2. Malam Keakraban

“Dik, ibuk pulang dulu ya. Kamu masih ada uang di atm kan?” tanya ibu Syarah.

“Alhamdulillah masih ada, barang Syarah sudah dimasukkan semua, kan, Pak?” tanya Syarah pada ayahnya yang masih memasukkan koper berisi pakaiannya ke dalam mobil.

“Sudah, sebagian bapak taruh di mobil masmu. Kamu jadi pulang lusa? Bapak sudah belikan tiket kereta untuk kamu jadi tidak perlu khawatir tidak kebagian tiket,” jelas ayah Syarah.

“Iya, Pak, terima kasih sudah dipesankan tiket untukku. Bapak hati-hati bawa mobilnya, kalau mengantuk mampir ke warung kopi dulu sekalian istirahat. Nanti kalau sudah sampai rumah kabarin syarah ya, Pak, Buk,” ucap Syarah sambil memeluk ibunya seakan tak rela bila harus pulang.

“Makanya kamu segera pulang, ibu kok merasa kamu betah sekali disini. Ibu lihat kamu malah semakin kurus seperti tidak pernah makan saja. Sekarang kan sudah tenang tidak memikirkan revisi lagi jadi kurangi begadangmu, lihat matamu sudah berkantung dan hitam macam panda. Mumpung masih disini gunakan waktumu untuk berlibur dengan teman-teman sebelum kamu melanjutkan langkah kehidupanmu,” kata ibu Syarah memperingati.

“Iya, Bu, siap lah kalo masalah jalan-jalan sudah tidak perlu diingatkan. Nanti ditambah ya uang jajan Syarah,” ucap Syarah.

“Siap, Kanjeng Putri. Sudah kita pulang dulu takut hujan tidak bawa jas hujan,” ucap ayah Syarah ikut menimpali.

“Kan naik mobil, Bapak, jelas tidak bawa jas hujan,” ucap Syarah.

“Bapak ada-ada saja. Yasudah kami pulang dulu. Mbak Napik titip Syarah ya, kalau nakal dijewer saja,” pamit ibu Syarah sambil mengulurkan tangan pada Syarah dan Napik yang berdiri di samping Syarah.

“Dik, pulang dulu ya, Tante, Alena pulang, Te. Selamat liburan, Tante, Assalamualaikum," ucap kakak Syarah dengan suara seperti anak-anak mewakili Alena yang memang belum bisa bicara.

“Dik, pulang dulu ya, kapan-kapan mampir ke Semarang nanti liburan bareng Alena,” pamit Mas Aryo.

“Siap Pak Bos, nanti pasti kesana. Terima kasih sudah meluangkan waktu hadir di wisudaku di tengah jadwalmu yang padat. Hati-hati di jalan,” jawab Syarah pada mas Aryo, suami Raya.

Sore ini keluarga Syarah pulang ke rumah, karena besok hari jumat, ibu Syarah harus rapat ke Kantor Dinas jadilah setelah wisuda siang tadi mereka lanjut foto di studio dan langsung kembali menuju kos. Barang-barang Syarah yang cukup banyak harus dibagi ke mobil ayah Syarah dan mas Aryo. Keluarga kakak Syarah ikut pulang kerumah orang tua Syarah, kakak Syarah bilang sejak melahirkan sampai sekarang belum pernah pulang.

*****

Malam hari, Syarah dan Napik berencana pergi ke bukit yang cukup jauh dari tempat mereka tinggal untuk melihat pemandangan sekalian mereka ingin menyegarkan pikiran setelah berjuang melalui revisi yang cukup rumit.

“Nap, jangan lupa bawa jas hujan takutnya hujan. Kamu juga pakai jaket untuk mengantisipasi dingin di bukit. Nanti kita mampir dulu beli gorengan untuk cemilan,” ucap Syarah pada Napik.

“Siap, Bosku. Barang-barang sudah disiapkan belum?” tanya Napik.

“Tentu sudah dong. Pop mie 5 sama termos, untuk minumnya kita nanti beli teh hangat saja disana pasti banyak warung yang jual biar masih hangat juga. Ini aku juga bawa cemilan pasti setelah makan masih ingin ngemil kan?” tanya Syarah pada Napik yang memang suka mengemil setelah makan.

Napik hanya tersenyum sembari memanaskan motor Syarah yang akan mereka gunakan nanti. Nada dering telepon Syarah berbunyi segera dia ambil hp di dalam tas.

