Siapa Kamu?

Renjana Kanya

"Dari mana?"

Pertanyaan bernada tegas itu menghentikan tawaku saat Aldo menceritakan salah satu hal memalukan bagi Mas Hanung. Dengan niat agar suatu saat bisa kugunakan sebagai senjata jika dia berbuat tidak adil. Kami berhenti di tangga rendah sebelum masuk rumah Almira. Mataku menangkap sosok Putra sudah berdiri di depan teras dengan tatapan... entah. Aku tak ingin menyimpulkannya terlalu cepat.

"Kenapa lo pengen tahu?" balasku sambil berlalu dari hadapan Putra. Lelaki itu menarik pergelangan tanganku hingga membuat kami saling berhadapan. "Auw... sakit, Putra. Mau lo apa lagi sih?"

Melihat aku merintih kesakitan, Aldo mendekat ke arahku dan meminta Putra melepaskan tangannya, tapi lelaki itu justru menampel tangan Aldo.

"Tolong, kamu harusnya nggak berbuat kasar sama perempuan. Lepaskan tangan, Kanya!" pinta Aldo dengan suara tegas. Namun Putra justru berdiri menantang di depan Aldo dengan sorot mata tajam yang tak pernah kulihat sebelumnya.

"Gue perlu bicara sama dia!" kata Putra tak kalah tegas tanpa melepaskan genggamannya dari pergelangan tanganku. Aku meringis menahan panas. Genggaman Putra terlalu kencang hingga membuat kulitku seperti terbakar.

"Setidaknya lo bisa menghargai posisi Kanya! Lo nggak lihat dia kesakitan?" Aldo masih berusaha melepaskan tanganku dari genggaman Putra, tapi lelaki itu justru memasang badan di depanku. Membuat jarak antara aku dan Aldo. "Oke, gue nggak akan ikut campur urusan kalian, tapi kalau Kanya sampai terluka, gue akan bikin perhitungan sama lo."

"Gue nggak mau ngomong sama lo. Lagian apa lagi sih yang perlu kita obrolkan? Nggak ada, Putra. Lepasin tangan gue!" teriakku kesal sambil berusaha melepaskan cengkraman Putra dari pergelangan tanganku. Usahaku tetap sia-sia. Bahkan Putra semakin meningkatkan pertahanannya ketika Aldo merangsek ke depan.

"Ikut, kita nggak bisa ngobrol di sini!"

"Gue nggak mau!"

"Kanya, kali ini aku minta tolong sama kamu, ikut aku." Tatapan Putra melembut kali ini. Kilat kemarahan yang terpancar di matanya mulai meredup.

Lelaki itu menarik tanganku agar mengikuti ke mana ia pergi. Sedang aku mencoba meminta pertolongan Aldo yang menatap kepergian kami dengan pandangan yang susah dijelaskan. Sejekap aku mengingat lelaki yang memiliki sorot mata yang sama dengannya.

"Arez," gumamku membuat langkah Putra berhenti.

"Apa?"

"Bukan urusan lo!"

"Jangan kira gue nggak dengar apa yang barusan lo sebut, Anya! Kenapa lo mendadak sebut nama Arez?"

"Gue bilang bukan urusan lo!"

Sorot mata Putra kembali tajam. Ia melepas genggamannya dan mendorong tubuhku hingga membentur gerbang rumah Almira. Hanya satu nama itu yang selalu bisa membangunkan insting hewan dalam tubuh Putra. Arez. Teman yang sudah sejak lama berhasil memancing kecemburuan Putra.

"Lo masih berhubungan sama dia?"

"Bukan urusan lo!"

Putra memukul tembok pembatas di belakangku. Tangan lelaki itu mengepal, membuat buku-buku jarinya terlihat jelas. Emosinya tak terkendalikan. Ia mencengkeram kerah kaus yang kupakai dan menekan tubuhku semakin rapat ke gerbang. Sorot matanya mengintimidasi. Meski aku kesusahan mengambil napas, Putra tetap tidak melepaskan cengkramannya. Bahkan ia tak peduli ketika melihat air mataku mengalir.

