Perawan Tua Istri Sang Duda
“Sya, bangun, sudah azan subuh ini. Ayo bangunlah nanti terlambat sholat,” ucap Napik membangunkan Syarah.
“Hmm iya sebentar, Pik, kepalaku pusing sekali tadi baru tidur jam 2 pagi,” jawab Syarah.
Syarah yang sebenarnya masih malas bangun namun tetap memaksakan diri untuk segera beranjak mengambil wudu. Semalaman Syarah harus bergadang. Ini semua karena besok dia harus meninggalkan indekos yang sudah dia tempati selama kurang lebih 2 tahun.
Bukan waktu yang lama bagi seorang anak indekos menempati dalam waktu 2 tahun. Hal ini karena Syarah sudah tiga kali pindah indekos dengan berbagai alasan ke orang tuanya. Awal Syarah meminta pindah indekos, orang tuanya melarang dan menolak mentah-mentah rencana Syarah ini dengan alasan kalau dia sering pindah disamakan dengan kucing.
Karena kucing sering berpindah-pindah rumah. Kebanyakan kucing jarang sekali tinggal di sebuah rumah dalam waktu lama. Seribu satu cara dan bujuk rayu Syarah lakukan akhirnya mereka pun luluh.
Sebenarnya mereka hanya tidak tega bila Syarah pindah indekos. Pindah indekos akan membutuhkan banyak tenaga untuk pindahan. Sedangkan orang tua Syarah tidak dapat membantu karena memang jarak rumah orang tua Syarah dengan tempat Syarah menempuh pendidikan terbilang cukup jauh.
*****
Setelah semalaman berkutat dengan segala barang untuk dibawa pulang orang tua Syarah nanti dan menunaikan sholat subuh. Syarah mulai mengecek kembali apakah ada barang yang belum terkemas atau tidak. Setelah dirasa sudah siap angkut semua, Syarah melihat cahaya pagi matahari mulai masuk ke dalam kamar indekosnya ini.
Kamar ini dapat terbilang cukup luas baginya yang terbiasa hidup sederhana. Kamar yang menjadi saksi bisu segala perjuangan Syarah dalam menuntaskan ujiannya sebagai mahasiswa. Selain itu kamar ini menjadi tempat Syarah mengeluarkan keluh kesah, tangis dan tawa bahagia atas pencapaian yang diraihnya.
Tiada yang istimewa dari kamar berukuran tiga meter ini karena memang Syarah bukan orang yang pandai dalam menata ruang dan memilah barang. Namun menyimpan kenangan yang cukup dikenangnya dengan teman-temannya. Syarah membuka jendela yang membuat cahaya dan udara dingin pagi memasuki kamar. Menarik napas dan mengambil udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi rongga udara dengan udara bersih di pagi hari sebelum banyaknya pengendara memadati jalanan kota.
“Sya, kamu sudah membereskan semua barang-barangmu dan memastikan tidak ada yang tertinggal, bukan?” tanya Napik.
Napik adalah teman satu indekos Syarah dari awal mereka menjadi mahasiswa yang merantau di kota tempat mereka menempuh pendidikan kini hingga mendapat gelar. Mereka dekat karena berasal dari kota kelahiran yang sama dan satu SMA namun mereka tidak saling mengenal sebab Syarah berada di kelas IPA dan Napik kelas IPS. Saat mereka kuliah baru saling kenal dan bersahabat hingga mereka sama-sama akan menuntaskan kewajiban mereka disini. Napik yang selalu menolong Syarah, mendengar keluh kesah di setiap perjalanan hidup Syarah juga selalu mendukung setiap langkah yang ingin diambil.
“Sepertinya sudah aku kemas semua, Pik, kalau memang ada yang tertinggal pastinya kenangan,” jawab Syarah sambil tertawa.
“Baguslah kalau begitu, nanti kalau memang ada barang yang tertinggal segera kabari saja aku. Ini aku ada sesuatu untukmu, ini memang tidak seberapa namun aku ingin memberikannya sebagai hadiah atas kelulusanmu. Doaku semoga kamu sukses kedepannya, diberi nikmat sehat dan rezeki yang berkah. Tak lupa semoga didekatkan dengan jodohmu, kuharap dia segera menemuimu biar kamu tidak merana setiap waktu, kemana pun selalu sendiri,” ucap Napik sambil terkikik geli mengingat setiap Syarah pergi hampir selalu sendiri berbeda dengan Napik yang memiliki kekasih setia dan sangat menyayanginya.
“Amin, doa baik berbalik juga padamu. Iya sayang, semoga Tuhan segera mendekatkan jodohku, kalau terlalu lama disembunyikan takutnya lupa memberikannya padaku. Terima kasih atas hadiahnya. Ngomong-omong kapan jadwal sidangmu keluar, Pik?” tanya Syarah.
“Senin depan aku sidang, tapi dosen sidangnya kurasa baik jadi tidak perlu pusing-pusing sepertimu yang harus menghadapi dosen mengerikan,” jawab Napik dengan penuh percaya diri.
Saat Syarah ingin membuka hadiah dari Napik tapi Napik mencegah. Napik bilang hadiah ini baru boleh dibuka setelah Syarah mulai menempati tempat barunya nanti. Sedang asyik bercerita dengan Napik telepon Syarah berbunyi tanda panggilan masuk.
“Halo, Assalamualaikum, Dek, kamu sudah bangun belum? Ini ibuk sudah sampai Solo mau sarapan dulu, soalnya keponakan kamu sudah lapar, kamu beli sarapan dulu dengan Napik,” kata ibu Syarah.
“Waalaikumsalam, Buk, Syarah sudah bangun ini, iya tidak apa-apa kalau mau sarapan terlebih dahulu. Syarah akan beli sarapan dengan Napik jam enam nanti,” jawab Syarah.
Ibu Syarah mengabari bahwa beliau dan rombongan keluarganya sudah sampai di Solo yang artinya tidak lama lagi mereka sampai di tempat Syarah berada saat ini. Setelah mengabari keberadaan rombongan, Syarah bergegas mencari sarapan dengan Napik dengan menggunakan motor kesayangannya.
*****
“Assalamualaikum!” seru ibu Syarah.
“Waalaikumsalam, mari silahkan masuk, Bu. Syarah ada di kamarnya, sudah mulai make up, mari saya antar,” jawab Napik.
Sekitar pukul 9 pagi, keluarga Syarah telah sampai di indekos dengan selamat dan tepat waktu perkiraan. Mereka berangkat dari rumah pukul setengah 4 pagi menggunakan 2 mobil milik orang tua Syarah dan milik kakak ipar Syarah. Untungnya perjalanan mereka lancar dan tidak ada kendala, sehingga bisa tiba sesuai perkiraan karena wisuda akan dilaksanakan pukul satu siang.
“Dek, mbak tidurin Alena disini ya, kasihan sepertinya sedikit kelelahan karena perjalanan jauh,” ucap kakak perempuan Syarah yang sekaligus kakak satu-satunya.
Rayana, Syarah panggil dia mbak Raya, usianya kini 26 tahun dengan seorang anak yang masih bayi bernama, Alena. Syarah merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, selain kakak. Selain memiliki kakak, Syarah juga memiliki adik perempuan.
Rasyena Igna, saat ini dia berumur 13 tahun. Adik Syarah tidak dapat menghadiri wisuda Syarah hari ini karena adiknya sedang menempuh pendidikan di sebuah Pondok Pesantren besar di Jawa Timur.
“Selamat atas kelulusanmu ya, Dek, semoga ilmu yang kamu peroleh dapat berguna di masa depanmu dan bisa kamu terapkan sesuai cita-citamu dulu. Aku ada sesuatu buat kamu, sebenarnya ini ingin aku berikan saat ulang tahunmu, tapi lebih baik aku berikan saat ini semoga kamu suka ya, Dek,” ucap Raya dengan memeluk Syarah
“Terima kasih, Mbak Raya. Aku doakan semoga Alena segera mendapat adik ya,” jawab Syarah pada Mbak Raya yang malah melototinya.
“Dek, nanti kalau sudah jam 12 telepon bapak ya, bapak mau tidur dulu di mobil. Badan bapak pegal sekali sudah lama tidak melakukan perjalanan jauh,” kata ayah Syarah.
“Iya, Pak, nanti Syarah telepon. Ini ada teh hangat, Bapak bawa saja ke mobil,” jawab Syarah.
Beliau adalah ayah Syarah, Syarah memanggilnya bapak karena memang mereka adalah orang Jawa dan terbiasa memanggil Bapak. Bapak dan ibu Syarah bekerja sebagai abdi negara sampai sekarang. Agar dapat menghadiri wisuda pun orang tua Syarah harus izin ke kantor.
Kakak Syarah bekerja di sebuah perusahaan swasta yang memiliki cabang hampir di seluruh kota. Setelah menikah kakak Syarah mengikuti suami di kota asalnya jadilah kedua orang tua Syarah tinggal berdua saja di rumah. Terkadang orang tua Syarah meminta Syarah pulang tapi dia sering menolak dengan berbagai alasan, terutama jarak yang cukup jauh harus ditempuh.
*****
“Syarah Haura, lulus dengan predikat memuaskan. Lulus sebagai lulusan termuda di fakultas pada wisuda periode tahun ini.”
Syarah yang mendengar namanya disebutkan segera melangkahkan kaki menuju podium. Hal yang dinanti-nanti selama kurang dari empat tahun menempuh pendidikan. Pada akhirnya Syarah mendapat gelar sarjana atas restu orang tua Syarah serta dukungan yang tak pernah putus untuknya.
Syarah menitikkan air mata haru menyadari bahwa Syarah menjadi lulusan termuda dengan di usia 21 tahun, yang mana fakultasnya terkenal sulit untuk bisa lulus dalam waktu cepat namun sepertinya Tuhan menghendaki hal berbeda untuknya. Syukur tak henti terucap kepada Sang Kuasa.
Wisuda Syarah ini cukup meriah dihadiri teman-teman seangkatannya karena memang Syarah merupakan lulusan pertama di angkatannya. Dia sungguh terharu atas kepedulian mereka kepada Syarah dengan memberi sambutan meriah dan hadiah yang tak pernah dia perkirakan. Tak terasa air matanya mengalir, mengingat Syarah bukanlah anak yang memiliki nilai tinggi dan tak terkenal namun mereka seantusias itu menyambutnya.
Kebahagiaan ini apakah akan selalu menyertainya?
Nantikan kisah perawan tua dan duda yang akan menemani hari pembaca. Konflik dalam cerita tidak akan berat. Terima kasih, jangan lupa komen dan like sebagai bentuk dukungan pada karya pertama saya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ramayani Carsi
lanjutt
2022-05-24
0
Sus Siti
saya juga nikah di usia tua..makanya penasaran am cerita ini
2021-04-17
1
Yeni Maryani
penasaran dengan judulnya,karena sayapun nikah dengan usia yg cukup tua
2021-02-27
2