Masih di hotel, Syarah terbangun, saat sudah sadar sepenuhnya dia menoleh ke samping dan tidak menemukan Danar. Saat tangan Syarah meraba kasur di sisinya yang seharusnya ditempati Danar, terasa dingin seperti sudah ditinggalkan cukup lama.
Syarah memanggil-manggil mencari keberadaan Danar yang tak dapat dijumpainya di seluruh ruangan. Syarah panik kemana perginya Danar, mengingat kondisi Danar semalam yang sangat kacau.
Diambilnya telepon miliknya untuk mencari keberadaan suaminya itu, sampai panggilan ke lima tidak ada diangkat. Saat mencoba menelepon lagi, telepon Danar tidak aktif.
Syarah mencoba menenangkan diri dan berpikir positif mungkin saja Danar sedang mengurus pekerjaannya mengingat pekerjaan Danar semakin bertambah.
Syarah kemudian mandi dan membereskan pakaiannya juga Danar untuk dibawa pulang. Sedangkan keluarga Syarah sudah pulang siang ini tanpa berpamitan karena mereka takut mengganggu aktivitas pengantin baru.
Syarah pulang dengan taksi yang sudah dia pesan sebelumnya menuju rumah keluarga Wijaksana. Sebenarnya hati Syarah masih belum tenang, dia masih memikirkan keberadaan suaminya sampai dia tidak begitu nafsu makan.
Sesampainya di rumah, pak Pandhu yang melihat kedatangan Syarah dengan taksi seorang diri langsung bertanya pada Syarah.
“Syarah kenapa kamu pulang dengan taksi? Dimana Danar?” tanya pak Pandhu.
“Sepertinya kak Danar sedang ada keperluan jadi aku pulang duluan saja,” jawab Syarah berusaha menutupi kenyataan.
“Kalian baik-baik saja kan? Tidak ada sesuatu yang terjadi?” tanya pak Pandhu memastikan.
“Tidak Kek, Ini sudah hampir siang, ayo Kek Syarah temani makan siang,” ucap Syarah berusaha mengalihkan topik.
Untunglah pak Pandhu tidak bertanya macam-macam lagi dan tidak membahas tentang Danar. Syarah takut kelepasan mengatakan kepergian Danar yang secara tiba-tiba tanpa sepengetahuannya.
Hari sudah berganti malam, puluhan kali panggilan dan pesan yang Syarah kirim tidak ada satu pun yang mendapat balasan. Hari yang semakin malam membuat kekhawatiran Syarah semakin memuncak menunggu kepulangan suaminya.
Dia bahkan belum makan malam karena menunggu Danar yang sudah dia siapkan makanan kesukaan Danar. Syarah ingin lebih dekat dengan Danar dan ingin belajar menjadi istri yang lebih baik lagi.
Ketika jam berdenting menunjukkan pukul 11 malam, Syarah memantapkan hati untuk pergi mencari keberadaan suaminya yang hilang tanpa kabar dan jejak sejak pagi tadi. Dengan bermodal keyakinan Syarah meraih sweater yang ada di sofa untuk pergi mencari Danar.
Baru saja ingin beranjak suara pintu depan yang terbuka membuat Syarah refleks menoleh ke belakang.
Didapatinya Danar yang masuk ke dalam rumah dengan jaket yang menggantung di salah satu pundaknya. Penampilannya kusut seperti tidak ada jiwa di dalamnya. Melihat kedatangan Danar membuat Syarah mendesah lega, dia segera berlari menghampiri suaminya.
“Kak, Kakak dari mana saja? Pagi tadi aku bangun tetapi Kakak sudah tidak ada di kamar, aku coba hubungi juga tidak diangkat sama sekali. Kakak pergi kemana sampai malam begini baru pulang?” tanya Syarah mengungkapkan kekhawatirannya.
“Sudahlah aku mau ke kamar,” ucap Danar singkat meninggalkan Syarah.
“Kak tunggu sebentar, ayo makan malam dulu. Syarah sudah ada masak rica-rica kesukaan Kakak,” ajak Syarah.
“Aku sudah makan,” ucap Danar menolak.
“Baiklah, Kakak mau mandi dulu? Syarah siapkan air hangat untuk Kakak mandi,” ucap Syarah yang langsung berlalu menuju kamar.
Danar tak bisa menahan Syarah, dia juga tidak bisa menatap Syarah. Karena hanya dengan menatapnya, Danar bisa merasakan penyesalan atas perbuatannya.
Danar memasuki kamar yang ditempatinya sejak kecil kini dia harus berbagi kamar dengan Syarah yang menjadi istrinya. Bertepatan dengan itu Syarah keluar kamar mandi menghampiri Danar.
“Kak airnya sudah siap. Sana mandi dulu,” ucap Syarah.
Danar berlalu begitu saja memasuki kamar mandi, sementara Syarah belum menyadari suasana hati Danar. Syarah menyiapkan baju ganti untuk Danar gunakan setelah mandi dan menaruhnya di lemari handuk.
Malam yang indah dan menyedihkan untuknya, dimana malam yang seharusnya tak terlupakan oleh Syarah dan Danar harus gagal dengan suatu kejadian yang entah apa penyebabnya.
“Apa kau disini untuk mengintipku?” sindir Danar pada Syarah yang melamun.