“Halo, Syah, jadi nggak? Aku sama Rizki sudah mau berangkat ke tempatmu,” ucap Alfi, teman Syarah.

“Iya, Fi, ini aku sama Napik juga sudah siap tinggal berangkat. Aku tunggu di depan lorong saja ya,” jawab Syarah.

“Oke,” jawab Alfi.

Malam ini Syarah sudah berencana akan menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya, mereka adalah Alfi dan Rizki. Mereka berempat sudah sepakat untuk pergi sejak sebelum Syarah wisuda. Pertemanan mereka berlangsung sejak awal menjadi mahasiswa baru.

Mereka yang notabene berasal dari kota yang sama membuat hubungan mereka menjadi dekat di awal kuliah karena mencari teman di lingkungan baru bukan hal mudah. Alfi dan Rizki menempuh pendidikan di universitas yang sama berbeda dengan Syarah dan Napik.

*****

“Wah ternyata pemandangannya sebagus ini ya, pantas saja banyak orang rela jauh-jauh kesini hanya demi melihat pemandangan gemerlap kota dari atas bukit sini,” ucap Napik terkagum dengan pemangan.

“Untung kamu mau ikut, coba tadi kalo kamu tolak dan lebih memilih pergi sama pacarmu yang hitam manis itu. Pasti tidak akan bisa melihat pemandangan ini,” ucap Syarah menyindir Napik.

“Kita kesini mau lihat pemandangan atau hanya untuk melihat orang berpacaran,” ucap Alfi sambil merengut kesal.

Alfi memang baru saja putus dengan kekasihnya yang baru empat bulan ini, sontak saja berkunjung ke tempat yang dipenuhi pasangan kekasih membuat dia merasa kesal. Rizki justru terlihat sebaliknya, dia terlihat cukup bahagia diajak ke tempat seperti ini dan dia menata pop mie yang sudah kami bawa serta cemilan-cemilan.

“Halah sudah, sudah terbiasa jomblo juga lagaknya seperti selalu berpacaran saja. Kamu kan juga sering keluar bersama pacarmu. Bukan seperti aku yang jomblo 22 tahun,” ucap Rizki terdengar enteng.

“Tuh dengerin, Fi, kamu harusnya bersyukur ditunjukkan kalau perempuan itu tidak layak mendapatkan cintamu. Kalau dia memang benar mencintaimu pastinya dia tidak akan meninggalkanmu dan justru keluar diam-diam dengan laki-laki lain kan?” tanya Syarah yang dibalas diamnya dia.

“Coba kalau kemarin aku tidak mengajakmu ngopi. Kamu tidak akan melihat kenyataan dan masih sibuk dengan bahagiamu yang sebelah tangan saja,” ucap Napik juga ikut menimpali.

“Memang Alfi kalau sudah suka seseorang pasti akan buta,” tambah Rizki juga tak mau kalah.

Malam yang terasa dingin tak terasa dengan adanya percakapan hangat kami.

“Kamu enak sudah wisuda, aku sudah paling tua, masih sendiri, belum wisuda pula. Memang nasib nasib,” keluh Rizki.

“Kasian kamu, Riz, kalah sama yang paling muda disini,” jawab Napik.

“Makanya hidup jangan terlalu datar. Hidup kok cuma rebahan sama main game terus," ucap Alfi ikut menimpali.

“Tiap manusia punya jalan hidup masing-masing, Riz. Mungkin sekarang baru rezekiku, siapa tahu besok rezekimu. Yang penting tetap berusaha dan melakukan yang terbaik semampu kita,” kata Syarah memberi saran pada Rizki.

Percakapan mereka pun melayang tak tentu arah, apapun mereka bicarakan tentunya pembahasan yang ringan dan menghibur. Waktu terus berjalan, obrolan mereka terus berlanjut sembari ditemani dengan makanan dan cemilan yang mereka bawa. Namun pertikaian kembali terjadi pada duo jomblo ini.

“Riz, sana kamu pesan teh hangat. Malas sekali aku kesana banyak pasangan tebar keromantisan,” perintah Alfi pada Rizki.

“Tidak mau, yang mau minum kamu kok malah menyuruh aku. Punya kaki itu dipakai, jangan mulutmu saja yang kamu gunakan,” tolak Rizki.

“Betul sekali, Riz,” ucap Napik.

“Kalau begitu kamu saja, Nap, kan kamu yang biasa pesan. Sana nanti kubelikan jajan untukmu!" perintah Alfi berganti menyuruh Napik.

“Kenapa malah menyuruhku, beli saja sendiri. Kamu kan bukan bos,” tolak Napik.

“Sana, Riz, belikan untukku, kalau tidak pulang saja sendiri jangan naik motorku!” ancam Alfi pada Rizki.

“Huu dasar pengancam,” keluh Rizki yang akhirnya menuruti karena memang dia juga masih kasihan pada Alfi.

Syarah yang melihat perdebatan teman-temannya hanya tertawa tanpa ada niat menengahi karena ini sudah biasa terjadi setiap mereka berkumpul.

*****

“Buk, pesan teh hangat 4 di meja ujung ya. Terima kasih,” ucap Rizki pada ibu pemilik warung.

Naas saat Rizki akan berbalik ia tak sadar bahwa kakinya menyangkut diantara meja, jadilah saat ia berbalik ia jatuh tengkurap. Saat terjatuh, Rizki tak sengaja menyenggol orang di sampingnya yang ternyata sedang membawa nampan berisi kopi bekas pengunjung yang akan dicuci. Namun nampaknya masih ada sisa di cangkir jadilah tumpah ke badan Rizki.

Kejadian ini langsung menyita perhatian semua orang, tak pelak mengundang tawa dari pengunjung yang tak terkecuali Alfi dan Napik.

“Riz, kamu tidak apa-apa?” tanya Syarah yang langsung berlari melihat Rizki terjatuh dan membantu berdiri, sampai Syarah tak sadar bahwa dia belum memakai sandal.

“Sial banget kena bajuku, haduh jadi bau kopi ini. Apes kali aku,” keluh Rizki.

“Mas, Mas, gimana sih jadi pecah cangkirnya. Kalau jalan itu lihat-lihat, punya mata itu dipakai jangan hanya dipajang saja,” cibir si pelayan.

“Saya jatuh bukannya ditolongin sudah menumpahkan kopi di baju saya tidak minta maaf malah marah-marah," ucap Rizki membalas perkataan pelayan itu dengan nada marah.

Selama Syarah berteman dengan Rizki, belum pernah dia melihat aura kemarahan Rizki, Syarah cukup terkejut dan sedikit takut melihat kemarahannya.

“Sudah Riz, untung kopinya tidak panas dan banyak nanti pakai jaket saja,” ucap Syarah memberi saran.

“Makanya punya mata dipakai jangan fokus lihat perempuan-perempuan cantik disini. Lihat tuh pada lihatin kamu," ucap Alfi sambil terkikik melihat banyak pasang mata yang melihat.

“Sudah sudah kamu ini bukannya membantu malah menambah masalah. Mbak, maafkan teman saya, teman saya tidak sengaja menyenggol mbak jadi tolong diikhlaskan saja cangkir yang pecah," pinta Syarah pada pelayan melihat hanya satu cangkir saja yang pecah karena ketidaksengajaan Rizki.

“Betul Mbak, lagian juga cuma satu cangkir aja. Lebih kasihan teman saya, bajunya jadi ketumpahan kopi. Nanti kalau masuk angin memang mbaknya mau kerokin?” tanya Napik dengan nada konyolnya.

“Baiklah saya maafkan karena Mbak-mbak,” jawab pelayan terdengar setengah ikhlas.

Setelah berterima kasih mereka kembali ke tempat duduk semula.

“Sial, pop mieku ada jangkriknya. Haduh super sial hari ini,” keluh Rizki kembali terdengar.

Mereka bertiga yang mendengar ini ikut tertawa, sebenarnya mereka kasihan tapi ini terlampau sayang bila tidak tertawa hingga kami tak sanggup berkata-kata karena tertawa terbahak.

“Kalian memang definisi teman, kalau susah ditertawakan bukan dibantu huhh," ucap Rizki.

Tak lama mereka memutuskan untuk pulang karena malam semakin larut. Namun sepertinya hari ini belum cukup menyakitkan Rizki, disaat akan naik motor sandal jepitnya putus jadilah dia melepas sebelah sandalnya. Mereka yang sudah tak kuat tertawa sampai tertawa tanpa suara menikmati kemalangan nasib Rizki malam ini.

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak di komen dan berikan like sebagai bentuk dukungan pada karya pertama saya.

Terpopuler

Comments

Ipti Rokhah

Ipti Rokhah

risky risky ada aja

2022-03-26

1

Derby Rauwan

Derby Rauwan

waduh ksian risky

2021-11-20

1

lihat semua
Episodes
1 1. Hari Kelulusan
2 2. Malam Keakraban
3 3. Tentang Diriku
4 4. Pertemuan Pertama
5 5. Teman Baru
6 6. Menikahlah Denganku
7 7. Meminang
8 8. Penolakan
9 9. Air Mata Malam
10 10. Cinta Rizal
11 11. Pemaksaan
12 12. Melamar
13 13. Lamaran
14 14. Semakin Dekat
15 15. Hari Pernikahan
16 16. Malam Pertama
17 17. Tentang Danar
18 18. Doa Istri
19 19. Kisah Pandhu
20 20. Wanita Lain
21 21. Rapuh
22 22. Tergoda
23 23. Alasan sebenarnya
24 24. Bertemu
25 25. Cuek
26 26. Sakit
27 27. Salah Sangka
28 28. Tentang Syarah dan Danar
29 29. Bertemu lagi
30 30. Salah Paham
31 31. Kekecewaan
32 32. Pengalihan
33 33. Pengalihan 2
34 34. Egois
35 35. Kekecewaan
36 36. Amarah Suami
37 37. Tangis kesedihan
38 38. Penyesalan
39 39. Kepergian
40 40. Kepergian 2
41 41. Kesedihan
42 42. Pemulihan
43 43. Kenyamanan
44 44. Pacaran
45 45. Dinner romantis
46 46. Istri kecil
47 47. Malam yang Indah
48 48. Bulan Madu
49 49. Masih bulan madu
50 50. Berkuda
51 51. Berpetualang
52 52. Insecure
53 53. Terluka
54 54. Tak Tersentuh
55 55. Sebuah Foto
56 56. Jejak Masa Lalu
57 57. Menyadarkan yang tersesat
58 58. Sakitnya Syarah
59 59. Jangan tinggalkan aku, Syarah
60 60. Merajuknya Syarah
61 61. Saling mengungkapkan
62 62. Sebuah Misteri
63 63. Suami yang Posesif
64 June's Update
65 Dimabuk Cinta
66 Kontrak Kerjasama
67 Berkebun
68 Kisah sahabat
69 Selalu salah
70 Ibu, Syarah rindu
71 Kritik pedas
72 Ketagihan Pijat
Episodes

Updated 72 Episodes

1
1. Hari Kelulusan
2
2. Malam Keakraban
3
3. Tentang Diriku
4
4. Pertemuan Pertama
5
5. Teman Baru
6
6. Menikahlah Denganku
7
7. Meminang
8
8. Penolakan
9
9. Air Mata Malam
10
10. Cinta Rizal
11
11. Pemaksaan
12
12. Melamar
13
13. Lamaran
14
14. Semakin Dekat
15
15. Hari Pernikahan
16
16. Malam Pertama
17
17. Tentang Danar
18
18. Doa Istri
19
19. Kisah Pandhu
20
20. Wanita Lain
21
21. Rapuh
22
22. Tergoda
23
23. Alasan sebenarnya
24
24. Bertemu
25
25. Cuek
26
26. Sakit
27
27. Salah Sangka
28
28. Tentang Syarah dan Danar
29
29. Bertemu lagi
30
30. Salah Paham
31
31. Kekecewaan
32
32. Pengalihan
33
33. Pengalihan 2
34
34. Egois
35
35. Kekecewaan
36
36. Amarah Suami
37
37. Tangis kesedihan
38
38. Penyesalan
39
39. Kepergian
40
40. Kepergian 2
41
41. Kesedihan
42
42. Pemulihan
43
43. Kenyamanan
44
44. Pacaran
45
45. Dinner romantis
46
46. Istri kecil
47
47. Malam yang Indah
48
48. Bulan Madu
49
49. Masih bulan madu
50
50. Berkuda
51
51. Berpetualang
52
52. Insecure
53
53. Terluka
54
54. Tak Tersentuh
55
55. Sebuah Foto
56
56. Jejak Masa Lalu
57
57. Menyadarkan yang tersesat
58
58. Sakitnya Syarah
59
59. Jangan tinggalkan aku, Syarah
60
60. Merajuknya Syarah
61
61. Saling mengungkapkan
62
62. Sebuah Misteri
63
63. Suami yang Posesif
64
June's Update
65
Dimabuk Cinta
66
Kontrak Kerjasama
67
Berkebun
68
Kisah sahabat
69
Selalu salah
70
Ibu, Syarah rindu
71
Kritik pedas
72
Ketagihan Pijat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!