Cakar-cakar tajam Burung Elang Api Langit akhirnya berhasil menyentuh pakai Heilong. Tapi, Heilong langsung menambah kecepatan larinya dan tiba-tiba menghilang.
“Kemana manusia itu melarikan diri. Sepertinya aku harus menggunakan kemampuan mata elang milikku agar bisa mengikuti pergerakannya itu,” gumam Burung Elang Api Langit sambil terbang mengelilingi daerah sekitar tempat itu.
Mata Burung Elang Api Langit mulai ditutupi dengan cahaya berwarna abu-abu. Dengan kemampuan matanya ini, Burung Elang Api Langit akhirnya bisa menemukan keberadaan Heilong yang ternyata bersembunyi di balik semak-semak sebuah pohon besar yang ada di sebelah kiri.
Burung Elang Api Langit langsung mencengkram pohon besar itu dengan cakarnya dan mencabut pohon itu dari tanam lalu melemparkannya ke samping.
“Kemana lagi kau akan bersembunyi sekarang? Kau tidak akan pernah bisa lari dari jurus mata elang milikku. Kemanapun kau bersembunyi, aku pasti akan bisa menemukanmu dengan mudah karena mataku sekarang bisa melihat menembus benda apapun,” seru Burung Elang Api Langit menyeringai.
“Lalu bagaimana jika aku benar-benar menghilang. Apakah kemampuan dari Jurus Mata Elang milikmu masih bisa menemukanku?”
Sebuah kabut tebal langsung menutupi tubuh Heilong setelah dia mengucapkan hal itu pada Burung Elang Api Langit.
“Ternyata kau mau bersembunyi di balik kabut tebal itu. Jangan terlalu meremehkanku manusia. Kabut seperti itu bisa aku hempaskan dengan mudah menggunakan kepakan sayapku,” seru Burung Elang Api Langit.
“Whosh … Whosh …”
Burung Elang Api Langit mengepak-kepakkan kedua sayapnya dengan kuat hingga terbentuk sebuah badai yang langsung mengusir kabut tebal itu.
Namun, tubuh Heilong juga ikut menghilang bersama dengan kabut itu.
Burung Elang Api Langit terus mengamati daerah sekitar tempat Heilong terakhir kali terlihat setelah kabut itu menghilang. Tapi, dia tidak menemukan sedikitpun jejak keberadaan Heilong.
Heilong benar-benar menghilang seperti di telan Bumi.
Burung Elang Api Langit akhirnya mengalihkan perhatiannya pada sisa-sisa kabut yang tadi menutupi tubuh Heilong. Sebab, kabut itu meninggalkan sisa-sisa energi yang sangat tidak asing bagi dirinya.
“Ini?! Bukankah ini adalah kabut yang terbentuk saat menggunakan jurus itu. Mustahil ada manusia yang masih menguasai jurus itu karena jurus ini seharusnya sudah menghilang bersama dengan hilangnya Mahapatih yang sangat terkenal itu.”
Burung Elang Api Langit menjadi terkejut setelah mengetahui bahwa kabut ini adalah kabut yang berasal dari ilmu menghilang yang paling terkenal di Bumi yaitu Aji Mundri.
Tanpa disadari Burung Elang Api Langit, Heilong ternyata sudah berdiri tepat di belakang tubuh burung elang raksasa itu dengan keadaan yang masih berada di dalam jurus menghilang.
Heilong lalu memasukkan energi air dalam jumlah besar ke dalam Pedang Penguasa Laut lalu meletakkan pedang pusaka itu tepat di depan dadanya dengan posisi vertikal.
Heilong kemudian melakukan gerakan jurus pedang seperti orang yang sedang menari di atas air.
...“Teknik Sembilan Pedang air - Tarian Air Mengguncang Benua.”...
Ratusan ombak langsung muncul dan menyerang tubuh Burung Elang Api Langit ketika Heilong mengayunkan pedang pusakanya itu ke depan.
Ombak-ombak itu terus menggulung-gulung tubuh Burung Elang Api Langit dan membawanya pergi sampai sejauh dua puluh meter.
Heilong kemudian menunjukkan wujudnya untuk mengejek Burung Elang Api Langit yang sudah basah kuyup itu.
