Syarah POV
Mentari kembali menyinari bumi, menghangatkan makhluk hidup dan membangunkan untuk segera memulai aktivitas. Hari ini, aku bangun cukup siang, sekitar jam 6 pagi setelah kulihat jam di samping kasur karena memang hari ini aku sedang mendapat tamu bulanan. Aku membuat susu cokelat favoritku untuk menghindari perutku yang sakit. Aku menikmati susu sambil membuka foto dalam galeri telepon mengenang masa kuliah awalku.
Namaku Syarah Haura, usiaku saat ini 21 tahun. Aku merupakan perempuan keturunan Jawa asli dengan kulit cokelat matang dengan tinggi badan 165 cm dan berat badanku kini 45 kg. Aku kehilangan 5 kg berat badanku saat aku harus disibukkan dengan penelitian dan skripsiku, ibuku yang selalu mengingatkanku untuk menjaga pola makan dan menjaga kesehatanku.
Bahkan seminggu sebelum sidang skripsi, aku harus masuk rumah sakit karena kelalaianku sendiri dengan mengabaikan makan, kupikir aku akan baik-baik saja ternyata aku harus tumbang. Dokter mengatakan bahwa aku mengalami tifus sehingga harus dirawat, aku sangat khawatir karena jadwal sidangku sudah keluar tepat seminggu di hari aku masuk rumah sakit. Aku khawatir tidak dapat menjalankan persidangan sesuai waktu, namun ternyata dalam waktu tiga hari aku bisa mengalahkan sakitku.
Kuputuskan untuk meninggalkan semua aktivitas beratku. Aku menggunakan waktu untuk istirahat total karena aku merasa bersalah dengan tubuhku yang kupaksa bekerja dan berpikir keras. Namun benar kata pepatah, usaha tidak akan menghianati hasil. Aku mendapat nilai memuaskan dalam sidangku, Tuhan menjawab doa orang tuaku dan doa yang selalu kupanjatkan dalam sholat malamku.
Mungkin aku terkesan cuek tentang penampilan. Aku merasa wajahku juga biasa saja dengan rambut lurus berwarna kecoklatan alami yang sering aku ikat kuda. Dibalik penampilanku yang terkesan cuek dan sedikit berantakan namun aku tetap berusaha dekat dengan Sang Kuasa.
Teman-temanku juga tidak banyak, aku menyadari bahwa aku tidak pandai bergaul namun bukan berarti aku tertutup pada orang lain. Dengan aku yang terlalu cuek dan fokus dalam mengejar mimpi-mimpiku membuat aku tidak memperdulikan dalam urusan pasangan. Bahkan hingga kini aku belum pernah menjalin hubungan, katakanlah jomblo garis keras.
Sebelum aku sidang, sebenarnya aku sudah melamar pekerjaan di sebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang farm di Lampung. Sehari sebelum sidang aku mendapat email yang menginformasikan bahwa aku diterima di perusahaan itu dan aku bisa masuk bulan Juli. Kala itu aku rasa bebanku kembali lagi, aku sangat khawatir apabila sidangku tidak berhasil dan harus banyak revisi.
Sidang yang kujalani terasa berat, hingga aku tak sengaja mengatakan bahwa aku sudah diterima di perusahaan tersebut. Dosenku cukup terkejut, karena dilihat dari riwayat nilai dan prestasiku terkesan biasa saja, tidak ada yang istimewa dan informasi yang tak sengaja kuucapkan tadi membuat mereka memberiku nilai tambahan. Wisudaku dilangsungkan pada minggu kedua bulan Juni, bahagia tentu lekat denganku karena semua jerih payah orang tuaku dalam membiayaiku dan usahaku dapat terbayar tuntas dengan kelulusanku. Orang tuaku yang mendapat kabar aku mendapat pekerjaan bahkan sebelum resmi lulus dan juga mendapat nilai memuaskan tentu ucapan selamat mengalir untukku.
*****
Hari ini, Syarah harus pulang kerumah orang tuanya meninggalkan segala kenangan di kota yang Syarah tempati 4 tahun ini. Syarah pulang menaiki kereta berangkat pukul 6 sore diantar oleh empat serangkai. Dengan mereka, Syarah bisa terbuka dan berkeluh kesah tanpa terbatasi namun mereka belum bisa pulang karena memang belum menyelesaikan studi mereka.
Malam kemarinpun, mereka menghabiskan waktu bersama karena mungkin setelah ini mereka akan sulit untuk berkumpul bersama dan bersenang-senang.
“Jaga diri baik-baik, terima kasih banyak untuk kalian yang sudah menemani kehidupan perantauanku. Semoga kalian segera lulus dan menggapai mimpi kalian. Jangan lupa kontak aku, awas saja kalau nomerku kalian hapus atau blokir!” peringat Syarah pada mereka.
“Kamu juga, Sya, kalau sudah dapat yang pasti langsung diresmikan saja, kan sudah menuju mapan nih,” ucap Napik.
“Kalau nanti dompetku tipis bolehlah dibantu isi, kan udah mau jadi bos,” ucap Alfi yang dibalas jitakan di jidatnya oleh Syarah.
“Hati-hati, Lur, kalau susah jangan nyamperin. Sudah bosen dengar cerita keluahanmu itu, kalau kabar bahagia baru aku tanggapin,” ucap Rizki dengan wajah serius yang terasa dibuat-buat.
“Oke siap. Aku masuk dulu, kalian segera pulang saja sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Terima kasih sudah mengantarku,” pamit Syarah pada mereka.