Lelaki itu baru melepaskan cengkramannya saat Aldo menghampiri kami dan memukul wajah Putra. Mereka terlibat baku hantam hingga Damar dan Pak Pras berhasil melerai keduanya.

***

Jakarta, Februari 2016

"Kamu dari mana aja sama Arez? Nggak lihat ini udah jam berapa?"

"Putra?" tanyaku tak bisa menyembunyikan keterkejutan dari wajahku. Lelaki itu bilang akan berkunjung pekan depan dan saat ini tiba-tiba saja sudah berdiri di teras rumah. Sementara Arez dengan sikap tengilnya menyapa Putra yang sudah pasti tidak diacuhkannya. "Kapan datang?"

"Iya, ini gue. Kenapa, kaget? Nggak nyangka kalau gue bakal ke sini lebih cepat?"

Tanpa menjawab pertanyaan Putra, aku mengambil kunci dari dalam tas dan membuka pintu. Melebarkan jarak agar tidak terjadi hal yang tak kuinginkan antara Putra dan Arez. Aku tahu Putra tidak suka aku jalan dengan Arez saat mendengar ia menyebut gue-lo.

Aku baru saja sampai di kontrakan bersama Arez, saat Putra sudah menunggu di depan rumah. Wajahnya terlihat lelah. Juga ada raut cemburu yang tercetak jelas. Ia bahkan masih menyandang ransel dan kopernya tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Entah sejak kapan ia datang, sebab jika melihat kondisi rumah yang masih sepi, sepertinya Almira dan Damar juga belum pulang. Toh pertanyaanku pun tak dijawab lelaki itu.

"Masuk dulu," pintaku sambil membantu Putra membawakan kopernya.

Aku ingin menjauhkan Putra sesegera mungkin dengan Arez. Ia bahkan masih saja menebar hawa permusuhan dengan Arez meskipun teman serumahku itu sudah masuk ke kamarnya.

"Dari mana sih kalian jam 11 baru pulang?"

Putra memburuku dengan pertanyaan saat kami berada di kamar tamu. Rumah ini lumayan besar dengan beberapa kamar tidur. Jadi tak susah jika ada temanku maupun Damar, Almira atau Arez yang ingin menginap.

Setelah menyimpan koper Putra di sudut ruangan, kami berdiri berhadapan. Aku menatap matanya yang bergerak gelisah. Jika dia tidak sedang dalam keadaan marah, aku pasti akan memeluk dan mencium bibirnya yang sensual itu. Saling memangkas jarak dan berbagi rindu yang hampir satu bulan kami tabung.

"Arez jemput aku di Sanggar Garasi karena mobilku mogok. 'Kan tahu sendiri, kalau pulang teater tuh malem banget. Jadi aku minta Arez buat jemput. Tadi di jalan sempat hujan, jadi kami berteduh dulu. Jas hujan Arez cuma satu," kata sambil menggenggam tangan Putra yang gemetar. Aku tahu ia mulai panik karena aku tak mau menuruti permintaannya menjauhi Arez. "Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan, Putra."

"Tapi aku nggak percaya sama dia!" Nada suara Putra masih meninggi.

"Ya kalau lo nggak percaya sama gue, setidaknya lo bisa percaya sama pacar lo." Tiba-tiba Arez sudah berdiri di pintu kamar. Tubuhnya yang tinggi atletis bersandar di bingkai pintu dan mengulurkan cucian kering kepadaku. Senyum yang katanya bisa membuat siapa pun jatuh cinta, tercetak di wajahnya. "Cucian lo udah kering nih. Sekalian gue ambilin CD lo."

"Apa? Lo ngambil CD, Kanya?" tanya Putra dengan nada suara makin meninggi.

"Ya, ada yang salah?" tanya Arez tanpa merasa bersalah meski aku sudah memberi tanda untuk tidak menjawab pertanyaan Putra.

Sudah biasa bagi kami saling membantu mengambil cucian. Termasuk pakaian dalam. Awalnya aku juga risih, tapi lama-lama terbiasa juga. Lagian apa yang salah dengan pakaian dalam. Toh bentuknya juga seperti itu-itu saja. Berbahan katun dan bukan dari emas. Namun bagi Putra hal itu masih jadi bagian sensitif yang sembarangan orang tidak boleh tahu.

