Pagi ini, Syarah sudah bangun, dia segera bergegas menyiapkan sarapan untuk suaminya dan pak Pandhu. Urusan bersih-bersih rumah sudah menjadi tugas para pelayan yang dipekerjakan pak pandhu untuk mengurus rumahnya, pernah sekali Syarah hendak membersihkan rumah tapi pak Pandhu memarihnya.
Pak Pandhu berkata bahwa keberadaan Syarah di rumah adalah sebagai istri Danar dan cucunya bukan sebagai pembantu. Jadi Syarah tidak ingin memancing amarah pak Pandhu yang akan diluapkan ke pegawai rumahnya jika dia memaksa ingin melakukan pekerjaan rumah.
Berada di dapur, dia memasak sarapan sederhana agar bisa dimakan Danar dan juga pak Pandhu. Dia menyiapkan telur, roti dan juga nasi goreng jadi mereka bisa memilih sesuai keinginan. Syarah memang tidak pandai memasak, dia hanya bisa membuat makanan ringan saja, tapi dia pandai membuat roti dan kue-kue.
Setelah sarapan sudah siap, pelayan menawarkan bantuan untuk menata di meja makan. Syarah menerima tawaran itu, karena dia mau menyiapkan pakaian kantor Danar sebelum suaminya itu bangun. Dilihatnya jam dinding yang tergantung di dinding ruang tengah menunjukkan pukul 6 pagi, Syarah berusaha bergegas.
Saat memasuki kamar, Syarah melihat kasur sudah tak berpenghuni. Malah terlihat rapi seperti habis dibereskan. Indera penciumannya dapat menangkap aroma parfum yang biasa Danar pakai sehari-hari. Perasaan Syarah seperti tidak enak.
Dibukalah pintu kamar mandi tapi kosong di dalamnya, dia menebak bahwa Danar sudah pergi. Tapi kenapa Danar pergi ke kantor sepagi ini, seingatnya Danar selalu sampai di kantor 5 menit sebelum jam masuk kantor tapi untuk apa Danar berangkat sepagi ini.
Syarah berjalan ke arah luar untuk memastikan keberadaan mobil Danar. Saat di luar dia tak nampak mobil Danar, apa benar tebakannya jika Danar sudah pergi. Melihat Syarah yang seperti mencari-cari, sopir pak Pandhu menghampiri Syarah.
“Permisi Nona, saya lihat sepertinya nona sedang mencari sesuatu. Nona sedang mencari apa?” tanya sopir pak Pandhu.
“Pak Salam apa ada lihat kak Danar?” tanya Syarah.
“Mas Danarnya baru saja pergi belum lama, Non,” jawab pak Salam.
Mendengar jawaban pak Salam membuat Syarah menunduk lesu. Dia sedih, tapi tak lama dia kembali mengingatkan diri sendiri dan kembali berpikir positif. Mungkin Danar sedang ada pekerjaan mendadak yang membuat suaminya itu harus segera pergi ke kantor tanpa pamitan dulu padanya. Bahkan Danar sampai melupakan sarapannya.
“Baiklah, Pak Salam. Terima kasih,” ucap Syarah dengan sopan.
Syarah kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil teleponnya, dia ingin menanyakan kepada Danar kenapa berangkat pagi sekali.
Syarah sudah mencoba menelpon beberapa kali tapi tidak diangkat. Akhirnya Syarah mengirim pesan ke Danar.
‘Selamat pagi, Kak. Kakak apakah ada pekerjaan mendadak sampai berangkat sepagi ini? Bila memang ada pekerjaan, tolong jangan melupakan sarapannya. Semangat bekerja.’ Begitulah isi pesan Syarah pada suaminya.
Kemudian Syarah mandi, ia tidak ingin pikiran dan hatinya dikuasai oleh pemikiran dan prasangka-prasangka buruk terhadap suaminya.
Syarah yakin dan percaya pada suaminya, yang perlu Syarah lakukan adalah menjadi istri yang baik dan selalu berusaha belajar menjadi istri yang pantas untuk Danar.
*****
Syarah dan pak Pandhu sarapan bersama, Syarah tidak ingin pak Pandhu mengetahui bahwa Danar belum sarapan. Syarah bersyukur pak Pandhu tidak berkomentar buruk pada makanannya, karena sebenarnya Syarah kurang percaya diri pada makanannya. Pasti pak Pandhu terbiasa memakan makanan berkelas yang terjamin cita rasanya, itulah yang membuat Syarah minder.
Setelah sarapan, Syarah membawa pak Pandhu ke taman samping rumah untuk berjemur pagi hari. Syarah membuatkan kopi sesuai permintaan pak Pandhu dan juga kue sebagai teman kopi. Sementara itu, Syarah melihat-lihat taman yang ada di rumah ini.
Memang terlihat cantik, karena memang ada pekerja yang bekerja khusus untuk mengurus taman di rumah yang sebesar ini. Syarah memetik beberapa bunga yang menarik perhatiannya seperti mawar berwarna putih, merah dan jingga yang ada di taman itu. Selain itu juga ada beberapa jenis bunga dia petik.
Syarah meminta pelayan di rumah untuk mencarikan wadah sebagai wadah untuk bunga yang akan diletakkannya di rumah sebagai pemanis ruangan. Dia mulai merangkai bunga dalam wadah hingga terlihat cantik dipandang mata. Syarah memang tidak ada pengalaman dalam menyusun bunga, dia hanya menata sesuai keinginannya saja.
Terlintas dalam pikirannya untuk menanam beberapa jenis sayuran dan buah-buahan di taman. Karena dilihatnya tidak ada pohon buah-buahan, hanya ada pohon dan tanaman hias saja yang menghiasi.
“Kek, Syarah kepikiran bagaimana kalau di taman ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan? Pastinya akan lebih sehat untuk dikonsumsi. Apakah boleh kalau Syarah menanam itu di taman?” tanya Syarah takut-takut.
“Kalau kamu mau silahkan saja. Rumah ini juga rumahmu. Jadi kamu bebas mau melakukan apapun,” jawab pak Pandhu.
“Benarkah? Terima kasih banyak, Kek,” ucap Syarah tersenyum senang.
Pak Pandhu merasa bahagia, kini dia tidak kesepian lagi. Danar sebagai cucunya sangat sibuk mengurus pekerjaan. Tapi pak Pandhu tidak menyalahkannya, karena memang itulah yang diajarakannya pada Danar untuk menjadi orang yang bertanggung jawab pada keluarganya kelak.
Sebelum mengutarakan lamaran pada Syarah dulu, pak Pandhu sudah mencari informasi tentang Syarah. Awalnya dia melihat Syarah terpancar keteduhan dan kasih sayang yang berlimpah dalam dirinya.
Terlemparnya ingatan pak Pandhu pada seseorang yang begitu dia cintai hingga kini. Wanita yang melahirkan Rama, anaknya. Kalina Rahman, istri yang sangat dicintai Pandhu Wijaksana.
Kalina harus menghembuskan nafas terkahirnya saat melahirkan Rama. Pandhu yang sangat mencintai Kalina merasa sangat terpukul dan kehilangan seperti separuh jiwanya direnggut paksa.
Perempuan yang lembut, pengertian dengannya juga mencintainya tanpa syarat harus dipanggil secepat itu. Bahkan sebelum Pandhu bisa memberikan kebahagiaan pada wanitanya. Diawal-awal kematian Kalina, Pandhu tak bisa berhenti menyalahkan Rama yang masih bayi. Karena demi bisa melahirkan Rama, Kalina harus rela menukar dengan nyawanya.
Pada hari-hari awal, Pandhu tak pernah menggendong Rama. Bahkan yang mengazani ketika baru lahir saja adalah pak Salam, sopir pak Pandhu. Karena jiwanya masih tergoncang pak Pandhu sampai tak sudi untuk menengok Rama barang sebentar. Dia melampiaskan pada pekerjaan, hingga usahanya menjadi raksasa seperti sekarang.
Pada saat usia 3 tahun, barulah pak Pandhu menyadari kesalahannya. Saat itu Rama sakit dan harus menginap di rumah sakit. Sejak saat itu pak Pandhu baru menyadari pentingnya Rama dalam hidupnya, Kalina saja rela menukar kehidupannya demi Rama. Tetapi dia justru menyia-nyiakan pengorbanan istrinya.
Sejak saat itu, pak Pandhu menyayangi Rama dan memberikannya kasih sayang yang penuh. Bahkan pak Pandhu seakan tak rela melepas Rama barang sebentar sampai mengurus pekerjaan di kantorpun dia membawa Rama bersamanya.
Pak Pandhu seakan seperti membalas hutang waktu yang dia sia-siakan pada putra semata wayangnya itu. Dengan keberadaan Rama di sisinya, dia merasa Kalina juga selalu ada di sisinya.
Begitu besar rasa cinta pak Pandhu pada istrinya, Kalina, dia lebih memilih menduda dan tidak pernah menjalin hubungan dengan perempuan mana pun. Pak Pandhu yang masih mudah sudah sukses tentu membuat wanita tergoda dengan kekayaan juga ketampanan pak Pandhu. Tak ayal banyak wanita yang rela untuk memberikan dirinya untuk menjadi istri pak Pandhu atau untuk sekedar teman tidur.
Tentu pak Pandhu tidak akan menerima hal sedangkal itu. Lebih baik dia menjadi duda seumur hidup daripada demi menuntaskan nafsu tapi tidak pernah ada rasa cinta. Karena hati dan pikirannya hanya terisi oleh satu wanita, Kalina Rahman.
Mengingat wanitanya itu, pak Pandhu tak kuasa menahan air matanya yang berada di ujung mata. Buru-buru dia hapus agar Syarah tidak mengetahuinya dalam keadaan lemah seperti sekarang. Dia ingin Syarah dan Danar bahagia hingga mereka memiliki cucu sampai maut memisahkan.
Pak Pandhu sangat menyanyangi Danar, juga menyayangi Syarah yang sudah menjadi cucu menantu. Dia hanya bisa berdoa di sisa usianya yang mungkin tak tersisa lama ini, semoga kebahagiaan cucunya hingga nanti. Jangan pernah ada kesedihan dan derita yang ditanggung cucunya itu.
“Kakek, Kakek kenapa?” tanya Syarah mendekati pak Pandhu.
“Tidak, bukan apa-apa. Hanya kepanasan jadi berkeringat,” elak pak Pandhu.
“Aduh maafkan Syarah karena terlalu fokus menyusun bunga Kakek sampai kepanasan. Ayo Syarah dorong masuk ya, Kek,” ucap Syarah mendorong kursi roda pak Pandhu ke dalam rumah.
TBC
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak di komen dan berikan like sebagai bentuk dukungan pada karya pertama saya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Yora
alur ceritanya bagus semangat thor
2021-04-30
1