Mereka pun melaju meninggalkan stasiun, Syarah segera beranjak memasuki stasiun.
*****
“Sya, ayo bangun, temenin ibuk ke Pasar. Anak perawan kok jam 6 belum bangun. Itu ayam di belakang rumah bisa putus pita suaranya kalau bangunin kamu,” ucap ibu Syarah menyambut pagi hari yang terang disinari mentari.
“Iya, Bu, namanya lagi ada tamu harus dimanfaatkan bangun siang," elak Syarah.
Setelah mencuci muka dan memakai jaket, Syarah mengambil motor untuk digunakan.
“Loh ngapain kamu naik motor, kan ibuk jadinya pergi sama bapak,” ucap ibu Syarah.
“Tadi Ibuk bilang mau ke Pasar denganku, kok malah sama bapak?” tanya Syarah sambil merengut kesal.
“Ibuk tadi sudah bilang, sepertinya kamu masih di kamar mandi. Sudah kamu bersih-bersih rumah saja. Ayo kita berangkat kalau kesiangan gak dapat yang ibuk pengen.” jawab ibu Syarah.
Syarah pun turun dan memasuki rumah. Syarah pikir lebih baik dia tadi tidak usah dibangunkan dan melanjutkan tidur namun sudah tak bisa karena matanya sudah segar. Mbak Raya dan keluarga sudah pulang sebelum Syarah sampai di rumah, katanya mas Aryo ada pekerjaan yang tidak dapat diwakilkan.
*****
Hari ini adalah hari ketiga Syarah tinggal di rumah. Keluarga Syarah berencana mengunjungi adiknya di Pondok Pesantren tempatnya menimba ilmu.
“Sya, sudah disiapkan semua barang-barang adekmu?” tanya ayah Syarah.
“Sudah Pak, sudah aku masukkan bagasi mobil juga. Jadi tinggal berangkat saja, rumah juga sudah aku cek terkunci semua,” ucap Syarah melapor pada Ayahnya.
“Baiklah, kita berangkat sekarang agar bisa disana lebih lama,” kata ayah Syarah.
Mereka berangkat pukul 5 pagi setelah semalam menyiapkan semua kebutuhan dan oleh-oleh untuk adiknya. Hari ini adalah tanggal merah jadi wali santri bisa mengunjungi putra-putrinya. Jadi disinilah Syarah berada sekarang bersama adik tersayangnya yang kini sudah tumbuh menjadi gadis muslimah yang cantik.
“Mbak, kemarin aku pengen sekali ikut hadir di wisudamu. Tapi bu Nyai tidak mengizinkanku, aku diminta bantu-bantu karena putranya datang dari Qairo. Malamnya juga ada pengajian dan aku sebagai penanggung jawab tidak bisa meninggalkan,” jelas adik Syarah dengan wajah sedih menjelaskan alasan tidak hadirnya dalam wisuda Syarah.
“Ibuk sudah cerita sama mbak, tidak apa-apa karena mbak juga tahu kalau Adek mbak yang paling cantik sedunia ini sibuk seperti pejabat,” ucap Syarah padanya yang dibalas cubitan di lengan.
Selain cantik, adik Syarah juga pandai dan berbakat jadilah dia banyak dikenal orang juga menjadi santri kesayangan Nyai yang dianggap seperti anak sendiri.
“Mbak tadi ibuk bilang kalau Mbak mau kerja di Lampung, itu benar, Mbak?” tanya Adik Syarah.
“Iya, bulan depan mbak sudah mulai kerja,” jawab Syarah.
“Yah ... pasti bakal lebih susah kalau mau ketemu sama Mbak,” keluh adik Syarah yang memang dia cukup dekat dengan Syarah.
“Mbak kan sudah besar jadi sudah punya tanggung jawab. Makanya kamu sekolah yang pinter biar seperti mbakmu setelah lulus langsung dapat pekerjaan,” kata ayah Syarah menasihati adik Syarah.
“Kamu jaga kesehatan ya Dek, nanti kalau kangen mbak kan bisa pinjam hp di pondok. Sekolah yang pinter, nanti kalo dapat juara mbak kasih hadiah," ucap Syarah.
“Iya sudah tau," ucap adik Syarah mulai merajuk.
Seharian mereka menjenguk adik Syarah, saat sore mereka memutuskan untuk pulang karena jarak ke rumah sekitar 5 jam. Setelah berpamitan yang dihiasi tangis adik Syarah yang sedih karena akan Syarah tinggal lagi. Akhirnya mereka pulang.
*****
“Nanti kalau sudah sampai kabarin bapak sama ibuk. Hati-hati di jalan," ucap ayah Syarah sambil memeluk Syarah.
“Ingat pesan ibuk, jangan lupa makan, istirahat jangan terlalu lelah,” kata ibu Syarah sambil memeluk dan mengusap kepala Syarah dengan sayang.
“Aku berangkat dulu ya, Pak, Buk. Jaga kesehatan, kalau ada apa-apa kabarin Syarah," ucap Syarah.
Setelah melambaikan tangan, Syarah meninggalkan mereka. Dalam hati, Syarah berdoa semoga kehidupannya berjalan baik tanpa ada hal buruk yang harus dilewati.
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak di komen dan berikan like sebagai bentuk dukungan pada karya pertama saya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ipti Rokhah
aminnn🤲🤲
2022-03-26
1
hitamanis
lampung mana tuh...
2021-12-09
1
Derby Rauwan
aminnnn
2021-11-20
1