekayaan ataupun kekuatan. Tetapi itu tidak ada gunanya untukku sekarang.
Bagaimanapun katana yang aku inginkan itu merupakan peninggalan dari almarhum ayahku.
"Hanya itu permintaanmu?"
"Benar."
"Baiklah. Aku akan mengabulkannya. Tapi mungkin saja katana mu akan sedikit berubah karena pengaruh sihir."
"Sihir. Apakah itu dunia sihir?"
"Yah. Memang benar kalau itu adalah dunia sihir. Mungkin kamu tidak percaya, tetapi dunia yang ada di semesta ini jauh lebih beragam dari yang kamu kira, nak."
Sihir. Memang, ini sudah sangat mirip dengan dunia fantasi di dalam game ataupun novel.
Bisa saja akan ada Perang Dunia antara senjata dengan sihir kalau sihir tiba-tiba saja ada di bumi.
Mengabaikan ketika aku berpikir, kakek tersebut kembali membuka mulutnya.
"Akan aku tanya Sekali lagi. Apakah kamu bersedia untuk dihidupkan kembali?"
Sekarang pertanyaan seriusnya keluar dari mulut kakek tersebut. Aku hanya dapat memandang ketiga Dewa yang ada di sekitarku sebelum memberikan jawaban.
"Terima kasih atas pengertiannya. Aku bersedia untuk dihidupkan kembali."
"Aku yang seharusnya berterima kasih." Balas kakek tersebut.
"Aku sekarang lumayan tertarik padamu Shin. Aku yakin kamu akan bahagia di dunia barumu."
"Aku juga setuju. Aku merasakan kalau kamu akan memiliki banyak orang yang menyayangimu di sana."
Dewi Sihir dan Dewi Cinta melontarkan pujian kepadaku, itu membuatku senang.
"Oh iya aku lupa, anakku. Aku juga akan memberikanmu sesuatu, tetapi tidak sekarang."
"Apa itu?"
"Hahahah. Jangan terlalu memikirkannya. Nikmati saja hidupmu di sana."
"Ohhh. Baiklah."
Kalau seperti itu, aku tidak usah memikirkannya sekarang.
"Persiapannya selesai. Sepertinya sekarang sudah waktunya, Shin."
"Untuk apa?"
Saat aku menanyakan apa maksud dari perkataan Kakek tersebut. Tiba-tiba saja, cahaya putih keemasan mulai menyelimuti tubuhku. Aku yang kaget hanya dapat menatap ketiga Dewa dalam diam.
Saat ditatap, ketiga Dewa hanya tersenyum lembut ke arahku. Itu membuatku tersadar kalau arti dari senyumannya itu adalah bahwa aku akan segera dikirim ke dunia baru.
"Terima kasih banyak atas bantuannya. Aku sangat menghargainya, Semoga kita dapat bertemu Lagi Dewa Semesta, Dewi Sihir, Dewi Cinta."
Aku Melambaikan tanganku ke arah mereka dan mereka membalasnya pula dengan lambaian tangan mereka sambil tersenyum ke arahku.
"Iya Shin. Kuharap kita dapat bertemu lagi."
"Sampai jumpa. Aku percaya kamu pasti akan bahagia di sana."
"Cepat atau lambat kita akan bertemu lagi. Nikmati saja hidupmu di sana. Aku akan mengawasi mu dari sini, semoga kamu beruntung, anakku."
Aku tersenyum kearah mereka dan perlahan tubuhku mulai menghilang dari alam Dewa tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
kenta jaya
yuk /Sleep/
2024-06-13
0
Gintaka
sungguh klise sekali
2022-11-25
0
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
wuih fantasi 5 ♥️♥️♥️♥️♥️
2022-09-21
0