Setelah kejadian yang mengejutkan keluarga Kerajaan itu, aku diundang untuk bertemu oleh Raja.
Untuk Penyihir itu sendiri, dia pasti akan mendapatkan hukuman yang berat atas kejahatannya.
Tapi diantara semua masalah itu, tidak ada yang menarik bagiku. Tapi sekarang, entah kenapa aku penasaran kenapa aku dipanggil kesini oleh Raja.
"Ucapan terima kasihku saja tidak akan cukup untuk membalas semua kebaikan yang telah kamu berikan kepada kami."
"Tidak hanya menyelamatkan Sora dari penculikan, kamu juga menyembuhkan Miku yang sudah satu tahun terbaring di tempat tidur."
"Dan juga, setelah Oiko di interogasi, ternyata kejahatannya mendapat dukungan dari Kelompok Golden."
Golden. Akan ku ingat nama itu.
"Bahkan sekarang saya tidak punya alasan lagi untuk tidak memberimu hadiah. Kalau kamu bersedia, saya akan memberimu gelar bangsawan sebagai hadiahnya."
"Mguurrh......"
Aku yang sedang tenang sambil menyeruput teh langsung diguncang oleh perkataannya, dan akibatnya dari perkataannya itu, teh yang tengah mengalir di tenggorokanku mendadak naik lagi ke atas dan keluar begitu saja.
"Hah. Gelar bangsawan!?"
Woi-woi. Bercanda mu sudah keterlaluan bung. Mustahil kan aku yang baru tiba di dunia ini langsung jadi bangsawan.
"Aku menghargai hadiah itu, tapi aku benar-benar tidak menginginkan hadiah."
Mendengar jawabanku membuat Raja meletakkan tehnya kembali ke atas meja dan melipat tangannya sambil berkata.
"Sudah kuduga kalau kamu akan menolaknya, mau bagaimana lagi. Tapi saya tidak bisa membiarkan orang yang berjasa seperti itu pergi dengan tangan kosong."
"Heh."
Raja kemudian mengangkat tangan kanannya, dan kemudian pelayan yang berdiri dibelakangnya pun berjalan mendekati kami.
Dia sedikit membungkuk saat menyerahkan sebuah kotak kepada Rajanya, Raja mengambil kotak itu dan meletakkannya di atas meja.
"Apa ini?" Tanyaku saat melihat kotak itu diletakkan.
Warnanya hitam dengan ukiran mencolok berwarna emas, melihat itu saja membuatku tidak bisa mengira-ngira isinya.
Tanpa mempedulikan pertanyaan ku, Raja itu membuka kotak tersebut. Disaat kotak itu terbuka, aku melihat sebuah kalung perak dengan gradasi emas di beberapa bagian.
Aku hanya dapat terdiam saat melihat harta tersebut.
Apa yang membuatku berpikir kalau kalung itu merupakan benda yang tak ternilai adalah karena liontin kalungnya yang berbentuk seperti apa yang pernah aku lihat sebelumnya.
"Ini adalah medali Keluarga Kerajaan."
Sudah kuduga.
Yang menjadi liontin dari kalung tersebut adalah logo Kerajaan Allent itu sendiri.
"Ini adalah kalung keluarga Kerajaan Allent. Saat ini yang menggunakan kalung ini hanya ada lima orang di Kerajaan."
Raja mengatakan itu sambil menarik keluar kalung yang dia kenakan. Bentuknya sama persis dengan kalung yang ada di dalam kotak.
"Apa hanya keluarga anda saja yang memilikinya?"
"Ya. Kamu benar. Dan sekarang kamu akan menjadi pemilik kalung yang ke enam di Kerajaan."
Aku mengambil medali itu dengan sangat hati-hati, karena aku tahu kalau ini adalah benda yang berharga bagi Kerajaan.
Saat memegangnya dengan tanganku sendiri, yang aku pikirkan hanyalah cara supaya aku bisa menjaganya. Bukan karena aku suka, tetapi aku memikirkan akibat kalau aku menghilangkan kalung keenam yang berharga ini.
'Mungkin saja aku akan dipenggal oleh Raja.' Itu yang aku pikirkan.
➖➖➖➖➖
Setelah penyerahan kalung keenam berlangsung, aku tidak bisa berbohong kalau aku tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan oleh kalung tersebut.