“Bagaimana rasanya diterjang ombak yang berasal dari jurus pedang air milikku. Aku jadi heran bagaimana kau bisa berpikir untuk menjadikan aku budakmu sementara kau saja tidak mampu untuk melawanku. Apakah keahlian burung yang merupakan keturunan dari burung Phoenix hanyalah menggertak saja.”
Semua bulu yang ada di tubuh Burung Elang Api Langit langsung berubah warna menjadi merah membara seperti kobaran api karena emosinya sedang memuncak.
Sesaat kemudian aura berwarna merah seperti kobaran api memancar dengan kuat dari tubuh Burung Elang Api Langit hingga membuat langit yang ada di atas mereka juga berubah warna menjadi merah.
“Scree …”
Burung Elang Api Langit kemudian terbang ke atas dan menunjukkan kemarahannya para makhluk yang ada di sekitar hutan ini.
Semua siluman yang tinggal di Tanah Merah dan Tanah Jingga menjadi panik ketika melihat langit yang berubah warna menjadi merah. Mereka semua langsung berlari menjauhi hutan dan bergerak menuju ke Istana raja mereka masing-masing.
**
Istana Siluman Banteng Api.
Ratusan Siluman Banteng Api telah berkumpul di depan Istana Raja mereka untuk meminta perlindungan.
“Raja tolong lindungi kami dari amukan Burung Elang Api Langit. Lihatlah Raja, langit telah berubah menjadi merah seperti bara api yang menandakan bahwa burung elang iblis itu siap untuk kembali menebarkan teror,” seru semua rakyat Kerajaan Siluman Banteng Api bersujud di depan istana.
Seekor Siluman Banteng Api setinggi sepuluh meter berdiri di depan singgasananya. Dia adalah Raja Siluman Banteng Api.
“Tenanglah rakyatku. Jangan panik! Meskipun aku bukan tandingan dari burung elang iblis itu. Tapi, jika dia berani datang kemari untuk menyerang rakyatku. Maka aku akan berdiri paling depan untuk melindungi kalian semua,” seru Raja Banteng Api.
Semua rakyat Kerajaan Siluman Banteng langsung bertepuk tangan setelah melihat keberanian Raja mereka.
Mereka semua akhirnya bisa tenang dan tak takut lagi.
**
Istana Singa Bulu Emas.
Hal yang sama juga terjadi di Kerajaan Siluman Singa bulu emas.
Semua rakyat Kerajaan Siluman Singa Bulu Emas segera pergi menuju ke Istana untuk menemui raja mereka setelah mereka melihat langit yang berubah menjadi merah.
Tapi perlakuan Raja Kerajaan Singa Bulu Emas berbeda dengan perlakuan Raja dari Kerajaan Banteng Api yang mengijinkan rakyatnya masuk dengan bebas ke dalam Istananya.
Raja Kerajaan Singa Bulu Emas memerintah para prajuritnya untuk menjaga dengan ketat pintu masuk Istana dan tidak mengijinkan rakyatnya untuk mendekati kawasan Istana.
Raja Singa Bulu Emas akhirnya pergi keluar Istana untuk menemui para rakyatnya yang sudah menunggu lama di depan pintu gerbang.
“Tenanglah kalian semua!! Selama aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan burung iblis itu untuk memasuki wilayahku,” seru Raja Singa Bulu Emas dengan suara lantang.
Semua rakyat Kerajaan Siluman Singa Bulu Emas akhirnya tenang kenali setelah mendengar pidato raja mereka.
**
Hutan Pencakar langit.
Hawa iblis yang sangat pekat mulai bercampur dengan aura energi api milik Burung Elang Api Langit.
“Kurang ajar kau manusia! Aku mungkin bisa memaafkanmu jika kau hanya menghinaku. Tapi, kau telah lancang dengan menghina leluhurku karena itu kau harus mati sekarang juga,” seru Burung Elang Api Langit dingin menatap tajam ke arah Heilong.
“Siapa memangnya yang telah menghina leluhurmu terlebih dahulu. Apakah kau tidak sadar bahwa tindakanmu yang bersekutu dengan Bangsa Iblis telah mencoreng nama baik leluhurmu sendiri yang merupakan seorang binatang paling suci di Alam Dewa,” balas Heilong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
art
Sipp
2021-10-27
0
De Can
💞
2021-10-11
0
Bagus Bali
lanjut...017
2021-09-07
0