Bukannya menjawab pertanyaan Arez, Putra justru memukul wajah lelaki itu. Meski sudah kulerai pun, Putra masih gelap mata dan memukuli Arez. Ia baru berhenti saat aku nekat menghadang pukulan Putra dengan punggungku. Pukulannya yang keras membuatku terhuyung dan jatuh tersungkur ke lantai hingga mengantarkanku ke ruang gawat darurat dan mendapat tiga jahitan di pelipis kananku. Sementara Putra harus mulai rajin mengikuti konseling untuk meredam emosinya.

Satu minggu sejak kejadian itu, Arez memutuskan untuk pindah kos dan mulai jarang menghubungi aku. Putra benar-benar menghapus seluruh koneksiku terhadap Arez. Bahkan ia memblokir seluruh akun media sosial milik lelaki itu. Padahal Putra tak pernah merasa cemburu berlebihan pada teman laki-lakiku yang lain. Bahkan terhadap lawan mainku ketika pertunjukan teater yang kadang mengharuskan aku melakukan adegan skin ship. Hanya kepada Arez sikap Putra tak bisa dikendalikan.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Kini, setelah empat tahun berlalu dan tak lagi ada hubungan apa pun di antara kami, nama Arez kembali membuat emosi lelaki itu tak terkendali hingga adu pukul dengan Aldo. Ia memutuskan pulang dengan wajah berlumuran darah tanpa mengizinkan aku membersihkan lukanya terlebih dahulu. Sedangkan Aldo tampak mencoba meredam emosinya. Teman Mas Hanung itu meninggalkan kami dan masuk ke kamar tamu.

"Lihat sendiri 'kan akibat ulah kamu? Tadi pagi Almira, sekarang Aldo. Mau siapa lagi yang akan jadi korban keegoisan kamu, Nya?" kata Damar membuatku merasa tertampar. "Semua masalah ini nggak akan pernah selesai kalau kamu selalu lari."

Damar meninggalkanku yang masih syok di halaman depan. Aku baru beranjak masuk saat Almira menghampiriku dan meminta agar aku membersihkan luka Aldo.

"Kamu harus berani, Nya. Aku tahu ini rumit, tapi kalau kamu nggak mencoba berani selamanya cuma kamu yang akan tenggelam sendirian."

Aku tersenyum saat menerima kantong es batu dan kotak P3K dari Almira. Ia mengantarku ke depan pintu kamar tamu tempat Aldo dan meyakinkan jika aku bisa melewati peristiwa ini.

Ragu-ragu aku mengetuk pintu bercat putih itu. Tak ada jawaban. Berulang-ulang aku mencoba mengetuk hingga akhirnya pintu itu terbuka. Wajah lebam Aldo muncul dari balik pintu. Almira mendorongku agar mendekat sebelum ia masuk ke ruang keluarga.

"Ehm, aku boleh masuk? Sepertinya Anda butuh perawat," kataku mencoba melucu sambil menunjukkan kotak P3K sekalipun tak yakin hasilnya akan sukses. Meski begitu Aldo tetap tersenyum dan mempersilakan aku masuk.

"Sori ya Mas Aldo, kamu jadi terluka karena nolongin aku," kataku pada akhirnya setelah kebisuan menyelimuti kami. Lelaki itu hanya meringis menahan perih. Matanya semakin sipit saat ia mengaduh kesakitan.

"Nggak apa-apa kok. Udah sewajarnya kayak gitu."

Aldo hanya tersenyum dan mengamatiku saat sedang membersihkan lukanya. Jarak kami yang terlalu dekat membuat detak jantungku tak beraturan. Apa lagi napas lelaki itu terasa di wajahku. Membuatku semakin salah tingkah.

"Ehm, Mas Aldo bisa tolong jangan ngeliatin aku serius gitu?"

"Kenapa? Masa aku ngelewatin momen dirawat sama perempuan secantik kamu?" goda Aldo membuat wajahku memanas.