Dengan perasaan yang masih kacau. Aku memilih untuk sedikit berkeliling di sekitaran istana untuk menjernihkan pikiranku.
Namun di tengah-tangah pembersihan pikiranku, aku merasakan tatapan dari sekitarku. Atas alasan tertentu, aku merasa kalau aku sedang dibuntuti.
Dengan sedikit bantuan sihir, aku berhasil menemukan pelaku yang membuntuti ku dari tadi.
Di sana ya.
Mengabaikan posisi pelaku, aku hanya berjalan beberapa langkah ke depan dan menghilang dalam sekejap.
"Hah. Kemana dia pergi?"
"Apa kamu sedang mencari ku?"
"Hahh!?"
Dengan wajah syok akan kemunculan tiba-tiba ku, pelaku yang tak lain adalah Putri pertama tersandung dan akhirnya terjatuh ke lantai.
Tapi itu tidak berjalan baik, disaat aku ingin membantunya, dia malah berdiri dengan cepat dan berlari meninggalkanku.
Wajahku hanya dapat menunjukkan tanda tanya besar akan apa yang terjadi. Tapi, belum selesai memikirkan hal itu, sesuatu yang tak terduga terjadi lagi.
"Hai, Shin."
"Siapa kamu?"
Aku memperhatikan di sekeliling ku, tapi tidak ada siapapun yang memanggil.
"Kemana kamu melihat, aku disini, didalam pikiranmu."
"Pikiran? Apa kamu Dewi?"
"Tepat. Bukannya kita belum lama ini bertemu, kenapa kamu sudah melupakanku. Aku ini Dewi yang duduk di sampingmu waktu kamu di alam Dewa."
"Sampingku?"
Seingat ku yang duduk di samping ku itu hanya Dewi Sihir dan Dewi yang seenak jidatnya saja. Tapi tidak mungkin Dewi Sihir akan melakukan hal seperti ini.
Dia juga pelaku yang tiba-tiba bicara di pikiranku.
"Kamu memang benar, tapi aku dengar apa yang kamu pikirkan, tahu."
"Maaf. Aku keceplosan. Hehehe."
"Hmmm."
Aku tahu dari suaranya saja kalau dia sedang marah, tapi aku tidak berani mengatakan itu kepadanya.
"Jadi ada apa menghubungiku?"
"Tidak ada, aku hanya ingin mengatakan kalau gadis yang kamu temui barusan, sepertinya dia sedang jatuh cinta."
"Jatuh cinta."
"Ya, begitulah. Kalau begitu, aku pamit dulu."
Pesan telepati ku dengannya tiba-tiba saja terputus.
Sama sekali tidak jelas tujuannya mengatakan itu, tapi sikap sembrono nya memang masih membuatku kesal.
➖➖➖➖➖
Hari terakhirku di Kerajaan telah tiba. Satu minggu sudah aku pakai untuk beristirahat sambil memahami sedikit tentang dunia ini.
Tapi itu saja tidak cukup, aku ingin lebih mengenalnya, jadi aku memutuskan untuk berpindah tempat.
Raja beserta keluarganya juga memberiku dukungan. Mereka bahkan saat ini mengundangku untuk jamuan teh terakhir.
"Terima kasih banyak atas bantuannya selama ini, Shin." Ujar Raja.
"Tidak. Aku yang berterima kasih karena sudah dibantu sejauh ini."
Di samping semua ini. Pengumuman hukuman Oiko sudah diumumkan, dia akan mendapat hukuman penjara sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Apapun hukumannya, Itu bukan lagi urusanku.
"Apakah kamu benar-benar akan pergi Shin?" Tanya Sora dengan wajah sedih.
"Aku ingin mencoba untuk berkelana. Kamu disini juga memiliki orang-orang yang baik kan, jadi itu akan baik-baik saja?"
"Y-ya. Tapi. Apa kamu akan kembali lagi kesini?"
"Pasti. Kerajaan ini sangat indah. Kalau ada waktu lagi, aku akan kembali lagi kesini."
Aku mengatakan itu dengan percaya diri, tapi aku bahkan tidak tahu berapa lama aku akan bepergian.
Miku yang duduk di sampingku juga terus menatapku tanpa bersuara. Itu membuatku penasaran tentang apa yang sedang dia pikirkan saat ini.
