Heilong segera melihat ranting pohon yang ditunjuk tangan Zaha.
Di ujung ranting pohon itu, dia memang melihat ada sebuah benda yang mirip dengan telur. Tapi, Heilong tidak yakin bahwa yang dilihatnya adalah sebuah telur.
Sebab, benda yang mirip dengan telur ini memiliki ukuran seratus kali lipat lebih besar dari telur ayam. Dan benda ini berwarna merah menyala seperti kobaran api.
“Apakah itu adalah sebuah telur? Tapi, mustahil ada Beast yang bisa mencapai ketinggian seperti itu kecuali Beast itu bisa terbang,” tanya Heilong tanpa melihat Zaha.
“Itu memang sebuah telur. Aku mengatakan padamu bahwa itu adalah telur terenak yang ada di Alam Gaib ini,” jawab Zaha.
“Sepertinya kau tahu banyak tentang telur itu. Atau jangan-jangan kau hanya asal tebak saja,” balas Heilong.
“Tentu saja aku tahu. Jika aku tidak tahu, mana mungkin aku menunjukkan telur itu padamu,” jawab Zaha sedikit geram, sebab pertanyaan Heilong seperti sedang mengejek dirinya.
“Coba kau katakan padaku telur hewan apa yang ada di ujung ranting pohon itu, jika kau memang benar-benar tahu,” tantang Heilong.
“Telur itu adalah telur dari Burung Elang Api Langit,” jawab Zaha.
“Nama burung itu terlihat sangat mendominasi. Apakah burung itu adalah penguasa di hutan ini?” lanjut Heilong bertanya.
“Benar, Burung Elang Api Langit adalah penguasa di hutan ini. Ada sebuah legenda yang mengatakan selama Burung Elang Api Langit masih menjaga hutan ini, maka Tanah Merah dan Tanah Jingga tidak akan pernah berani berperang meskipun kedua wilayah itu saling bermusuhan,” jawab Zaha sambil menatap telur itu seperti orang yang sedang kelaparan.
“Bagaimana mungkin seekor Banteng dan Singa takut dengan seekor Burung Elang? Itu adalah hal yang sangat mustahil. Aku sama sekali tidak percaya kata-katamu,” bantah Heilong karena ucapan Zaha memang sulit untuk bisa di terima pikiran seorang manusia biasa.
Lagipula Heilong telah melihat peta pembagian dari wilayah yang ada di Alam Gaib ini. Dan di dalam peta itu sama sekali tidak disebutkan ada wilayah kekuasaan dari Burung Elang Api Langit.
Zaha melipat kedua tangannya ke depan dan berkata dengan acuh pada Heilong. “Terserah jika kau tidak mau percaya. Tapi, sebentar lagi kau pasti akan percaya dengan semua ucapanku.”
“Scree …”
Seekor Burung Elang berukuran raksasa langsung turun dari langit. Ukuran burung elang ini tidak kalah dari ukuran seekor Naga.
Namun, yang menarik perhatian Heilong adalah sayap dari burung ini. Kedua sayap burung elang ini memancar kobaran api seperti sayap burung Phoenix.
“Apakah kau yakin bahwa itu adalah burung elang dan bukan burung Phoenix? Sebab, ciri-ciri burung elang itu mirip sekali dengan burung Phoenix,” tanya Heilong pada Zaha. Namun, pandang Heilong tidak bisa berpaling dari Burung Elang Api Langit.
“Burung Elang Api Langit memang salah satu keturunan dari Burung Phoenix. Jadi wajar saja jika dia memiliki kemiripan dengan Burung Phoenix,” jawab Zaha.
“Sangat masuk kalau begitu jika Siluman Banteng Api dan Siluman Singa Bulu Emas yang menguasai kedua wilayah ini, sangat takut pada Burung Elang Api Langit. Sebab, cengkraman dari cakar burung elang itu pasti bisa meremukkan tulang-tulang kedua siluman itu dengan sangat mudah seperti sebuah tahu,” ucap Heilong.