Gerakan tanganku berhenti ketika Aldo mengucapkan kalimat itu. Detik selanjutnya, ia menempelkan bibirnya ke bibirku dan mengecupnya lembut.

Tubuhku masih menegang ketika Aldo melepas ciumannya dan memandangku lekat. Tatapan mata itu lagi. Mengapa sangat mirip dengan Arez?

Situasi dan kalimat lelaki itu mengingatkanku pada malam setelah peristiwa Putra memukul wajah Arez.

Aku memutuskan untuk masuk ke kamar Arez setelah Putra tertidur usai dari rumah sakit. Lelaki itu masih sibuk menyelesaikan maket di kamarnya. Sesekali ia mendesis dan mengusap sudut bibirnya yang lebam.

"Sori ya, kalau sikap Putra kekanak-kanakan."

Arez tersenyum. "Nggak apa-apa kok. Udah sewajarnya kayak gitu."

"Mana ada, harusnya dia tuh bisa atur emosinya. Dia kan tahu gue sama lo cuma te..."

Kalimatku terputus, sebab pada detik selanjutnya Arez mencium bibirku. "Tapi aku nggak pernah menganggapmu teman. Selama ini aku nggak ganggu kamu sama Putra karena aku sabar menunggu sejauh mana hubungan kalian bisa bertahan."

Mata hitam Arez menatapku tajam. Seolah menyeretku agar masuk dalam hatinya dan melihat sendiri untuk siapa ruang itu disisakan setelah mendapat pengkhianatan dari mantan pacarnya.

Aku masih terpaku. Menatap mata Aldo yang semakin mirip Arez.

"Siapa kamu sebenarnya?"

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

🤣🤣🤣🤣lha udah dicium aja nengggg????

2021-08-21

0

Nacita

Nacita

wihhhh...s naya d sosor sana sini ini aduh gimana tohhh 😩

2021-08-05

0

Fifa

Fifa

keren thor 👍semngat selali ya

2021-07-12

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Sebuah Masalah
2 Teman Seperjalanan
3 Luka
4 Peristiwa Pagi Hari
5 Niat Terselubung
6 Skenario Almira
7 Reuni
8 Curhatan Tengah Malam
9 LDR
10 Kami Terlalu Naif Menganggap Masa Depan dalam Genggaman
11 Semesta Lebih Tahu Bagaimana Caranya Bekerja
12 Rencana-rencana Aldo
13 Beautiful of Lokcan
14 Siapa Kamu?
15 Pandangan Pertama
16 Hei, Kanya
17 Dia dan Keributan dalam Kepala serta Hatinya
18 Apakah Dia Dunia dalam Kepalamu?
19 Me? Salam Kenal Aku Alcatraz
20 Jika itu Bukan Kamu
21 Awal Keretakan (I)
22 Awal Keretakan (II)
23 Give Me a Chance
24 Rindu Jakarta
25 Halo, Ayah
26 Masalah Akan Selalu Datang dan Pergi Selama Kita Bernapas
27 Cemburu
28 Makan Malam
29 Menemukan Kehangatan
30 Keisengan Hanung
31 Berbagi Canda
32 Apa yang Harus Kulakukan Agar Dia Memaafkanku?
33 Cerita Setiap Kenangan
34 Kesepakatan
35 Sepotong Sandwich
36 Tatapan Kecewa
37 Tentang Araz
38 Putri Hujan dan Ksatria
39 Have a Nice Dream, Kanya
40 Good Morning, Kanya
41 He's Come Back
42 Nada Sumbang
43 Gelisah
44 Amarah
45 Dia, di Sini
46 Boleh Aku Merasakan Dekapmu Lebih Lama?
47 Menerka-nerka
48 Mengumpulkan Kepingan Puzzle
49 Jejakmu Pun Terhapus Hujan
50 Ya, Semesta Selalu Tahu Kapan Harus Bekerja
51 Waktu Paling Tepat Melupakan Kenangan
52 Mengejar Bayangan
53 Sebuah Nama, Sebuah Rasa
54 Jika Memang Cinta Lantas Mau Apa?
55 Halusinasi
56 Hanya Perlu Jujur Jika Aku Suka Kamu
57 Mengungkapkan yang Terpendam
58 Memungut Kenangan
59 Rahasia
60 Dia Bukan Hanya Penjara, Melainkan Juga Matematika dan Bahasa
61 Harga Sebuah Rasa
62 Terima Kasih untuk Semua Kenangan
63 Selamat Jalan, Kawan
64 Semua Cerita Tentang Arez
65 Semua Cerita Tentang Arez II
66 Keputusan Arez
67 Deal?!
68 Dia, Kanya
69 Setelah Hari Esok
70 Resmi, Pacaran?
71 Apa Jatuh Cinta Semanis ini?
72 Ajakan
73 Berdebar
74 Sisi Lain
75 Panggilan
76 Ikatan yang Rumit
77 Dia Perempuanku
78 Yang Ada dalam Benakku
79 Dia yang Menggemaskan Ketika Sedang Cemburu
80 Hal yang Membuatku Marah
81 Perempuan yang Pernah Membuatnya Jatuh Cinta
82 Dia Berhak Lebih Bahagia
83 Yang Terbaik untuk Kamu
84 Ternyata Dia Juga Bisa Cemburu
85 Obrolan di Beranda
86 Keputusan Sepihak
87 Pulanglah Dia Si Anak Hilang*
88 Perempuan dari Luka
89 Sebagian Cerita Tentang Luka
90 Tempat Bersandar
91 Dia yang Sesungguhnya tidak Setegar Karang
92 Peluk dari Jauh
93 Yang tidak Beraturan
94 Arti Sahabat
95 Penantian
96 Menerima Maaf
97 Ambang Batas
98 Membaca Kanya
99 Bersandarlah, Aku Rumah Bagimu
100 Berbahagialah, Besok Pasti Akan Jadi Lebih Baik
101 Tersenyumlah, Sampai Matahari Iri Melihatmu
102 Yang tak Mudah Merelakan
103 Yang tak Sengaja Bertemu dan Terlupakan
104 Hello, Lil Sis
105 Sekali Saja
106 My Guardian Angel
107 Back the Real World, Kanya
108 Yang tak Terlupakan Bukan Berarti Harus Tetap Tinggal
109 Selamat Jalan, Selamat Bertemu Lagi
110 Yang Pergi untuk Kembali
111 Yang tidak Seperti Biasanya
112 Yang Berbagi Keluh
113 Apa Kabar? Aku Rindu
114 Ma, Kanya Kangen
115 I Love You, Mom
116 Mungkinkah ini Hanya Perasaanku?
117 Obrolan Tentang Merelakan
118 Atas Nama Permohonan
119 Keputusan
120 Sahabat Lama
121 Dia yang Bisa Tersipu Malu
122 Cahaya yang Berpendar
123 Untukmu yang Sedang Merindu
124 Yang Aku Butuhkan
125 Selamat Malam Kekasih
126 Hingga Tengah Malam
127 Pulang ke Kotamu
128 Yang Lama tidak Bertemu
129 Bersamamu Kutemukan Duniaku
130 Selamat Datang, Kamu
131 Teman Baru
132 Dia yang Belum Bisa Merelakan
133 Menuntaskan Rindu
134 Cukup Melihatnya Tersenyum
135 Yang Merusak Mood
136 Hanya Perlu Merelakan Bukan?
137 Menyerah
138 Ma, Dia Alcatraz
139 Kenang Sebagai Rindu Saja
140 Sehangat Mentari Pagi
141 Welcome Home
142 Semua yang Terencana
143 Pulanglah Bersamaku
144 Merencanakan Pulang
145 Akhir Perjalanan
146 Pengumuman
147 Extra Part ( Renjana Kanya )
148 Lanjut Season Dua
149 Season 2 #Kembali ke Rutinitas
150 Season 2 #Bagaimana Harimu, Kanya?
151 Season 2 #Suasana Malam
152 Season 2 #Gosip
153 Seasons 2 #Pikiran-pikiran Araz
154 Season 2 #Amarah
155 Season 2 #Yang Ingin Dia Dengarkan
156 Season 2 #Selamat Datang, Bandung
157 Season 2 #Makan Malam
158 Season 2 #Tali Jiwa
159 Season 2 #Menjadi Lebih Akrab
160 Season 2 #Cassandra
161 Season 2 #Obrolan Sang Ratu
162 Season 2 #Percakapan Ayah dan Anak
163 Season 2 #Calon Istri yang Sudah Dipersiapkan
164 Season 2 #Perempuan yang Terpilih
165 Season 2# Apa Kabar, Aksa?
166 Season 2 #Dia yang Menangis dalam Pelukan Perempuannya
167 Season 2 #Adakah Perasaan itu Tersembunyi di Suatu Tempat?
168 Terpaksa Harus Bilang
169 Giveaway Time
170 Giveaway
171 Season 2 #Kotak Pandora
172 Season 2 #Perasaan Aksa yang Tertinggal
173 Season 2 #Merelakan yang Telah Pergi
174 Season 2 #Memeluk Mimpi Aksa
175 Season 2 #Kejutan untuk Araz
176 Season 2 #Buang Sedihmu
177 Season 2 #Candaan Pagi Hari
178 Season 2 #Keributan yang Menggemparkan
179 Season 2 #Apa yang Kau Lakukan di Sini?
180 Season 2 #Pandangan yang Berbeda
181 Season 2 #Oleh-oleh
182 Season 2 #Ajakan Makan Siang
183 Season 2 #Kecurigaan Destia
184 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama
185 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama II
186 Season 2 #Makan Siang Penuh Drama III
187 Season 2 #Dia yang Tersipu Malu
188 Season 2 #Dering Telepon
189 Season 2 #Panggilan tak Terduga
190 Season 2 #Wajah yang Suram
191 Season 2 #Merasa Lebih Baik
192 Season 2 #Orang-orang yang Cemburu
193 Season 2 #Pelajaran Bagi Para Perusuh
194 Season 2 #Tertunduk Lesu
195 Season 2 #Oleh-oleh Buat Calon Mantu
196 Season 2 #Pesona Sang Kekasih
197 Season 2 #Pesona Sang Kekasih II
198 Season 2 #Suasana Canggung
199 Season 2 #Tak Bisa Menghindar
200 Season 2 #Aksi Balas Dendam
201 Season 2 #Kompak
202 Season 2 #Tamu tak Diundang
203 Season 2 #Tak Sanggup Jika Tanpanmu
204 Season 2 #Ancaman
205 Season 2 #Janji Masa Lalu
206 Season 2 #Jangan Jadikan Alasan
207 Season 2 #Apa Kau Sudah Gila?!
208 Season 2 #Apa Rencanamu Sekarang?
209 Season 2 #Home Sweet Home
210 Season 2 #Ikut Aku Pulang
211 Season 2 #Flight
212 Season 2 #Let's Go
213 Season 2 #Pertemuan tak Diinginkan
214 Season 2 #Jadi Dia Orangnya?
Episodes

Updated 214 Episodes

1
Awal Sebuah Masalah
2
Teman Seperjalanan
3
Luka
4
Peristiwa Pagi Hari
5
Niat Terselubung
6
Skenario Almira
7
Reuni
8
Curhatan Tengah Malam
9
LDR
10
Kami Terlalu Naif Menganggap Masa Depan dalam Genggaman
11
Semesta Lebih Tahu Bagaimana Caranya Bekerja
12
Rencana-rencana Aldo
13
Beautiful of Lokcan
14
Siapa Kamu?
15
Pandangan Pertama
16
Hei, Kanya
17
Dia dan Keributan dalam Kepala serta Hatinya
18
Apakah Dia Dunia dalam Kepalamu?
19
Me? Salam Kenal Aku Alcatraz
20
Jika itu Bukan Kamu
21
Awal Keretakan (I)
22
Awal Keretakan (II)
23
Give Me a Chance
24
Rindu Jakarta
25
Halo, Ayah
26
Masalah Akan Selalu Datang dan Pergi Selama Kita Bernapas
27
Cemburu
28
Makan Malam
29
Menemukan Kehangatan
30
Keisengan Hanung
31
Berbagi Canda
32
Apa yang Harus Kulakukan Agar Dia Memaafkanku?
33
Cerita Setiap Kenangan
34
Kesepakatan
35
Sepotong Sandwich
36
Tatapan Kecewa
37
Tentang Araz
38
Putri Hujan dan Ksatria
39
Have a Nice Dream, Kanya
40
Good Morning, Kanya
41
He's Come Back
42
Nada Sumbang
43
Gelisah
44
Amarah
45
Dia, di Sini
46
Boleh Aku Merasakan Dekapmu Lebih Lama?
47
Menerka-nerka
48
Mengumpulkan Kepingan Puzzle
49
Jejakmu Pun Terhapus Hujan
50
Ya, Semesta Selalu Tahu Kapan Harus Bekerja
51
Waktu Paling Tepat Melupakan Kenangan
52
Mengejar Bayangan
53
Sebuah Nama, Sebuah Rasa
54
Jika Memang Cinta Lantas Mau Apa?
55
Halusinasi
56
Hanya Perlu Jujur Jika Aku Suka Kamu
57
Mengungkapkan yang Terpendam
58
Memungut Kenangan
59
Rahasia
60
Dia Bukan Hanya Penjara, Melainkan Juga Matematika dan Bahasa
61
Harga Sebuah Rasa
62
Terima Kasih untuk Semua Kenangan
63
Selamat Jalan, Kawan
64
Semua Cerita Tentang Arez
65
Semua Cerita Tentang Arez II
66
Keputusan Arez
67
Deal?!
68
Dia, Kanya
69
Setelah Hari Esok
70
Resmi, Pacaran?
71
Apa Jatuh Cinta Semanis ini?
72
Ajakan
73
Berdebar
74
Sisi Lain
75
Panggilan
76
Ikatan yang Rumit
77
Dia Perempuanku
78
Yang Ada dalam Benakku
79
Dia yang Menggemaskan Ketika Sedang Cemburu
80
Hal yang Membuatku Marah
81
Perempuan yang Pernah Membuatnya Jatuh Cinta
82
Dia Berhak Lebih Bahagia
83
Yang Terbaik untuk Kamu
84
Ternyata Dia Juga Bisa Cemburu
85
Obrolan di Beranda
86
Keputusan Sepihak
87
Pulanglah Dia Si Anak Hilang*
88
Perempuan dari Luka
89
Sebagian Cerita Tentang Luka
90
Tempat Bersandar
91
Dia yang Sesungguhnya tidak Setegar Karang
92
Peluk dari Jauh
93
Yang tidak Beraturan
94
Arti Sahabat
95
Penantian
96
Menerima Maaf
97
Ambang Batas
98
Membaca Kanya
99
Bersandarlah, Aku Rumah Bagimu
100
Berbahagialah, Besok Pasti Akan Jadi Lebih Baik
101
Tersenyumlah, Sampai Matahari Iri Melihatmu
102
Yang tak Mudah Merelakan
103
Yang tak Sengaja Bertemu dan Terlupakan
104
Hello, Lil Sis
105
Sekali Saja
106
My Guardian Angel
107
Back the Real World, Kanya
108
Yang tak Terlupakan Bukan Berarti Harus Tetap Tinggal
109
Selamat Jalan, Selamat Bertemu Lagi
110
Yang Pergi untuk Kembali
111
Yang tidak Seperti Biasanya
112
Yang Berbagi Keluh
113
Apa Kabar? Aku Rindu
114
Ma, Kanya Kangen
115
I Love You, Mom
116
Mungkinkah ini Hanya Perasaanku?
117
Obrolan Tentang Merelakan
118
Atas Nama Permohonan
119
Keputusan
120
Sahabat Lama
121
Dia yang Bisa Tersipu Malu
122
Cahaya yang Berpendar
123
Untukmu yang Sedang Merindu
124
Yang Aku Butuhkan
125
Selamat Malam Kekasih
126
Hingga Tengah Malam
127
Pulang ke Kotamu
128
Yang Lama tidak Bertemu
129
Bersamamu Kutemukan Duniaku
130
Selamat Datang, Kamu
131
Teman Baru
132
Dia yang Belum Bisa Merelakan
133
Menuntaskan Rindu
134
Cukup Melihatnya Tersenyum
135
Yang Merusak Mood
136
Hanya Perlu Merelakan Bukan?
137
Menyerah
138
Ma, Dia Alcatraz
139
Kenang Sebagai Rindu Saja
140
Sehangat Mentari Pagi
141
Welcome Home
142
Semua yang Terencana
143
Pulanglah Bersamaku
144
Merencanakan Pulang
145
Akhir Perjalanan
146
Pengumuman
147
Extra Part ( Renjana Kanya )
148
Lanjut Season Dua
149
Season 2 #Kembali ke Rutinitas
150
Season 2 #Bagaimana Harimu, Kanya?
151
Season 2 #Suasana Malam
152
Season 2 #Gosip
153
Seasons 2 #Pikiran-pikiran Araz
154
Season 2 #Amarah
155
Season 2 #Yang Ingin Dia Dengarkan
156
Season 2 #Selamat Datang, Bandung
157
Season 2 #Makan Malam
158
Season 2 #Tali Jiwa
159
Season 2 #Menjadi Lebih Akrab
160
Season 2 #Cassandra
161
Season 2 #Obrolan Sang Ratu
162
Season 2 #Percakapan Ayah dan Anak
163
Season 2 #Calon Istri yang Sudah Dipersiapkan
164
Season 2 #Perempuan yang Terpilih
165
Season 2# Apa Kabar, Aksa?
166
Season 2 #Dia yang Menangis dalam Pelukan Perempuannya
167
Season 2 #Adakah Perasaan itu Tersembunyi di Suatu Tempat?
168
Terpaksa Harus Bilang
169
Giveaway Time
170
Giveaway
171
Season 2 #Kotak Pandora
172
Season 2 #Perasaan Aksa yang Tertinggal
173
Season 2 #Merelakan yang Telah Pergi
174
Season 2 #Memeluk Mimpi Aksa
175
Season 2 #Kejutan untuk Araz
176
Season 2 #Buang Sedihmu
177
Season 2 #Candaan Pagi Hari
178
Season 2 #Keributan yang Menggemparkan
179
Season 2 #Apa yang Kau Lakukan di Sini?
180
Season 2 #Pandangan yang Berbeda
181
Season 2 #Oleh-oleh
182
Season 2 #Ajakan Makan Siang
183
Season 2 #Kecurigaan Destia
184
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama
185
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama II
186
Season 2 #Makan Siang Penuh Drama III
187
Season 2 #Dia yang Tersipu Malu
188
Season 2 #Dering Telepon
189
Season 2 #Panggilan tak Terduga
190
Season 2 #Wajah yang Suram
191
Season 2 #Merasa Lebih Baik
192
Season 2 #Orang-orang yang Cemburu
193
Season 2 #Pelajaran Bagi Para Perusuh
194
Season 2 #Tertunduk Lesu
195
Season 2 #Oleh-oleh Buat Calon Mantu
196
Season 2 #Pesona Sang Kekasih
197
Season 2 #Pesona Sang Kekasih II
198
Season 2 #Suasana Canggung
199
Season 2 #Tak Bisa Menghindar
200
Season 2 #Aksi Balas Dendam
201
Season 2 #Kompak
202
Season 2 #Tamu tak Diundang
203
Season 2 #Tak Sanggup Jika Tanpanmu
204
Season 2 #Ancaman
205
Season 2 #Janji Masa Lalu
206
Season 2 #Jangan Jadikan Alasan
207
Season 2 #Apa Kau Sudah Gila?!
208
Season 2 #Apa Rencanamu Sekarang?
209
Season 2 #Home Sweet Home
210
Season 2 #Ikut Aku Pulang
211
Season 2 #Flight
212
Season 2 #Let's Go
213
Season 2 #Pertemuan tak Diinginkan
214
Season 2 #Jadi Dia Orangnya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!