Sudah hampir lima jam mereka berdua menunggu sambil bersembunyi di balik pepohonan yang ada di hutan ini sambil mengamati setiap pergerakan yang dilakukan Burung Elang Api Langit.
Matahari akhir menunjukkan tanda-tanda akan terbenam.
“Waktu yang kita tunggu akhir tiba. Apakah kau benar-benar sudah siap untuk menjalankan rencana kita? Jika kau tidak yakin bisa memancing perhatian burung elang itu, maka aku bersedia bertukar tugas denganmu. Sebab, jika sampai gagal maka nyawaku bisa dalam bahaya,” tanya Heilong melirik Zaha.
“Apa kau mau bertukar tugas denganku? Ingat! Memancing perhatian burung itu bukanlah hal yang mudah. Jika kau gagal menandingi kecepatannya, maka tubuhmu akan langsung tercabik-cabik oleh cakarnya yang sangat tajam,” ucap Zaha memastikan.
“Swing …”
Heilong tidak menjawab pertanyaan Zaha tapi tubuhnya tiba-tiba menghilang dari hadapan Zaha. Zaha pun langsung menjadi sangat terkejut karena aura keberadaan Heilong juga ikut menghilang.
“Apakah kecepatan seperti ini sudah cukup untuk menandingi kecepatan dari Burung Elang Api? Jika masih kurang, aku bisa menambah kecepatanku hingga 4x lipat,” tanya Heilong sambil memegang punggung Zaha dari belakang.
Zaha langsung menoleh ke belakang ketika tangan Heilong menyentuh punggungnya, disusul dengan sebuah suara yang bergema dari arah belakang.
“Itu bukan cukup lagi. Tapi, kecepatan gerakanmu itu sudah melebihi kecepatan dari Burung Elang Api Langit. Baiklah, kalau begitu kita bertugas tugas saja. Setelah kau berhasil memancing burung itu terbang menjauh kira-kira lima puluh meter, maka aku akan langsung bergerak untuk mengambil telur itu dari sarangnya,” ucap Zaha.
“Lima meter?! Bukankah itu terlalu jauh. Ketika kau mengambil tugas untuk memancing perhatian burung itu, kau hanya mengajukan sejauh dua puluh meter saja,” balas Heilong.
Zaha menjawab dengan tersenyum. “Itu karena gerakan yang aku miliki tidak secepat gerakanmu. Jika hanya 20 meter saja, aku takut burung elang itu akan langsung menangkapku seandainya kau gagal mengecoh perhatiannya.”
“Tapi, bagaimana caramu untuk bisa mencapai ranting pohon yang sangat tinggi itu? Bukankah kau sendiri juga tidak bisa terbang,” tanya Heilong penasaran.
Sebenarnya alasan ini juga yang membuat Heilong ingin bertukar tugas. Sebab, saat ini dia juga tidak memiliki kemampuan untuk terbang karena Gremlin dan Galene tidak ikut bersamanya pergi ke Alam Gaib.
Zaha tiba-tiba menggerakkan ujung jari telunjuknya ke tanah. Aura berwarna coklat langsung memancar dari jari telunjuk Zaha dan membuat tanah itu bergerak sesuai dengan gerakan tangan Zaha.
“Ternyata kau memiliki kemampuan untuk mengendalikan tanah,” ucap Heilong mengerutkan keningnya ketika melihat jari telunjuk Zaha.
Heilong akhirnya ingat dengan ucapan Divine Beast Genbu dan juga Li Ziqi. Mereka berdua mengatakan bahwa Planet Bumi di dominasi oleh para kultivator yang memiliki kekuatan elemen tanah dan elemen air.
“Benar. Aku bisa mengendalikan tanah sesuai dengan keinginanku karena aku adalah seorang kultivator elemen tanah. Aku bisa dengan mudah membuat tanah yang ada di bawah kakiku ini, naik menuju ke sarang Burung Elang Api Langit dan mengambil telur itu,” jawab Zaha tersenyum bangga.
“Jika kau memiliki kemampuan sehebat ini, kenapa kau membutuhkan bantuanku untuk mengambil telur itu? Seharusnya kau bisa dengan mudah mengambil telur itu sendiri,” tanya Heilong mulai curiga.
“Jika tidak ada seseorang yang memancing perhatian burung elang itu, itu sama artinya dengan aku mengantarkan nyawaku sendiri. Sebab, burung itu pasti akan menyerangku sampai mati begitu aku berhasil mendekati sarangnya,” balas Zaha.
Heilong tidak lagi mendebat Zaha karena semakin lama mereka mengobrol maka akan semakin banyak waktu yang terbuang. Sebab, Zaha sangat pandai berbicara.
Heilong lalu berjalan ke sebuah tanah lapang yang berjarak sekitar lima meter dari tempat awal mereka berdiri agar Burung Elang Api Langit itu bisa melihat keberadaannya.
“Sekarang aku tinggal membuatnya marah agar semua perhatiannya tertuju padaku.”
Heilong kemudian mengeluarkan Pedang Penguasa Laut di tangan kanannya dan menggunakan jurus pertama dari jurus elemen air miliknya.
...“Teknik Sembilan Pedang Air - Tebasan Ombak Pantai Selatan.”...
Aura energi air yang memancar dari Pedang Penguasa Laut langsung berubah menjadi ombak yang sangat besar dan mengarah ke atas menuju sarang Burung Elang Api Langit
Burung Elang Api Langit langsung terbang di depan sarangnya untuk melindungi telurnya yang belum menetas.
“Boom …”
Ledakan yang sangat kuat dan mengguncang seluruh bagian hutan seketika terdengar ketika ombak itu menabrak sayap api milik Burung Elang Api Langit.
Burung Elang Api Langit langsung menatap Heilong. “Siapa kau sebenarnya dan kenapa kau tiba-tiba menyerangku? Apakah kau tidak tahu bahwa aku adalah penguasa dari hutan ini! Aku bisa dengan mudah mencabik-cabik tubuhmu jika kau tidak memberiku alasan yang masuk akal.”
“Apa kau pikir aku takut dengan ancamanmu itu? Jika kau ingin tahu siapa aku, maka tangkaplah aku jika kau mampu.”
Heilong langsung berlari menjauh dari tempat itu dengan menggunakan Jurus Super Sonic Dance miliknya.
Hanya dalam waktu beberapa nafas saja, dia sudah berlari sejauh puluhan meter.
“Ternyata dia memiliki kecepatan yang sebanding denganku. Pantas saja dia berani mengusik ketenanganku. Tapi, aku belum pernah melihat ada manusia yang memiliki kecepatan seperti itu sebelumnya. Jangan-jangan manusia itu bukan berasal dari Alam ini,” ucap Burung Elang Api Langit setelah mengamati dan mencium aroma tubuh Heilong sari kejauhan.
“Tapi, kau tidak akan pernah bisa lari dariku. Aku akan menyiksamu terlebih dahulu sebelum aku membunuhmu jika aku berhasil menangkapmu,” lanjut Burung Elang Api Langit menyeringai.
“Scree …”
Burung Elang Api Langit segera terbang menyusul Heilong dengan menggunakan kedua sayapnya yang menyala-nyala.
Jika tidak memperhatikan dengan teliti, maka setiap makhluk yang melihat Burung Elang Api Langit ketika dia sedang terbang. Pasti akan menganggap bahwa yang sedang terbang itu adalah seekor burung Phoenix.
Burung Elang Api Langit terbang dengan kecepatan tinggi menuju ke arah Heilong. Sekarang perbedaan jarak mereka berdua hanya sekitar lima meter saja.
“Aku tahu bahwa aku adalah seorang manusia. Mengingat bahwa ada seorang manusia yang dulu pernah menolongku, maka aku bersedia mengampuni nyawaku asalkan kau mau menjadi budakku,” seru Burung Elang Api Langit.
“Menjadi budak?! Jangan bermimpi! Apa kau pikir aku akan mau menjadi budak dari seekor hewan yang biasa menjadi sarapan pagiku. Haha …” balas Heilong sambil terus berlari.
“Kurang ajar!”
Burung Elang Api Langit menjadi sangat marah. Api yang berkobar di kedua sayapnya menjadi semakin besar dan membuat kecepatan terbangnya menjadi semakin bertambah.
Sekarang dia sudah berada tepat di belakang Heilong dan cakar-cakar tajam miliknya hanya berjarak beberapa langkah saja dari punggung Heilong.
“Karena kau tidak mau menyerah maka rasakanlah cakar-cakar tajam milikku ini.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Win
Yg terjadi kemudian...
2022-04-12
0
art
Nexxtttttt
2021-10-27
0
De Can
👋
2021-10-11
0