Zaha melirik Heilong sambil menyeringai. “Bagaimana sekarang? Apakah kau masih ingin telur dari Burung Elang Api Langit itu. Atau jangan-jangan kau telah berubah pikiran karena takut setelah melihat seperti apa bentuk dari pemilik telur itu.”
“Aku bukan takut pada Burung Elang Api Langit itu. Tapi, burung itu adalah keturunan dari seekor burung yang di anggap suci di Alam Dewa. Aku takut akan mendatangkan murka dari langit jika aku membunuh salah satu keturunan dari burung itu,” jawab Heilong.
“Langit tidak akan marah padamu karena burung itu telah berkhianat pada langit. Ketika sampai di Alam Gaib ini, dia telah bersekutu dengan Bangsa Iblis yang ada di Tanah Hitam. Sehingga burung Phoenix yang merupakan nenek moyang dari burung membuat perintah yang melarang Burung Elang Api Langit untuk kembali ke Alam Dewa,” jelas Zaha.
Heilong sebenarnya merasa sedikit aneh saat mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut Zaha. Sebab, sepertinya Zaha mengetahui tentang Alam Gaib ini lebih banyak dari pengetahuan yang dimiliki oleh Divine Beast Aurora.
Tapi, keraguan itu langsung menghilang setelah dia menyadari bahwa Zaha adalah penduduk asli dari Alam Gaib ini.
“Apa yang membuatmu begitu yakin bahwa Burung Elang Api Langit ini telah bersekutu dengan Bangsa Iblis. Bisa saja itu hanya kebohongan yang kau buat agar kau bisa menipuku untuk mengambil telur burung itu,” balas Heilong bertanya untuk memastikan pemikirannya tentang Zaha tidak salah.
“Cih!! Untuk apa aku menipu seseorang hanya demi makanan,” seru Zaha geram. Dia lalu menunjuk mata Burung Elang Api Langit. “Jika kau tidak percaya, maka lihatlah sendiri mata burung elang itu. Warna mata burung itu sangat mirip dengan mata yang dimiliki para iblis. Dan jika kau memperhatikan dengan teliti, kau pasti bisa merasakan hawa iblis memancar dari tubuh burung elang itu.”
Heilong menggunakan Jurus Mata Dewa miliknya untuk melihat tubuh Burung Elang Api Langit dengan teliti. Dan dia memang bisa melihat ada hawa iblis yang memancar dari tubuh burung itu. Tapi, hawa iblis itu sangat samar sehingga sulit untuk dilihat dengan mata biasa.
“Bagaimana kau bisa melihat hawa iblis yang memancar dari tubuh burung itu? Apakah kau juga menguasai Jurus Mata Dewa?” tanya Heilong menatap tajam ke mata Zaha.
“Tidak … Tidak … Mana mungkin aku memiliki kemampuan sehebat itu. Jika aku menguasai Jurus Mata Dewa, maka aku tidak akan tersesat di hutan ini selama berminggu-minggu,” jawab Zaha sambil melambaikan kedua tangannya di depan dadanya.
Jawaban dari Zaha ini terdengar sangat masuk akal. Jika dia menguasai Jurus Mata Dewa, maka dia pasti dengan mudah menemukan jalan keluar dari Hutan ini dengan cara melacak keberadaan Qi penduduk yang ada sekitar hutan ini.
“Jika memang begitu. Maka aku tidak akan ragu lagi untuk mengambil telur burung itu. Tapi, aku membutuhkan seseorang sebagai umpan untuk mengalihkan perhatian Burung Elang itu,” ucap Heilong sambil memegang dagunya.
“Serahkan semua itu padaku. Tapi, jika berhasil maka aku ingin bagian yang lebih banyak karena aku sudah beberapa hari tidak makan,” ucap Zaha semangat.
“Baik. Kalau begitu kita sepakat.” ucap Heilong sambil menjabat tangan Zaha.
Heilong dan Zaha kemudian duduk di tanah dan mulai mengatur strategi untuk mencuri telur Burung Elang Api Langit.
Setelah cukup lama berdiskusi, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk mengambil telur itu saat matahari terbenam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Win
Tipuan nii..!
2022-04-12
0
art
Ok
2021-10-27
0
De Can
🍺
2021-10-11
0