“Ah maaf, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin memberikan pakaian ganti untukmu,” jelas Syarah.
“Semua wanita memang sama saja,” lirih Danar yang masih bisa ditangkap oleh telinga Syarah.
“Maaf Kakak bilang apa? Aku tidak begitu mendengarnya?” tanya Syarah yang ingin memastikan.
“Tidak ada,” jawab Danar.
“Baiklah. Kakak mau makan tidak? Biar aku bawakan ke kamar. Kalau Kakak malas nanti aku suapi saja,” ucap Syarah menawarkan.
“Tidak perlu,” jawab Danar.
“Atau aku buatkan jahe hangat saja. Mengingat cuaca di luar sedang dingin. Kakak mau?” tanya Syarah menawarkan.
“Tidak,” jawab Danar.
“Atau mau aku pijit saja?” tanya Syarah yang masih berusaha menawarkan diri.
“Aku lelah. Diamlah dan matikan lampunya!” ucap Danar yang berjalan menuju ranjang merebahkan diri.
Syarah berjalan mematikan lampu sesuai perintah Danar. Sebenarnya dia sedikit kecewa karena semua tawarannya ditolak mentah-mentah oleh Danar.
Setelah mematikan lampu, Syarah berjalan menuju ranjang di sisi Danar. Dilihatnya posisi Danar yang berbaring menyamping membelakangi Syarah. Tetapi Syarah tidak bisa menegur Danar, karena nanti bisa membuat Danar menjadi tidak nyaman didekatnya.
Syarah hanya bisa berbaring menyamping menghadap punggung Danar, dia mengucapkan selamat malam pada Danar sebelum jatuh tidur. Saat mendengar nafas teratur di belakangnya, Danar membalikkan badan menghadap langit-langit kamarnya. Dia merasa sedikit keterlaluan pada Syarah, tapi dia juga tidak bisa melakukan hal manis yang dapat membuat Syarah berharap lebih padanya.
Dilihatnya wajah Syarah yang damai terlelap nyaman, bahkan ketika tidur saja menghangatkan perasaan Danar. Danar takut akan menyakiti perempuan sebaik Syarah bila dia mengetahui fakta tentang Danar. Fakta yang menjelaskan bahwa suaminya takut berhubungan dengan istrinya sendiri.
Mengingat betapa lemahnya dia pada bayang-bayang hitam yang sangat sulit hilang dari dirinya hanya karena wanita licik seperti Jessica. Ia memang sudah tidak ada perasaan apapun pada wanita itu tapi rasa sakit yang ditorehkan padanya karena kepercayaannya dipermainkan membuatnya tidak bisa melupakan wanita itu, bukan karena cinta tapi karena sakit hati.
Danar mengusap wajah Syarah dengan sayang, memberikan kecupan sayang pada perempuan yang sudah banyak berkorban untuknya tanpa mengenal imbalan dan permintaan.
Danar sedikit terusik di tengah tidurnya saat mendengar suara, sesaat dia tajamkan pendengarannya untuk mendengar suara apa yang didengarnya. Sambil matanya bergerak mencari sumber suara yang mengusik tidurnya. Dia melihat seseorang berbalut pakaian putih sedang bersimpuh dengan suara pilu yang menyesakkan batin siapa pun yang mendengarnya.
Dapat Danar dengar bahwa Syarah sedang mendoakan kebahagian Danar, memohon kesehatan untuk Danar dan kebahagiaan untuk pernikahan mereka. Syarah yang sangat khusyu memohon diiringi tangisan pilu yang tak keras membuat hati Danar seakan tersayat.
Wanita sebaik Syarah yang justru mengharapkan kebahagian untuknya, bukan untuk diri sendiri. Dia bahkan terdengar menyalahkan diri atas kelalaiannya di saat aku sakit kemarin. Syarah terdengar seperti sedang mencurahkan hati dan perasaan yang dipendamnya sendiri.
Hingga sampai akhir tidak sedikit pun Danar mendengar Syarah menjelekkannya dan justru memujinya. Danar segera kembali menutup matanya pura-pura seperti masih tertidur lelap. Danar dapat merasakan ranjang di sisinya bergoyang sepertinya Syarah kembali ke ranjang.
Dia mengusap kepalaku, mataku dan pipiku dengan lembut seakan takut membangunkan. Danar merasakan Syarah mengecup pelipis Danar dengan sayang beberapa detik. Syarah hanya ingin menyalurkan kasih sayangnya pada suaminya yang terlampau dingin dan kaku.
Syarah hanya bisa berharap semoga kasih sayang tulus yang diberikannya sedikit-demi sedikit dapat meruntuhkan sikap dingin dan kaku suaminya menjadi lembut padanya. Mungkin dengan kesabaran dan seiring berjalannya waktu, tembok itu bisa runtuh.
Sementara Danar sangat ingin merengkuh Syarah dalam dekapannya, memberikan seluruh rasa yang dia miliki untuk istrinya. Tapi ia terlalu takut memori itu akan menghancurkannya tiba-tiba. Dia hanya berharap semoga dia bisa menghilangkan ingatan buruk itu.
TBC
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak di komen dan berikan like sebagai bentuk dukungan pada karya pertama saya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments