Setelah mendengar kabar dari Pak Rendi, Syarah menyibukkan diri dengan ikut membantu mengurus farm sebisa Syarah daripada Syarah kebingungan memikirkan bagaimana caranya pulang nanti mengingat tempat ini cukup jauh dari jangkauan jalan umum.
*****
“Sya, sudah malam lebih baik kamu pulang,” ucap Rizal pada Syarah.
“Apakah ada kendaraan umum yang lewat sini Mas?” tanya Syarah
“Kalau kendaraan umum harus berjalan melewati kebun sampai desa, disana kamu bisa menemukan kendaraan umum. Ngomong-ngomong kamu kesini tadi tidak bawa kendaraan?” tanya Rizal.
“Tidak Mas, aku anak perantauan yang baru tiba kemarin dari Jawa, jadi belum punya kendaraan. Tadi aku kesini bersama pak Danar, tapi beliau sudah pergi,” jelas Syarah yang dijawab anggukan.
“Yasudah pulang saja bersamaku. Ayo keburu malam,” ajak Rizal.
Sebenarnya Syarah masih canggung karena mereka baru saja bertemu hari ini namun Rizal sudah mau mengantarkan Syarah pulang tapi Syarah tak menolaknya mengingat jarak cukup jauh untuk Syarah tempuh di ujung sore ini.
*****
Syarah menaiki motor besar milik Rizal, untungnya Syarah menggunakan celana jadi tidak begitu sulit untuk naik.
Dalam perjalanan, seperti biasa Syarah hanya diam menikmati pemandangan karena tidak tahu harus membicarakan apa.
“Sya, sekarang kamu tinggal dimana?” tanya Rizal.
“Aku tinggal di indekos Amartha, Mas,” jawab Syarah.
“Bagus dong, dekat dengan kantor tapi cukup jauh kalau mau ke lapangan,” kata Rizal.
“Iya Mas, aku hanya butuh berjalan saja. Tapi kalau harus ke lapangan aku akan mencoba mencari kendaraan,” ucap Syarah.
“Ada warung bakso paling enak di depan, kita mampir sebentar ya. Tidak apa-apa kan?” tanya Rizal menawarkan pada Syarah dan Syarah mengiyakan menyadari kalau Syarah hanya menumpang padanya.
Motor yang besar membuat Syarah harus mepet dengan Rizal kalau tidak bisa dipastikan Syarah terjungkal ke belakang karena Rizal membawa motornya dengan kecepatan tinggi.
Untungnya ada tas yang bisa Syarah gunakan sebagai pembatas diantara mereka jadi tubuh Syarah tidak menempel seluruhnya.
*****
“Terima kasih, Mas sudah mau mengantarkan saya dan juga terima kasih atas traktirannya,” ucap Syarah.
“Sama-sama. Jangan ragu untuk meminta tolong padaku, karena aku juga pernah merasakan hidup sebagai perantau. Kalau begitu saya pulang dulu,” ucap Rizal.
“Hati-hati, Mas,” ucap Syarah.
Saat Syarah akan berbalik, Syarah dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang tiba-tiba mengagetkannya.
“Dorr, hayo habis keluar sama siapa tuh? Baru hari pertama kerja udah dapat gebetan saja,” ucap orang tersebut.
Ternyata pelakunya adalah Risa, Syarah hanya mengelus dada karena kaget.
“Itu mas Rizal mbak, karyawan bagian lapangan. Tadi aku ditinggal bosku di lapangan jadilah dia yang mengantarkanku pulang,” jelas Syarah.
“Wah modus itu, kamu harus berhati-hati, Sya. Kamu kan anak baru harus pandai-pandai menjaga perasaan agar tidak mudah baper. Karena setauku pegawai lapangan mayoritas laki-laki,” ucap Risa sambil berpikir.
“Iya Mbak, aku pasti bakal hati-hati. Memang benar disana hanya laki-laki, kalaupun ada perempuan biasanya orang pemasaran. Pak Rendi bilang asisten bosku selalu laki-laki dan aku adalah asisten perempuan pertama. Bahkan bisa dibilang perempuan pertama yang bekerja di lapangan,” jelas Syarah pada Risa.
“Yasudah ayo masuk, kamu pasti lelah sehabis bekerja seharian,” ajak Risa sambil menggandeng tangan Syarah.
Walaupun baru kenal tapi Syarah rasa dia adalah orang yang berkepribadian mudah bergaul jadi Syarah nyaman dekat dengan Risa.
*****
Pagi ini, Syarah sudah menempati tempat barunya setelah kemarin Syarah tidak sempat menempati karena langsung dibawa ke lapangan.
Tepat 5 menit sebelum jam masuk, Syarah melihat bosnya berjalan menuju ruangannya yang berada di samping Syarah ini, refleks Syarah berdiri dan menyapanya.
“Selamat pagi, Pak,” sapa Syarah sambil sedikit menunduk hormat.
“Buatkan saya kopi!" perintah Danar.
Belum sempat Syarah tanya ingin kopi apa Danar sudah masuk ke ruangannya, Syarah pun segera mencari dapur untuk membuatkan pesanan Danar.
Tok tok tok
“Permisi Pak, saya ingin mengantarkan kopi Bapak,” ucap Syarah.
Saat Syarah ingin masuk rupanya beliau tidak sendiri melainkan ada seorang laki-laki yang berambut putih, sekilas Syarah melihat ada kemiripan pada keduanya.
Setelah menaruh kopi untuk Danar, Syarah kembali mengeluarkan suara, “Maaf apakah Bapak juga mau kopi biar saya buatkan?” tanya Syarah menawarkan ramah sambil tersenyum.
“Tidak perlu,” jawab laki-laki tersebut yang Syarah balas anggukan dan pamit undur diri.
*****
Syarah benar-benar bingung harus apa karena tidak ada tugas yang diberikan padanya, Syarah yang ingin bertanya namun diurungkan mengingat masih ada tamu sejak satu jam lalu.
“Ingat pesanku, jangan membuang waktu untuk hal yang tidak berguna!" ucap tamu tadi memperingati dan berlalu pergi.
Saat melewati Syarah, laki-laki tersebut melihat Syarah dan Syarah balas dengan senyum sopan sedikit menunduk.
Melihat tamu sudah pergi, Syarah bergegas menemui Danar untuk bertanya.
“Maaf mengganggu Pak, saya izin bertanya. Apakah ada pekerjaan untuk saya hari ini?” tanya Syarah.
“Benar-benar payah, pekerjaan sendiri pun tak tau,” sindir Danar.
“Maaf, Pak, tapi saya sudah bertanya kepada bu Hilda tadi, beliau menyuruh saya langsung bertanya pada Bapak,” jelas Syarah membela diri.
Kemudian Danar menjelaskan pada Syarah, walau terlihat setengah hati kemudian Syarah pamit kembali bekerja.
*****
Saat di ruangan Danar tadi, sempat Syarah amati ruangannya karena kemarin terlalu gugupnya Syarah tidak sempat mengamati.
Di meja Danar terdapat plakat bertuliskan “Danar Putra Wijaksana” dengan keterangan Manajer Lapangan di bawah namanya.
Ketika dia sedang sibuk membolak-balik kertas, Syarah bisa sedikit mengamati wajahnya.
Walau dapat Syarah perkirakan usia Danar sudah tidak muda tapi masih terlihat tampan dan berwibawa, kulitnya yang coklat matang membuatnya semakin terlihat dewasa.
“Sudah puas melihat saya?” tanya Danar penuh sindiran pada Syarah.
Ketahuan mencuri pandang, Syarah tertunduk malu.
“Jangan pernah berpikir untuk menggodaku. Karena kau bisa keluar dari pekerjaan jika berani melakukan itu!” tegas Danar memperingati dengan mata bagai belati yang siap menusuk lawannya.
“Maaf, Pak, saya disini juga untuk bekerja bukan untuk tujuan lainnya,” ujar Syarah membela diri.
“Bagus, keluarlah!" perintah Danar kemudian Syarah keluar ruangan dan mulai mengerjakan perintah Danar.