Setelah dia puas menatapku dengan mata serius, Miku mendadak berdiri dan langsung menatap kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu. Aku sudah memikirkannya, dan sekarang aku juga sudah memutuskannya."
Pembicaraan antara orang tua dan anak ini membuatku sedikit canggung. Dengan sikap acuh tak acuh, aku hanya mengambil cangkir tehku dan menyeruputnya dengan tenang.
"Seharusnya aku sudah menikah satu tahun yang lalu. Tapi karena penyakit ini, aku jadi tidak bisa melakukan apapun. Dan sekarang berkat Shin, aku sudah sembuh dari penyakit ku, jadi aku."
Ruangan menjadi hening saat jeda dari perkataan Miku terjadi. Yang terdengar tengah-tengah keheningan itu hanyalah suara saat Raja menelan ludahnya.
Suara saat aku menyeruput teh juga terdengar dengan jelas, dan saat suara Miku kembali lagi ke dalam ruangan tersebut.
"Ayah. Aku ingin menikah denganShin."
"Mruugh......"
Sama persis saat kejadian beberapa hari yang lalu, teh yang tengah menanti untuk diminum mendadak saja keluar.
"Apa maksudnya tadi Tuan Putri?"
Apa yang sebenarnya tadi aku dengarkan darinya.
"Apa alasanmu, Putriku?" Tanya Raja dengan wajah serius.
"Hmm. Saat aku pertama kali membuka mataku dan melihat Shin. Aku merasa kalau melihat sesosok Dewa tepat di hadapanku. Entah kenapa aku juga merasa sangat nyaman saat berada di sekitarnya, dan tanpa kusadari aku telah jatuh cinta padanya."
Miku mengatakan itu dengan wajah yang mulai memerah, perasaanku juga mengatakan kalau aku melihat sekilas asap saat dia sedang berbicara.
Tunggu-tunggu. Bukannya ini terlalu klise, hah. Dia ditolong oleh protagonis dan akibat dari pertolongan itu adalah tumbuhnya rasa suka ataupun cinta dari si cewek ke protagonisnya.
Woi, kalian. Ini bukan drama romantis kan.
"Baiklah. Kalau memang itu keputusanmu, ayah akan mendukungmu."
Woi-woi.
"Kurasa kita harus merayakan berita yang membahagiakan ini."
Berhenti.
Raja dan Ratu menyetujui keputusan anaknya itu dengan mudahnya, tapi keputusan mereka itu yang malah membuatku lebih depresi.
"Tunggu sebentar. Kenapa jadi seperti ini. Kalian bahkan belum mengenalku bukan?"
Aku dengan cepat berdiri untuk membantah perkataan Raja dan Ratu tadi.
"Kami mempunyai alasan tertentu untuk menyetujui itu."
"Apa alasannya?"
"Dari beberapa hari yang lalu, aku dan istriku sudah membicarakan tentang pernikahan antara Miku denganmu. Tapi aku sekarang kaget saat Miku sendirilah yang mengatakannya." Kata Raja.
Jadi sudah direncanakan ya. Bukan itu yang harus dipikirkan saat ini.
"Dan juga, Miku itu sebenarnya memiliki sihir spesial yang dapat melihat sifat asli seseorang. Dia mungkin melihat kalau kamu adalah orang yang baik, karena itu dia berani mengatakan hal itu."
Perkataan Raja memancingku untuk melihat Miku yang duduk di samping ku, dan sama seperti sebelumnya, dia masih memerah di sekitaran wajahnya.
"Tapi itu terlalu mendadak, aku juga baru enam belas tahun."
"Itu bukan masalah. Bangsawan memang biasanya menikah di umur muda. Saya saja bertunangan dengan istriku saat berumur lima belas tahun." Katanya sambil menatap istrinya yang duduk di sebelahnya.
Aku kembali duduk dan menghela nafas panjang sambil memikirkan mimpi seperti apa yang aku alami sebelum mati.
Tepat saat aku memikirkan hal tersebut, aku merasakan ada hawa dingin dari sampingku. Dan saat aku mencari sumber dari hawa itu, aku menyadari kalau hawa itu bersumber dari Putri pertama yang mulai menangis.
"Apa kamu tidak menyukaiku?" Katanya dengan air mata.
Apa yang harus aku lakukan, apa tidak apa-apa aku bertunangan dengan Putri pertama.
"Tidak-tidak. Aku menyukaimu kok." Jawabku.
"Kalau begitu tidak ada masalah kan."
Wajah Gadis itu langsung berubah seketika saat mendengar jawabanku.
Entah karena alasan apa, aku merasa baru saja ditipu oleh wajah gadis yang duduk di sampingku ini.
Bagaimana sekarang.
"Apa itu tidak bisa dibatalkan?"
Aku bertanya dengan nada yang mulai pasrah. Tapi jawaban yang aku dapatkan hanyalah kata "Tidak bisa."
"Atau begini saja."
Sebuah saran tiba-tiba saja masuk, saran itu datang langsung dari Pangeran Mahkota. Aku yang melihat harapan dengan cepat menatap Pangeran.
"Bagaimana kalau kita buat saja masa percobaan."
"Percobaan?" Tanyaku.
"Iya. Nanti Shin akan mencoba menjadi tunangan Miku untuk sementara waktu, kalau Shin tetap merasa tidak cocok, kami akan menyerah."
"Itu saran yang bagus, Putraku."
"Bagaimana Shin?"
Pangeran mulai menatapku dengan ekspresi puas dengan saran yang dia berikan.
Ya. Mungkin itu pilihan terbaik untuk saat ini. Aku juga bisa menolaknya saat aku merasa tidak bisa melakukannya.
"Baiklah. Aku akan mencobanya."
Senyum bahagia mulai keluar dari wajah semua orang yang ada di ruangan tersebut.
Bahkan aku dapat melihat ekspresi Raja yang terus menatap ke atas dengan tangan yang berayun-rayun tanpa arah.
Woi. Aku bahkan belum menyetujuinya, bagaimana mungkin kamu sudah memikirkan cucu, hah.
Mengabaikan Raja, aku kembali menatap Putri.
"Oh ya. Umur Tuan Putri saat ini berapa?"
"Umurku sekarang delapan belas tahun."
"Hmm."
Delapan belas ya. Dua tahun lebih tua dariku.
"Apa kamu tidak menyukaiku karena aku lebih tua darimu?"
"Bukan seperti itu, aku hanya penasaran saja."
"Syukurlah." Ujar Putri.
"Tapi apa tidak masalah untuk Putri menikah dengan seorang rakyat biasa sepertiku?"
"Aku sama sekali tidak keberatan. Karena itulah aku mengatakannya sendiri kepada ayah dan ibu."
Putri yang berani.
➖➖➖➖➖
Pagi besoknya. Aku, Raja, Ratu, Pangeran Mahkota, Putri pertama dan Putri kedua saat ini sedang berkumpul di gerbang istana.
Miku memeluk erat mereka berempat, dan itu membuatku merasa bersalah karena aku seakan telah membawa lari Miku dari mereka.
"Ayah, ibu. Aku pamit dulu, jaga diri kalian baik-baik."
Miku yang masih menangis mengatakan kalimat perpisahan itu kepada keluarganya.
"Kamu juga jaga dirimu baik-baik."
"Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan."
"Sepertinya kamu telah menemukan orang yang akan membuatmu bahagia."
"Jangan lupa sering-sering ke sini, Kak."
Raja, Ratu, Pangeran Mahkota dan Putri kedua mengungkapkan isi hati mereka kepada Miku. Itu membuatku sedikit senang.
Melihat keluarga mereka membuatku mengingat tentang keluargaku sendiri, semoga saja mereka baik-baik saja setelah kematian ku.
Aku juga berharap, semoga orang tuaku tidak mengacak-acak kamarku dan menemukan apa yang seharusnya tidak mereka temukan.
Diam-diam aku berdoa semoga saja keluargaku baik dan bahagia selalu.
Kami akhirnya berangkat. Miku melambaikan tangannya ke arah keluarganya dan itu dibalas pula oleh keluarganya dengan ekspresi bahagia setelah melepas salah satu anggota keluarga mereka ke dunia luar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
kenta jaya
yuk.. mulaii.. /Determined//Sleep/
2024-06-13
0
Andi AL
ceritanya hampir mirip ama isekai WA smart phone
2023-10-11
0
Fa Ruq
bukannya dia anak tunggal?
2023-07-13
0