Heilong segera mencari sesuatu untuk menutupi keningnya. Sebab, tanda yang diberikan oleh Divine Beast Aurora itu terlalu menarik perhatian.
Kebetulan di depan tempat Heilong berdiri ada sebuah hutan yang sangat lebat. Dia kemudian berjalan memasuki hutan itu dan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menutupi keningnya.
“Ternyata hutan ini adalah perbatasan antara Tanah Merah dengan Tanah Jingga,” ucap Heilong saat melihat bahwa tanah yang ada di bawah kakinya memiliki dua warna yang berbeda.
Heilong sedikit berhati-hati ketika memasuki hutan itu. Sebab, penduduk dari kedua wilayah ini sangat terkenal dengan kekuatan fisiknya dan kemampuan bertarung jarak dekat yang mereka miliki.
Heilong akhirnya berhenti ketika melihat sebuah pohon yang sangat besar. Pohon itu memiliki daun yang berbentuk pipih dan memanjang seperti daun tanaman tebu. Namun, daun ini ternyata sangat lembut seperti kain sutra.
Heilong lalu mengambil daun itu dan menjadikannya sebagai ikat kepala untuk menutupi bekas ciuman dari Divine Beast Aurora.
“Untung saja warna daun dari pohon ini sedikit gelap. Jadi bisa menutupi cahaya berwarna biru yang memancar dari bekas ciuman Divine Beast Aurora,” ucap Heilong berkaca pada genangan air yang ada di dekat akar pohon itu.
Heilong kembali melanjutkan perjalanannya untuk segera meninggalkan tempat ini karena penduduk kedua wilayah ini tidak terlalu suka dengan kehadiran Bangsa Manusia.
“Tolong …!! Tolong …!!”
Langkah Heilong tiba-tiba terhenti saat dia mendengar suara teriakan minta tolong dari arah tengah Hutan.
“Suara ini mirip seperti suara manusia. Jangan-jangan ada seorang manusia yang tersesat di hutan ini lalu diburu oleh Siluman Banteng dan Siluman Singa. Aku harus segera menolong orang itu sebelum dia mati dimangsa oleh kedua siluman yang buas itu,” gumam Heilong.
Heilong langsung berlari menuju ke tengah hutan karena suara ini terdengar seperti suara orang yang sedang menahan sakit.
Tidak sampai satu menit, Heilong akhirnya sampai di bagian tengah hutan ini karena dia menggunakan kekuatan elemen angin miliknya untuk membantu mempercepat kecepatan larinya.
Tapi, dia tidak melihat seekor siluman pun di tempat ini. Yang dia lihat hanyalah seorang Pria yang sedang duduk sambil memegangi perutnya menggunakan kedua tangannya.
“Apakah kau tadi yang berteriak minta tolong?” tanya Heilong dengan tatapan sedikit aneh karena Heilong sama sekali tidak menemukan ada bekas luka di tubuh orang itu.
Pria itu segera berdiri lalu menjawab pertanyaan Heilong. “Benar. Aku adalah orang yang berteriak sejak tadi terus berteriak minta tolong. Akhirnya ada juga yang mendengar teriakanku. Sudah hampir tiga hari aku berteriak minta tolong. Tapi, tidak ada yang datang kemari untuk menolongku.”
Pada saat inilah Heilong bisa melihat dengan sangat jelas bahwa tubuh pria ini sangat sehat dan sama sekali tidak ada luka di tubuhnya. Otot-otot tubuh pria ini sangat kekar seperti otot tubuh yang dimiliki oleh seorang Prajurit.
“Kenapa kau berteriak minta tolong? Aku tidak melihat ada bahaya apapun di sekitar sini. Dan tubuhmu juga sama sekali tidak terluka. Lalu pertolongan apa yang kamu butuhkan?” tanya Heilong sedikit terheran.
“Tolong masakan sesuatu yang bisa di makan. Aku sudah tersesat di hutan ini lebih dari seminggu dan sama sekali tidak menemukan sesuatu yang bisa di makan. Aku sangat kelaparan,” jawab Pria itu.
Heilong sebenarnya agak jengkel ketika mendengar jawaban dari pria itu. Sebab, di hutan yang seluas ini sangat mustahil jika tidak menemukan sesuatu yang bisa untuk dijadikan makanan.
Tapi, dia tetap berusaha untuk menahan emosinya dan tetap tenang karena pria yang ada di depannya ada Bangsa Manusia yang mungkin suatu saat bisa membantunya untuk masuk ke dalam wilayah Tanah Putih dan Tanah Abu-abu.
“Baiklah. Anda tunggu sebentar di sini. Aku akan berkeliling di sekitar hutan ini sambil mencari sesuatu untuk yang bisa dijadikan makanan,” ucap Heilong.
“Terimakasih anak muda. Kau ternyata adalah orang yang sangat baik. Apakah aku boleh tahu siapa namamu?” balas pria itu bertanya.
“Namaku adalah Heilong. Sebenarnya aku juga sedang tersesat di hutan ini,” jawab Heilong.
“Berarti kita senasib. Namaku adalah Zaha. Tenang saja, aku akan membantumu mencari jalan keluar dari hutan ini setelah perutku kenyang. Sebab, pikiranku akan dipenuhi dengan makanan jika aku sedang lapar. Jadi aku sama sekali tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang. Hehe …” jawab Pria itu sambil tertawa.
“Baiklah, aku akan kembali secepatnya dan membawakanmu makanan,” balas Heilong.
Heilong lalu berjalan untuk mengelilingi hutan ini. Tapi, dia meninggalkan sebuah tanda berupa goresan kecil di setiap pohon yang dia lewati untuk memudahkan dirinya mengingat kembali jalan untuk kembali.
Sudah hampir satu jam dia berjalan mengelilingi hutan ini. Tapi dia belum juga menemukan pohon yang memiliki buah untuk dimakan. Bahkan di sini juga tidak ada satu pun binatang liar yang lewat.
“Hutan apa ini sebenarnya. Kenapa sama sekali tidak ada binatang liar yang bisa diburu. Pantas saja pria itu kelaparan di hutan ini, meskipun otot-otot tubuhnya sangat kekar,” desah Heilong.
“Hutan ini disebut dengan Hutan Pencakar Langit. Lihat pohon-pohon yang ada di hutan ini. Semua pohon yang ada di hutan ini memiliki ukuran yang sangat tinggi dan hampir menyentuh langit. Itulah sebabnya kenapa tidak ada binatang liar di sekitar sini. Sebab, mereka tidak akan bisa mengambil buah-buahan yang ada di hutan ini untuk di jadikan sumber makanan.”
Sebuah suara tiba-tiba muncul di samping Heilong. Padahal Heilong sejak tadi tidak merasa ada orang yang sedang mengikutinya.
Heilong langsung menoleh ke arah arah datangnya suara itu. “Zaha?! Kenapa kau mengikutiku. Bukankah aku tadi menyuruhmu untuk menungguku.”
“Aku takut kau akan menghabiskan makanan itu sendiri jika kau mendapatkan makanan di hutan ini. Haha …” jawab Zaha tertawa.
“Sial! Sudah untung aku mau menolongmu mencarikan makanan. Tapi, kau sama sekali tidak percaya padaku. Baiklah, aku tidak akan membantumu mencari makanan di hutan ini,” gerutu Heilong sedikit emosi.
“Hehe … Jangan marah dulu. Aku tadi hanya bercanda. Sebenarnya aku sudah menemukan tempat dimana kita bisa mendapatkan makanan. Tapi, tempat itu sangat berbahaya,” ucap Zaha berusaha membujuk Heilong.
“Apakah kau benar-benar yakin bahwa di tempat itu ada sesuatu yang bisa kita makan?” tanya Heilong dingin karena dia masih sedikit emosi.
Zaha lalu menunjuk sebuah pohon yang ada di belakangnya.
Pohon itu adalah pohon yang paling tinggi di hutan ini dan memiliki ranting pohon berbentuk seperti sebuah telapak tangan.
“Lihatlah baik-baik benda apa yang ada di setiap ranting pohon itu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
M.agung sarifatullah
buah berenuk kah
2022-05-22
0
Win
Zsaha eta...?
2022-04-12
0
De Can
👍👍
2021-10-11
1