*****
“Halo, Sya, ayo makan siang bersama kutunggu di lobi,” ucap Risa dibalik telepon.
“Halo, Mbak Risa, bagaimana Mbak bisa mendapat nomorku?” tanya Syarah.
“Kan kamu bergabung di grup indekos, bagaimana sih,” jelas Risa yang membuat Syarah terkekeh menyadari.
“Maaf, Mbak, bukannya tidak mau tapi bosku belum keluar ruangan aku takut saat dia keluar dan tidak menemukanku bisa-bisa aku mendapat masalah,” tolak Syarah.
“Yaampun, kasihan banget sih anak baru. Baiklah aku pesan makanan online saja, nanti kuantar ke tempatmu. Ah aku lupa, dimana tempatmu bekerja?” tanya Risa.
“Aduh maaf merepotkan Mbak, terima kasih banyak Mbak. Aku ada di lantai 3 persis di depan ruangan manajer lapangan,” jawab Syarah.
“Oke ditunggu ya, Sis, semangat kerja,” jawab Risa penuh semangat.
*****
“Kenapa aku baru menyadari kalau kamu asisten pak manager lapangan ya?” tanya Risa.
“Maaf mungkin aku lupa mengatakannya,” jawab Syarah sambil tertawa.
Seperti ucapan sebelumnya, Risa menghampiri Syarah dan makan bersama di meja kerja Syarah.
*****
“Maaf Pak, apakah masih ada yang bisa saya kerjakan?” tanya Syarah pada Danar.
“Tidak,” jawab Danar.
“Kalau begitu saya izin pulang terlebih dahulu. Selamat malam,” ucap Syarah.
“Mulai besok apa pun yang akan kau lakukan harus atas izin saya," ucap Danar.
“Maaf Pak, maksud Bapak bagaimana?” tanya Syarah.
“Kau akan tau nanti. Keluarlah!” perintah Danar mengusir.
Waktu yang sudah menunjukkan jam pulang Syarah memutuskan untuk pamit ke Danar. Namun Syarah tak mengerti maksud perkataan Danar diakhir, saat Syarah tanya Danar tidak menjelaskan. Syarah yang sudah merasa lelah tak ingin menanyakan lebih lanjut biarlah besok Syarah tanyakan lagi.
*****
“Mbak Risa, ayo kita pulang,” ajak Syarah.
“Yuk,” jawab Risa.
Saat akan melangkah keluar Syarah mendengar seseorang memanggilnya.
“Sya!” panggil orang tersebut.
“Eh Mas Rizal. Mas disini?” tanya Syarah ke Rizal yang memanggilnya dari arah belakang.
“Iya, kamu udah mau pulang?” tanya Rizal.
“Iya Mas. Mas Rizal sendiri juga mau pulang?” tanya Syarah balik.
“Iya, Sya. Tapi tadi aku melihatmu jadi kupanggil,” jelas Rizal.
Syarah merasakan lengannya ditepuk. Ternyata Risa menepuk lengan Syarah dengan mata melihat Rizal seakan memberi isyarat minta dikenalkan.
“Oh iya Mas, perkenalkan ini Mbak Risa dia di bagian resepsionis,” ucap Syarah memperkenalkan karena paham dengan kode dari Risa.
“Hai, aku Rizal,” ucap Rizal sopan dengan mengulurkan tangan.
“Hai juga, aku Risa,” jawab Risa dengan menampilkan senyum manisnya.
Lama tangan mereka berjabatan Syarah pun memutusnya dengan deheman.
“Baiklah Mas, aku pulang duluan ya sepertinya akan turun hujan,” ucap Syarah.
“Iya hati-hati di jalan,” jawab Rizal.
*****
“Ya ampun Sya, kok kamu bisa kenal orang seganteng itu sih,” ucap Risa dengan nada riang.
“Aku juga baru kemarin bertemu dengannya, Mbak,” jawab Syarah sekenannya karena merasa kelelahan.
*****
“Kalau kamu mau perusahaan ini atas namamu, kau harus mengikuti perintah kakek!”
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak di komen dan berikan like sebagai bentuk dukungan pada karya pertama saya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments