Dalam hati Zi Zhao Tidak menanyangka, pamannya yang sehari hari biasa bersikap lembut serta murah senyum mampu membunuh orang dihadapan Belasan pasang mata tanpa berkedip bahkan sorot matanya sangat dingin ketika menatap sekeliling.
Ketika Jiang yan berjalan menuju arahnya, dia sedikit bergidik melihat baju yang dia pakai basah karena darah dari pria paruh baya yang baru saja dibunuhnya.
"Paman,....." Ucap Zi Zhao lirih.
"Apa menurutmu aku terlalu kejam bocah?" Tanya Jiang yan.
Zi Zhao mengangguk pelan
karena dia belum pernah melihat seseorang membunuh tanpa memiliki perasaan sama seperti yang Jiang Yan lakukan barusan.
"Haih,.. Kau masih terlalu muda untuk mengenal dunia bocah, masih banyak di luar sana orang orang yang lebih kejam dari pada aku.
Mereka melakukannya hanya karena masalah salah paham dan bisa saja menyebabkan perang bersekala besar" Jelas Jiang yan.
"Tapi paman, bukankah tindakanmu barusan bisa menyebabkan keributan bila keluarga bangsawan itu tidak terima?"
"Tidak, mereka tidak akan melakukannya, karena aku sudah terlebih dahulu meratakan kediamannya" Ucap Jiang Yan.
Kali Ini Zi Zhao benar benar terkejut atas pernyataan yang Jiang Yan katakan. Dalam kepalanya ia berpikir bagaimana keadaan kediaman bangsawan itu sekarang, mengingat kekuatan Jiang Yan dapat membunuh seorang pendekar Ahli dengan sangat mudah.
Sebagian pikirannya mengatakan
"PEMBANTAIAN"
Hanya itu kata kata yang berdengung dalam kepalanya.
Menyadari perubahan sikap Zi Zhao, Jiang Yan kemudian menepuk bahunya.
"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan.
Aku tak ingin kau memikirkan hal itu, karena dapat mengigatkanku pada masa kelam di kehidupanku" Kaki Jiang Yan melangkah menuju belakang rumah.
"Apa masa kelammu paman" Zi Zhao bingung sebab dia tahun pamannya menghabiskan sebelas tahun untuk tinggal di pulau itu.
"Huff," Jiang Yan menghela nafas pelan.
"Dulu aku pernah membantai seisi benua" Ucapnya sambil berlalu meninggalkan Zi Zhao yang mematung mendengarkan jawaban pamannya.
***********
Setelah Membersihkan diri dan mengganti pakaian nya menggunakan pakaian milik Zi Zhao.
Dia kemudian merebahkan tubuhnya dia atas kasur, perlahan lahan ingatan masa lalunya mulai muncul, mulai dari saat pertama kali bertemu dengan Hong Tian di dekat sebuah Gua pinggir sungai hingga dia berhasil menuntaskan misinya dan mendaki kepuncak tertinggi.
"Sedang apa kau bocah" Suara naga tua berdengun di kepala Jiang Yan
"Tidak, tidak sedang melakukan apa apa" Jiang yan tersadar dari lamunannya.
Mereka berdua selanjutnya mengobrol sedikit, terkadang ejekan dari naga tua membuat Jiang yan sedikit emosi.
Perdebatan sengit terjadi lagi antara naga tua dan Jiang yan, Namun tetap seperti halnya sebelum sebelumnya perdebatan itu dimenangkan oleh Naga tua.
Jiang Yan memiringkan tubuhnya dan bertanya pada naga tua, Bagaimana jika dia mengajari Zi Zhao Bela diri. Apakah itu berdampak bagus atau tidak.
"Ada dua sisi disini, pertama itu bakal berdampak bagus karena dia tidak lagi mengandalkan perlindungan orang lain.
Kedua itu juga akan berdampak buruk baginya, Sebab dengan belajar beladiri maka otomatis orang itu sudah termasuk dalam dunia bela diri yang kejam, mungkin bisa jadi dia dapat melihat pembunuhan tiap hari di depan matanya"
Jiang Yan dapat melihat yang dikatakan naga tua ada benarnya, karena dia sendiri sudah berulang kali mengalaminya. Kepalanya nampak berkedut memikirkan akan mengajari Zi Zhou bela diri atau tidak, hanya dua hal yang mengganjal pikirannya. yang pertama adalah dampak baik maupun buruk dan sumber daya di sekitar daerah ini yang kurang dari cukup.
"Haaaah.. " Suara hembusan udara yang luar dari mulut.
"Kuharap keputusanku tidak salah" Gumam Jiang Yan dalam hati.
Kakinya melangkah keluar dari kamar bermaksud menemui Zi Zhou
yang sedang berbincang dengan keluarga kecilnya.
"Zhou'er.." Sapa Jiang Yan
"Eh paman tidak biasanya kau memanggilku begitu. Apa ada yang mau dibicarakan?" Jawab Zi Zhou.
"Tentu saja aku masih punya etika di depan Istrimu Bocah" Tentu saja Jiang yqn mengucapkannya dalam hati.
Mulut Jiang Yan kemudian tersenyum Tipis.
"Liu'er, Kupinjam suamimu sebentar yah" Pintanya disusul anggukan dari Sha Liu.
"Paman Jiang, apakah aku boleh ikut?"
"Tentu saja, Wei'er boleh ikut. Ayo kita ke halaman" Jiang Yan membopong Tubuh kecil Zi Wei dan menuju halaman.
Sesampainya dihalaman tatapan serta ekspresi jiang yan menjadi serius, menyadarinya Zi Zhou ikut menjadi serius karena dia tahu pasti Pamannya akan membicarakan hal yang sangat penting menyangkut dirinya maupun keluarganya.
Mulut Jiang Yan mengecap lalu berkata "Bocah, kuberi kau dua pilihan" ucapnya perlahan.
"Pertama, apa kau ingin belajar bela diri dan menjadi pendekar kuat atau yang ke dua, tetap manjadi orang biasa" Jiang Yan memberikan pilihan.
Setelas mendengar pilihan yang di berikan Zi Zhao mulai berpikir keras sambil menuju kursi batu yang berada tak jauh darinya.
Dahinya mengkerut serta keringat yang kiat bercucuran, Mengingat keputusannya akan sangat mempengaruhi kehidupan miliknya kedepannya.
Ia membutuhkan hingga satu jam untuk berpikir segala kemungkinan yang akan terjadi saat dia memilih svalah satunya.
Di sela sela itu Jiang Yan dan Sha Liu menyempatkan diri menemani Zi Wei bermain sambil menunggu Zi Zhao selesai membuat keputusan.
"Paman!," Panggil Zi Zhao.
"Hemmm, Apa kau sudah memutuskannya" Seru Jiang yan.
Zi Zhao mengangguk pelan kemudian berjalan mendekati Jiang Yan.
"Apa yang kau pilih!?"
Zi Zhao menjelaskan bahwa dia memilih pilihan kedua untuk tetap menjadi orang awam pada umumnya, Dia menjelaskan bahwa sudah memantapkan keputusannya.
"Huh... Baiklah, aku menghargai keputusanmu" Timpal Jiang yan.
Tangan Jiang yan melambai lalu muncul sebuah pating berbentuk singa yang memiliki 2 sayap di punggung nya dan memiliki warna kuning di seluruh bagian.
Kemudian dia mengusap kepala patung singa itu sambil menyalurkan sedikit kekuatan ilahinya.
"Ini adalah Artefak kuno yang akan ku tinggalkan padamu" Ucap Jiang Yan sambil terus mengalirkan kekuatan ilahinya.
"Swooosh..." Muncul seseorang dari dalam patung singa itu dan langsung berlutut dihadapan Jiang Yan
"Hormat Kepada Tuan!" Seru orang itu sambil menangkupkan tangannya.
"Mmm... Berdirilah, akan kuberitahumu sesuatu" Mata jiang yan menatap keluarga kecil Zi.
"Selanjutnya kau akan tetap berada disini dan melindungi mereka dari bahanya apapun" Perintahnya.
"Hamba menerima perintah, Tuan" Tegas orang itu.
Jiang Yan mengahampiri ketiganya lalu menyerahkan sebuah kantung yang berisi lima ribu tael emas.
"Kuharap kau bisa menggunakannya dengan bijak" Pesan Jiang Yan
"Ini...... Terima kasih paman" Zi Zhou menangkupkan tangan dan membungkukan badan.
"Tidak masalah, Hanya itu yang dapat ku berikan padamu" Ujar Jiang Yan.
"Aku juga akan pamit padamu, setelah ini aku akan pergi" Jiang yang membalikan badannya.
Langkah Jiang yan sempat berhenti ketika mendengar suara cadel Zi Wei.
"Paman, apa kau akan kembali?"
"Hemmm... Paman pasti akan kembali dan mungkin membawa seorang adik kecil serta bibi cantik untukmu" Jawab Jiang Yan yang sudah mulai melangkahkan kakinya keluat dari halaman rumah Zi Zhao.
Hingga Tak terlihat lagi sosok Jiang Yan yang mereka berempat lihat sebelumnya....
**********
Penjelasan kenapa bisa jadi berempat yang tadinya hanya bertiga.
Kau bacalah Tod kan ada satu lagi dari Artefak kuno berbentuk singa lah kentok.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Bobby
👌👌👌👌👌
2021-03-27
0
xio hu
jan esmosi bos wkwkw
2021-02-28
0